Nindy adalah siswi yang slalu bermasalah di sekolah dan Bryan adalah ketua OSIS yang tegas dari dari permasalahan yang selalu melibatkan keduanya di sekolah hingga perjodohan yang memaksa mereka bersama menumbuhkan benih cinta
tapi banyak masalah dan ujian yang harus mereka hadapi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ai laelasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps 33
Di atas balkon Nindy sedang melamun memandangi langit tak berbintang
dia menatap ke atas dengan menyandarkan tubuhnya di kursi
tiba tiba seseorang memegang bahunya membuatnya terkejut
"Kenapa Lo gak jemput gue? tega banget punya adek " ucap Leo ikut duduk di sebelahnya
"Lagian Lo gak bilang kalo mau di jemput" ucap Nindy masih menatap ke langit
"Gue udah bilang katanya Lo mau jemput gue tungguin gak Dateng Dateng" ucap Leo
"Mimpi kali Lo, org gak ada juga Lo hubungin gue" ucap Nindy
"Nih baca sendiri" ucap Leo menaruh handphone di pangkuan Nindy
Nindy membaca pesannya dia mengernyitkan dahinya
dia heran padahal sama sekali dia tidak membalas pesan siapapun
Nindy berusaha mengingatnya kembali
seketika dia langsung membelalakkan matanya
"Ini pasti kerjaan Bryan " ucap Nindy
"Lo jalan sama Bryan ?" tanya Leo
"Gak, gue gak tau kenapa tiba tiba dia datang ke panti itu dia juga bantu bantu disana" ucap Nindy
"Mungkin jodoh kali, buktinya Lo bisa ketemu dimana aja sering lagi" ucap Leo
"Gak mau gue jodoh sama orang begitu nganggap gue rendah Mulu" ucap Nindy
"Btw gimana kerjasama perusahaan gak Lo terimakan?" tanya Nindy
" Ehh gue lupa ada janji sama Damar, besok gue anter ke apartemen ya, gue udah beli buat Lo" ucap Leo mengacak pelan rambut Nindy lalu pergi
"Akhirnya gue jadi punya tempat tinggal sendiri yes" ucap Nindy kegirangan
Keesokan harinya Nindy pergi ke perusahaan Leo
semua karyawan menunduk hormat padanya dia hanya membalas dengan senyuman
dia menanyakan Leo pada stafnya
"Kak Leo dimana?" tanya Nindy
"Tuan sedang ada di ruangannya, tapi sedang.." staf tidak melanjutkan pembicaraannya karena Nindy sudah pergi terlebih dahulu
"Kak katanya mau ke apartemen" ucap Nindy seraya membuka pintu
Dia tidak mengetuk pintu terlebih dahulu membuatnya malu
ternyata di dalam Leo tidak sendiri ada beberapa pemilik perusahaan yang bekerja sama dengannya
semua pemilik perusahaannya masih muda dan terlihat tampan
"Tunggu dulu, duduk saja disana" ucap Leo menunjuk kursi kebesarannya
"Maaf tuan siapa wanita cantik ini??" ucap salah seorang disana
"Bolehkah saya berkenalan dengannya tuan?" sahut yang lain
"Ohh maaf tuan itu kekasih saya, jika tuan mau nanti saya perkenalkan dengan gadis gadis cantik tapi yang ini milik saya" ucap Leo tersenyum penuh arti
Seseorang disana sepertinya sedang kebakaran jenggot
dia mengepalkan tangannya kuat kuat mendengar mereka mengagumi Nindy
begitupun ketika Leo mengatakan bahwa Nindy adalah kekasihnya
Leo sengaja menyembunyikan kenyataan bahwa Nindy adalah adiknya
dia tau bahaya masih mengancam seseorang mengincar nyawa mereka demi merebut semua hartanya
Leo sebenarnya tidak tinggal diam dia masih menyelidiki siapa dalang di balik hilangnya ibu dan adiknya dulu
