"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMUAN PERTAMA
Satu Minggu berlalu semenjak telponnya bersama Morgan, hari ini Jovanka akan kembali ke kota METRO, kota besar tempat kakaknya berada, kota besar tempatnya dulu tinggal,tempat nya tumbuh. jaraknya dari desa tempatnya tinggal sekarang sekitar 12 jam,
setelah menaiki kereta cepat jovanka turun di stasiun, dia akan melanjutkan perjalanannya menggunakan taksi, Kakinya melangkah gontai keluar dari stasiun menuju sebuah taksi yang bertengger menunggu penumpang di depan stasiun,
" Pak, bisa antar ke jalan Bougenville?" tanya Jovanka, pada seorang pengemudi taksi yang bersandar di mobilnya sambil menunggu penumpang,
"Bisa nona ,tentu saja bisa" balas sang sopir membukakan pintu untuk jovanka yang langsung beranjak masuk membawa tasnya,
Tak berapa lama taksi melaju keluar dari kawasan stasiun menuju jalan yang di ucapkan jovanka, alamat yang dituju nya mungkin akan memakan waktu perjalanan sekitar 30menit dari stasiun, Sampai saat mobil taksi yang di tumpangi jovanka melambat Karna ada beberapa pengguna jalan yang menyebrang jalan menuju sebuah taman ,
" Pak, bisa stop di sini sebentar, saya mau mampir disini, tapi bapak tunggu, ongkosnya nanti saya akan tambah" ucapnya meminta taksinya berhenti di sebuah taman,
"Bisa nona bisa, tapi maaf bisa bayar duluan? Bukan saya tak percaya nona tapi" ucap sopir taksi itu merasa tak enak pada Jovanka.
" Hmmm tidak apa-apa, berapa biayanya? " Tanya nya merogoh tasnya dan mengambil dompetnya
"Seratus delapan puluh ribu nona dari stasiun tadi" ucap sang sopir taksi
" Ini, tunggu saya sebentar ya,paling lama satu jam" ucap jovanka memberikan enam lembaran uang berwarna merah.
" Nona ini kebanyakan" seragh sopir taksi itu menatap uang di tangan jovanka.
" Tidak apa apa, saya pakai waktu bapak paling lama satu jam" sahut Jovanka menyodorkan uangnya dan berlalu turun menenteng tasnya.
Dia merasa tertarik karna banyak anak anak yang bermain di sana juga sebuah kenangan yang membuat nya ingin mampir sebentar di taman, sejenak memutar kenangan indah di pikirannya, dulu dia sering kesini bersama kakeknya saat akhir pekan, sekedar makan es cream dan bercerita segala hal dalam satu Minggu yang dilewatinya,
karna hanya di sore hari, di akhir pekan kakeknya bisa meluangkan waktu untuknya dan adik-adiknya.
Setelah Turun dari taxi Jovanka berjalan menuju bangku taman yang kosong dan beringsut duduk sambil memandang sekitar,
sesekali tersungging senyum di bibirnya mengingat saat kecil berlarian dengan adiknya di taman ini dengan kakeknya yang menunggu duduk di salah satu bangku taman
Apa kakek sudah bertemu Ivanka disana? Pasti Ivanka mengadukan ku pada kakek kan,? lirihnya dalam hati menatap langit.
Jovanka kembali memperhatikan anak anak yang bermain, sesekali mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, sekedar menghabiskan waktu sendiri menikmati hiruk pikuk taman kota, Hingga matanya tertuju pada seorang lelaki berpostur tubuh tinggi dengan setelan jas rapi yang sedang membagi bagikan es cream pada anak-anak di taman,
"Tampan sebadan badan " gumam jovanka memandangi nya dari ujung kepala, hingga ujung kaki .
Dia SEAN MALIK ADINATA, lelaki berpostur tubuh tinggi atletis, bahkan tubuh kekarnya tercetak jelas di balik stelan jas kerja nya , kulitnya sawo matang dengan wajah latin tampan bak aktor drama hollywood yang sering di lihat di layar kaca, dari samping terlihat jelas hidungnya yang begitu mancung dan memiliki rahang yang kokoh dengan rambut mohawknya di ikat rapi klimis kebelakang, air wajahnya jelas terlihat begitu berkharisma.
