Nia terpaksa menikah dengan Abizar untuk balas Budi. Karena suatu alasan Nia harus merahasiakan pernikahannya termasuk keluarganya. Orang tua Nia ingin menjodohkan Nia dengan Marcelino. Anak dari teman papanya.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Abizar dan Nia ? Siapakah yang akan di pilih oleh Nia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 33
Di gedung perkantoran Newtec.
Hendrawan datang untuk bertemu dengan Adam. Bukan membicarakan tentang pekerjaan, tapi ia datang untuk menanyakan tentang hubungan anak-anak mereka.
"Kamu panggilkan Nia suruh ke ruangan saya sekarang." perintah Adam kepada sekretarisnya.
"Maaf, pak. Nona Nia belum kembali kekantor."
"Baiklah, kamu boleh keluar." Adam memberi perintah.
"Bagaimana hubungan antara mereka berdua ?" tanya Hendrawan setelah mereka tinggal berdua.
"Entahlah. Tapi aku melihat Marcel beberapa kali datang ke sini."
"Jika memang kau setuju, aku ingin menjadikan Nia sebagai menantuku." Hendrawan langsung mengatakan maksud dan tujuannya.
"Aku tentu saja setuju. Kita memang harus turun tangan membantu mendekatkan hubungan mereka." kata Adam senang.
Hendrawan menghela napasnya "Sebenarnya aku ingin menjodohkan putrimu dengan Abian. Tapi ..."
"Astaga. Aku lupa memberi tahu mu." Adam memotong pembicaraan Hendrawan.
"Apa ?" tanya Hendrawan penasaran melihat ekspresi Adam.
"Aku bertemu mantan istrimu beberapa minggu yang lalu." kata Adam yang membuat Hendrawan sangat terkejut.
"Benarkah ?"
Adam menceritakan pertemuannya dengan mantan istri Hendrawan yang selama ini di carinya. Hendrawan begitu senang mendengar jika mantan istri dan anaknya sekarang ada di Jakarta. Tapi ia agak sedikit kecewa karena masih belum tau di mana alamat mereka saat ini.
"Terima kasih sudah memberi tahuku." Hendrawan kini kembali bersemangat setelah beberapa tahun merasa putus asa untuk mencari putra pertamanya.
"Dan untuk masalah tadi kau bisa melamar putri ku secara resmi setelah acara pernikahan Awan." terang Adam.
Hendrawan tampak berpikir sejenak sebelum membuka suaranya tapi Adam sudah dulu berbicara. "Sepertinya anak sulung mu memang tidak berjodoh jadi menantu ku. Karena ia sudah menikah sekarang." Adam seakan dapat menebak apa yang ingin disampaikan oleh Hendrawan.
"Oh. Aku bahkan tidak tau putra ku menikah." terdengar penyesalan dalam ucapan Hendrawan.
"Semoga masih ada kesempatan untuk mu memperbaiki semuanya." Adam menepuk pundak temannya itu sambil mengantarkan keluar ruangan memberikan semangat untuk menemukan anak pertamanya.
Terlalu besar harapan Hendrawan kepada putra sulungnya, Abiansyah Putra. Hendrawan sudah melihat bakat kepemimpinan sejak Abian masih kecil. Semakin bertambah umurnya semakin jelas Abian memiliki karakter yang kuat, cerdas dan pekerja keras. Hendrawan berharap agar dia dapat segera menemukan Abian.
Asti menghampiri suaminya yang baru saja pulang kerja. "Bagaimana, pa ? apa Adam setuju ?" tanyanya penasaran.
Hendrawan mendudukkan tubuhnya dengan nyaman di sofa sebelum menjawab pertanyaan istrinya. "Iya, setelah acara pernikahan putranya kita akan membuat lamaran secara resmi."
Asti tersenyum senang mendengar jawaban suaminya. "Papa ingatkan janji papa kemarin. Papa akan menyerahkan perusahaan kepada Marcel setelah Marcel menikah dengan Nia."
Hendrawan hanya mengangguk sambil memegang keningnya. Terlalu banyak yang dipikirkannya saat ini. Beberapa hari yang lalu ia sudah berjanji kepada Asti akan menjadikan Marcel penggantinya setelah Marcel menikah. Mengingat kondisi kesehatannya yang terus menurun dan dokter menyarankan agar ia melakukan perawatan yang lebih baik di luar negeri. Juga karena sudah berputus asa untuk mencari anak pertamanya.
*
Asti melihat Marcelino turun dari tangga dengan berpakaian rapi. "Marcel"
Marcelino berjalan menuju mamanya " Ya, ma."
"Mau kemana ?"
"Marcel mau bertemu teman-teman, ma."
Asti menatap tajam Marcelino "Tapi jangan mabuk-mabukan lagi. Ingat Marcel, tidak lama lagi kamu akan bertunangan dengan Nia. Jaga sikap kamu di luar sana." pesan Asti.
"Baik, ma." jawab Marcelino pasrah
"Dan jangan menemui wanita itu lagi." kata Asti lagi membuat langkah Marcelino terhenti di depan pintu keluar.