"Tuan Bryan apa ada yang ingin anda sampaikan?" tanya Leo
"Tidak tuan seperti yang saya bilang tadi semuanya sudah dalam proses pembangunan, Minggu depan kita akan survei ke lokasi" ucap Bryan
Mendengar kata Bryan Nindy langsung mengangkat kepalanya
yang sedari tadi fokus melihat handphone
dia juga menatap kakaknya yang terlihat tersenyum padanya
Sebagian orang sudah keluar kecuali Bryan karena Leo meminta mengerjakan sesuatu disana
Leo menghampiri Nindy yang menatapnya dengan kesal
dia berdiri dihadapan Nindy lalu merapihkan anak rambutnya ketelinganya
"Kenapa bete gitu? lama ya?" ucap Leo sengaja di buat seperti orang pacaran
"Katanya mau tunjukkin apartemen yang aku minta" ucap Nindy manja memeluk perut Leo tapi masih duduk di kursi
"Nanti malem aja aku masih ada kerjaan, sekalian aku nginep oke?" ucap Leo membuat Bryan semakin panas di buatnya
"Tuan saya permisi pekerjaan ini akan saya selesaikan di kantor saya" ucap Bryan seraya pergi
"Kenapa Lo setujuin kerjasamanya" ucap Nindy mencubit perut Leo
"Sakkhh sakit, lagian jangan bawa masalah pribadi dengan kerjaan" ucap Leo
"Tapi untuk yang ini gue gak suka" ucap Nindy
"Lagian kita bisa panas panasin dia, Lo gak liat tadi ekspresi wajahnya tadi kayak gimana?" tanya Leo
"Gue gak merhatiin" ucap Nindy
"Kayak ada yang kebakar, mukanya biasa aja tapi gue bisa liat kemarahan di matanya" ucap Leo
"Terserah tuan Leo sang pakar ekspresi aja deh, gue mau balik ke panti ya" ucap Nindy
"Iya jangan lupa jam 5 jemput gue disini sekalian gue mau ambil mobil" ucap Leo
"Ya, bye" ucap Nindy lalu pergi
Di perjalanan Nindy singgah di minimarket untuk membeli minuman
tiba tiba dia teringat Cia akhirnya dia membeli ice cream untuk di bagikan kepada anak anak panti
"Assalamualaikum.." ucap Nindy membuat anak anak segera mengerubunginya
"Waalaikum salam" ucap ibu Ambar
"Anak anak belum pada pulang Bu?'' tanya Nindy
"Belum, harusnya Cia udah pulang tapi belum pulang juga" ucap ibu Ambar
"Biar Nindy jemput Bu" ucap Nindy
"Biar ibu aja nak kamu baru sampai" ucap ibu Ambar
"Gak apa apa Bu, biar Nindy aja" ucap Nindy menyalaminya lalu pergi
Nindy pergi ke sekolah Cia setelah sampai dia langsung masuk
di sekolah yang mulai sepi terlihat sekumpulan anak anak di pinggir bangunan sekolah
Nindy menghampiri mereka yang terlihat sedang menertawai seseorang yang berjongkok di tengah mereka
"Haahhaa orang tua kamu buang kamu ya?" ujar salah. Satu anak
"Kata mamaku anak kayak kamu gak di harapkan sama orang tuanya" ujar yang lain
"Kenapa kalian bisa bicara seperti itu?" tanya Nindy membuat mereka terkejut
Mereka lari berhamburan menyisakan Cia yang berjongkok membenamkan wajahnya di kedua lutu serta menutup kepalanya dengan kedua tangan
"Hai anak manis mau sampai kapan kamu bersembunyi?" tanya Nindy ikut berjongkok di hadapannya
Cia mendongakkan kepalanya air matanya berlinang
tanpa bicara Cia langsung memeluknya membenamkan wajahnya di ceruk leher Nindy
Isak tangisnya terdengar pilu Nindy mengusap rambutnya
"Jangan nangis ya ada tante, Tante akan jadi. ibu dan ayah buat kamu" ucap Nindy seraya mengusap air matanya
