NovelToon NovelToon
Harem Sang Putri

Harem Sang Putri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Cinta Istana/Kuno / Satu wanita banyak pria
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: miaomiao26

Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.

Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.

Mati lagi?

Tidak, terima kasih!

Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!

Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Itu benar-benar dia

Langit malam menggantung rendah dan bulan bersinar teranh. Halaman kediaman keluarga An tampak sunyi. Hanya terdengar suara serangga yang beradu di balik semak dan nyala lentera yang bergoyang perlahan diterpa angin.

An Changyi terdiam menatap sebuah kotak kayu berukir dan beberapa bungkusan di atas meja, sementara Wu Chen berdiri di seberangnya, menahan rasa ingin tahu.

"Tuan Muda, Sang Putri pasti sangat menyukaimu," ucap Wu Chen akhirnya, sedikit terpesona oleh aroma kue yang samar keluar dari bungkusan itu. "Dia bahkan mengirimkan makanan yang menurutnya enak."

"Dia juga mengirim itu untuk selir-selirnya," balas An Changyi datar.

Wu Chen meringis kecil, lalu terkekeh canggung. "Tuan Muda, cepat buka kotaknya," desaknya, berusaha mengalihkan suasana. "Nona Su bilang, Yang Mulia khusus memilihnya untukmu."

Mendengarnya, raut An Changyi sedikit membaik. Namun, dia tidak membuka kotak itu. Intusinya mengatakan, apapun yang tersimpan di dalam kotak itu, bukan sesuatu yang menyenangkan.

"Tuan Muda, apa yang kamu tunggu?" Wu Chen mencondongkan tubuh. "Ada lambang Jin Rui Tang di kotaknya!" Matanya berbinar, seakan yang di depannya bukan kotak kayu, melainkan bongkahan emas murni.

An Changyi berdecak pelan dan akhirnya membuka penutupnya.

Sejenak, ruangan itu seolah menelan suara.

Hanya cahaya lentera yang menyorot isi kotak dan memantul pada sesuatu yang berkilau. Wajah An Changyi mengeras, garis rahangnya menegang.

"Apa Putri Agung menitipkan pesan?" tanyanya perlahan.

Wu Chen, yang sempat terpesona oleh kilau emas di dalam kotak, menelan ludah. "Y—ya," jawabnya pelan. "Putri Agung mengatakan bahwa... dia tidak sabar melihat Tuan Muda memakainya."

An Changyi terdiam lama, sebelum akhirnya mengambil benda di dalam kotak. Jepit rambut itu terbuat dari emas murni, ujungnya diukir halus menyerupai kelopak peony yang baru mekar. Dari tengahnya menggantung untaian rumbai tipis berhiaskan mutiara kecil dan batu giok muda, berayun lembut setiap kali disentuh angin malam yang masuk dari jendela.

Di bawah cahaya lampu, rumbai-rumbai itu berkilau seolah meneteskan cahaya sendiri — mewah, lembut dan sangat tidak seharusnya berada di tangan seorang pria.

"Wu Chen, katakan..." ucapnya, "apa dia memperlakukanku seperti dia memperlakukan selir-selirnya?"

"Tuan Muda ... ini..." Wu Chen mengatakan sesuatu yang menenangkan, tetapi tidak ada satu katapun yang pantas.

Tiba-tiba An Changyi tertawa kecil—tawa yang awalnya kering, lalu pecah lepas. Dia tertawa sampai punggungnya melengkung, matanya berair dan udara di sekitar terasa bergetar oleh suara itu.

"Ini benar-benar dia!" katanya di sela tawa, seolah baru memahami sesuatu yang hanya dirinya yang tahu.

Lentera di luar jendela bergoyang pelan, menumpahkan cahaya keemasan di lantai batu.

Sementara itu, di sisi lain di Istana Fangsu—

Chunhua sedang duduk di depan cermin perunggu.

Su Yin belum kembali dari kediaman An, jadi Jing Zimo untuk sementara mengambil alih tugasnya.

Tangannya cekatan, melepas satu demi satu hiasan rambut Sang Putri, mengurai sanggulnya hingga helaian rambut hitam itu jatuh lembut di bahu.

Suara sisir kayu terdengar pelan, seret… seret…, berpadu dengan aroma teh yang selalu tersaji di meja.

Jing Zimo beberapa kali melirik pantulan wajah Chunhua di cermin. "Yang Mulia," katanya, sudah terlalu gatal ingin berbicara.

"En," Chunhua menjawab, acuh. Matanya terpejam, sementara dagunya bertumpu pada telapak tangan.

"Barang-barang itu, apakah dikirim untuk Tuan Muda kedua An?" tanyanya.

Tanpa membuka matanya, Chunhua menjawab, "en."

"Yang Mulia terus memprovokasi An Changyi, bukankah akan mempersulit untuk mendapatkan dukungan dari Jenderal An?"

Chunhua membuka mata, kemudian bersandar pada Jing Zimo yang berdiri di belakangnya. "Siapa yang bilang bahwa Putri ini ingin memenangkan dukungan?"

Jing Zimo mengernyit sedikit bingung. "Meski kekuatan pasukan Jinyue cukup besar, tetapi jika pasukan An ikut campur, mustahil jika Yang Mulia..."

Jing Zimo tidak menuntaskan kalimatnya, tetapi Chunhua mengerti apa yang dia maksud.

Dia berdiri, kemudian berbalik melihat Jing Zimo dengan senyum miring, meremehkan.

“Dari pada takhta,” ucapnya lirih, “Putri ini lebih tertarik menanyakan satu hal pada Mo’er.”

Tangannya terulur, jari-jari rampingnya menyentuh dagu Jing Zimo. “Apakah Mo’er hanya penasaran...” bisiknya, “atau cemburu karena Putri ini memberikan hadiah yang lebih mahal pada Yi’er?”

“Yang Mulia…” Jing Zimo berusaha mundur, tapi Chunhua sudah melingkarkan lengannya di leher pria itu, membatasi gerak dengan lembut tapi tak terbantahkan.

“Sebagai permintaan maaf,” katanya pelan, napasnya menyentuh kulit leher Jing Zimo, “bagaimana kalau malam ini Putri ini menemani Mo’er?”

1
lia
Cepat up ya kak, mau mampir bentar👣✨
Semangat selalu!👏🙌
Lulu: makasih dukungannya, aku usahakan up tiap hari /Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!