Nindy seakan merasakan pedihnya hidup Cia bahkan anak sekecil itu sudah bisa membully anak lain
Nindy menggendong Cia ke mobil dia masih tidak berhenti menangis
hidupnya sama dengan Cia hanya saja dia lebih beruntung di besarkan oleh ibu Dessy yang amat menyayanginya
"Kamu tau sayang? Tante juga gak pernah ketemu sama orang tua kandung Tante, Tante di besarkan oleh ibu angkat tapi dia juga menyayangi Tante sama seperti ibu Ambar dan Tante yang menyayangi kamu" ucap Nindy seketika Cia mengusap air mata dan ingusnya
"Apa benar?" tanya Cia masih sesegukan
"Iya malah Tante baru sekarang ketemu keluarga kandung Tante" ucap Nindy
"Berarti bukan cuma Cia yang gak punya ibu dan ayah?" tanya Cia
"Sayang banyak orang yang lebih sulit hidupnya kita harus bersyukur masih ada tempat tinggal, masih sekolah, masih makan, banyak loh yang Gak punya rumah, dan untuk makan pun susah" ucap Nindy
"Dengar sayang apapun yang ada sama kita sekarang kamu wajib mensyukurinya, yakin saja suatu saat akan ada kebahagiaan yang lebih dari hari ini" ucap Nindy seraya menangkup wajah Cia
"Biar gak sedih gimana kalo kita beli sesuatu? Cia mau beli apa?" tanya Nindy
"Apa boleh Cia minta ayam yang pake tepung?" tanya Cia pelan
"eemmhh... boleh ayo kita berangkat" ucap Nindy bersemangat
Nindy membawa Cia ke cafe ayam goreng yang cukup banyak cabang dimana mana
Nindy memesan ayam goreng, burger, ice cream dan minumnya juga
mata Cia berbinar melihat semua makanan di hadapannya
"Makanlah, ini semua buat Cia" ucap Nindy
"Apa tidak terlalu banyak?" tanya Cia
"Makan saja kalo gak habis biar Tante yang habiskan" ucap Nindy
"Tante boleh gak Cia panggil nama?" tanya Cia ragu
"Tante mau banget, kalo anak Tante masih ada mungkin usianya sama seperti kamu" ucap Nindy
"Tante punya anak?" tanya Cia
"Iya tapi Tante gak tau dia dimana" ucap Nindy sedih
"Maaf" lirih Cia
"Bukan salah kamu sayang, Sekarang panggilnya mama" Nindy mengelus tangan Cia
"Oke mama" ucap Cia seraya membulatkan jarinya
Dari kejauhan seseorang memperhatikan mereka
selesai makan Nindy pulang dengan Cia orang itu masih mengikutinya sampai panti
"Kenapa dia bisa ada disini lagi?" ucap Maria
Dia melihat Nindy pergi lagi lalu dia mengikutinya
Nindy masuk ke rumah sakit ternyata menemui Bunda yang keadaannya sudah membaik dan Nindy menjemputnya pulang
Nindy mengantar bunda kemobil terlebih dahulu lalu kembali ke dalam mengambil tas yang ketinggalan
ketika hendak kembali ke mobil Nindy di tarik oleh seseorang menuju tempat sepi
"Kenapa Lo harus kembali lagi setelah sekian lama Lo ninggalin Bryan sendiri" ucap Maria berapi-api
"Maaf nona apa urusannya dengan anda? apa dengan semua yang terjadi antara saya dan Bryan merugikan anda? saya rasa tidak " ucap Nindy
"Lo gak usah sok baik di depan gue, asal Lo tau gue sama Bryan udah tunangan" ucap Maria
"Asal anda tau juga nona Maria yang terhormat SAYA TIDAK PEDULI" ucap Maria menegaskan akhir kalimatnya
"Kalo begitu gue harap Lo jauhin bundanya Bryan" ucap Maria
"Maaf untuk itu saya tidak bisa, beliau adalah bunda saya, saya tidak pernah menganggapnya orang lain" tegas Nindy
"Kalau tidak ada yang harus di bicarakan lagi saya harus pergi permisi" ucap Nindy hendak pergi
Siapa sangka Maria yang kesal menjambak rambut Nindy dari belakang
Nindy mencengkram erat tangan Maria lalu memutar tubuhnya
dia memelintir tangan Maria lalu di benturkan ke dinding dan menekan dengan sikunya
"Jangan pernah macam macam atau saya bisa berbuat lebih dari ini" ucap Nindy melepaskannya dengan kasar
"Aaarrrggghhhhh" teriak Mariah marah memukul dinding
Nindy segera kembali ke mobil dimana bunda sudah menunggu
"Kenapa lama nak apa ada masalah?" tanya bunda
"Gak kok Bun, tadi kebetulan ketemu temen lama" jawab Nindy lalu melajukan mobilnya
"Bun Nindy takut ketemu Bryan " ucap Nindy tiba tiba
"Dia masih suami kamu nak apa yang kamu takutkan?" ucap bunda
"Entahlah Bun, ohh iya ayah kemana Bun gak pernah kelihatan?" tanya Nindy
"Itu dia kata Bryan ayah ke luar negeri tapi gak pernah hubungin bunda" ujar bunda
"Waktu 6 tahun itu gak sebentar banyak yang bunda gak tau termasuk hidup bunda sendiri, bunda gak tau ayah masih menunggu bunda atau mungkin sudah bersama yang lain" lirih bunda menundukan wajahnya
Butiran demi butiran cairan bening itu menetes
Nindy menepikan mobilnya merangkul wanita paruh baya di sampingnya
"Nindy yakin ayah laki laki setia, mungkin ayah sedang sibuk saat ini kita doain yang terbaik buat ayah ya Bun" ucap Nindy membelai rambut bunda
"Maafin dulu bunda gak ada saat kamu butuhkan, tapi kamu ada di saat bunda merasa tidak punya siapapun" ucap bunda
"Lupain aja yang dulu Bun kita mulai lembaran baru, sekarang Nindy anak bunda" ucap Nindy membuat senyum bundanya kembali terbit
Sesampainya di rumah bunda Nindy membawa tas pakaian
mereka sedang berada di kamar bunda kini bunda kembali meneteskan air mata
teringat semua kenangan dengan anak dan suaminya
"Bunda jangan sedih bunda juga gak boleh banyak pikiran biar sehat terus" ucap Nindy
Lama Nindy disana mengobrol dengan bunda terdengar suara mobil datang
ternyata itu Bryan dia langsung ke kamar bunda memeluknya penuh kerinduan
bunda berusaha melepaskan pelukannya
"Please Bun jangan tolak Bryan, hidup Bryan sudah hancur maafin Bryan Bun" ucap Bryan terisak di pangkuan bundanya
Bunda terdiam sejenak sampai akhirnya dia mengelus kepala Bryan
"Bunda maafin kamu sayang, tapi harusnya kamu minta maaf bukan sama bunda tapi sama istri kamu" ucap bunda membuat Nindy yang tertunduk mengangkat kepalanya
"Boleh Bryan bicara empat mata sama Nindy?" tanya Bryan bunda hanya mengangguk
"Tapi Nindy gak mau Bun" ucap Nindy
"Sayang harus ada penjelasan diantara kalian, mau apa kedepannya agar kalian sama sama lega sama sama tenang " ucap bunda
Bryan menarik tangan Nindy ke kamarnya Nindy hanya menurut saja
setibanya di kamar Bryan mengunci dan memasukkan kuncinya di saku celananya
"Apa apaan ini?" tanya Nindy panik
"Kita harus selesaikan ini baik baik" jawab Bryan
"Kita akan selesaikan ini di pengadilan" ujar Nindy
"Sampai kapanpun aku gak mau pisah" tegas Bryan
"Aku tetap mau pisah, aku gak mau kembali sama orang yang pernah berkhianat karena suatu hari dia pasti melakukan hal yang sama" ucap Nindy
"Kamu anggap diri kamu suci? apa berhubungan dengan laki laki lain dengan status kamu masih istri orang itu dibenarkan? kita sama jangan buta menilai diri kamu sendiri" ujar Bryan sinis
"Terserah, kalo kamu tau aku wanita seperti itu kenapa kamu masih mau mempertahankan hubungan yang kamu anggap penting ini?" ucap Nindy tidak kalah menantang
"Oke kalo kamu mau pisah seenggaknya aku mau kamu layanin aku seperti kamu layanin laki laki di luar sana" ucap Bryan mendorong tubuh Nindy ke ranjang
"Jangan kurang ajar, sampai kapanpun aku gak Sudi satu ranjang sama laki laki seperti kamu" ucap Nindy hendak berdiri
Tapi Bryan lebih dulu menindihnya sekuat apapun Nindy melawan tapi tenaganya kalah kuat oleh Bryan yang sudah seperti kesetanan
Nindy menggerak gerakan kakinya juga tangannya
dia berontak tapi Bryan semakin mendekatkan wajahnya
"Teriak sekeras kerasnya gak akan ada yang denger ruangan ini kedap suara " ucap Bryan menyeringai membuat Nindy ngeri
"Gak usah main main ya, lepas gak brengsek" teriak Nindy
Sekeras apapun Nindy melawan tidak ada yang berubah dia lemas kehabisan tenaga
Bryan melepaskannya begitu saja lalu turun dan pergi ke kamar mandi
"Bangs******ttt brengseeekk" teriak Nindy merasa di permainkan
"Tidur disini aku gak bakal lepasin kamu sampai kapanpun" ucap Bryan yang baru keluar dari kamar mandi hanya memakai celana boxer dengan telanjang dada
Nindy memalingkan wajahnya dia merasa malu melihat tubuh Bryan
"Kenapa? bukannya dulu kamu paling suka lihat semua ini" ucap Bryan menyindir
"Najis" singkat Nindy
Bryan membuka lemari dan memilih baju dan dalaman
lalu melemparkannya ke arah Nindy
"Ganti dengan itu " ucap Bryan pada Nindy yang masih mematung
"Mau ganti sendiri atau aku bantu" ucap Bryan membuat Nindy segera ke kamar mandi
Nindy melupakan handphonenya di tas
deringan ponsel Nindy membuat Bryan membuka isi tasnya
Bryan melihat siapa yang menelpon Nindy dan ternyata itu adalah Leo
dengan marah Bryan melemparkan handphonenya sampai hancur
"Aakkkhh" teriak Nindy yang terkejut
Karena Bryan melemparkannya tepat kehadapan Nindy yang baru keluar dari kamar mandi
Nindy yang pernah mendapat kekerasan pun luruh di lantai dia menggigil ketakutan
Bryan membuat trauma yang selama ini sudah berusaha mati Matian ia sembuhkan muncul kembali
Bryan mendekatinya saat ingin membantunya berdiri Nindy menepis tangan Bryan
"Jangan... jangan sentuh jangan" Nindy menggeleng
Tanpa pikir panjang Bryan menggendong Nindy ke ranjang
meskipun dia berontak Bryan melempar kasar tubuh Nindy
"Tetap disini jangan coba macam macam" ancam Bryan
Sepertinya kedatangannya kesini adalah sebuah kesalahan
Bryan yang sekarang sangat kasar dan semaunya sendiri
Nindy melihat seisi kamar tidak ada celah untuknya kabur
Dengan jendela yang memakai tralis besi dan kamarnya berada di lantai dua
Nindy putus asa apakah dia benar benar harus kembali tinggal di rumah ini
"Kak Leo tolongin gue" lirih Nindy menangis memeluk kedua lututnya
Like komen dan vote 😍😍😍😍
Kunjungi juga cerita othor yang lain 😍😍
seru ceritanya.
dan tak favorit juga.