Dia petinggi perusahaan ternama di kota besar METRO, umurnya baru 33 tahun, tapi skill bisnisnya tidak perlu di ragukan, namanya terkenal di kalangan petinggi perusahaan besar, Sean Malik yang tidak pernah gagal dalam melakukan negosiasi bisnis, orang orang menyebutnya macan wijaja grup, Terkadang dia sangat ramah, tapi kadang dia sangat menakutkan dan kejam.
semua wanita terpesona melihat wajahnya, banyak yang bermimpi bisa menjalin hubungan dengannya, siapa yang tidak mau, tampan dan kaya raya,
Sean sangat suka berbagi makanan atau hadiah untuk anak anak yang di temuinya di taman, setiap sore di waktu senggangnya dia akan pergi ketaman hanya untuk membagi bagikan hadiah untuk anak-anak.
Pun di kantor, jika mood nya sedang bagus, dia akan mentraktir karyawan kantor untuk sekedar beli kopi atau makanan di luar yang tidak Tersedia di kantin kantor.
Hari ini tepat sebulan Sean kembali ke Indonesia, sebab 5 tahun terakhir dia memimpin cabang perusahaan luar negri di Jerman, dia memegang kepercayaan untuk mengatur perusahaan cabang luar negri,
Mata Sean beralih pada jovanka, yang sedari tadi menatap nya lekat, memang sedari tadi ia menyadari jika Jovanka sedang memperhatikannya,
Cantik sekali gumamnya dalam hati sambil perlahan langkahnya menghampiri Jovanka yang masih lekat memandangnya. ,
Dia berjalan santai saja seperti sedang runway di karpet merah gumam jovanka Tersenyum
Tapi tunggu, dia berjalan ke arah ku,Heh apa aku terlalu kelihatan memperhatikannya.
Jovanka melirik kanan dan kirinya, memperhatikan apakah ada orang lain dibelakang atau di sampingnya
mungkin dia mendekati orang lain atau pacarnya ,atau istrinya, tapi yang duduk disini hanya aku ucapnya berisik dalam hati.
Okeee dia mendekat memang ke arah ku,apa dia tak suka di pandangi, apa ini pelecehan, apa masuk dalam kategori pelecehan walau hanya memandang,yaaa sedikit di bumbui dengan bayangan kotor laah sambung Jovanka dalam hati terus bicara.
Tunggu, tenang hei jovanka, kau hanya mengagumi ciptaan Tuhan yang paling seksi sambungnya berdendang dalam hati.
Tapi tapi, lihat jari tangannya, apa ada cincin kawin, jangan jangan dia suami orang fikir Jovanka beralih menatap tangan Sean
Hmmmm tidak ada gumamnya dalam hati kembali.
" mau es cream juga? " Tanya Sean menegur Jovanka setelah sampai di hadapannya, sambil menyodorkan 1 es cream strawberry membuat Jovanka menengadahkan wajah nya dan menegakkan tubuhnya menatap Sean di hadapannya , " ada coklat? ", tanya nya singkat.
lelaki itu sedikit tersenyum memamerkan lesung pipi di kedua pipinya mendengar permintaan jovanka. entah kenapa kali ini cukup membuatnya tersenyum, padahal biasanya dia tidak pernah mau tersenyum kesembarang orang apalagi wanita,
Aaahhh pake acara senyum lagi teriak jovanka dalam hati
" hanya tersisa strawberry" jawabnya singkat,
" tidak apa untuk anak lain saja, aku tidak suka strawberry om", ucap jovanka manis seperti anak kecil.
seketika senyum di wajah Sean pudar,
apa? Om? Apa aku setua itu dia memanggil ku om? Memang berapa umurnya, apa dia fikir dia anak umur 10 tahun sahut nya dalam Hati yang langsung merutuk, membuat Jovanka mengulum senyumnya memperhatikan wajah Sean yang langsung berubah masam.
padahal dia hanya mencoba memanggil Sean dengan sebutan anak-anak taman memanggilnya tadi tapi rupanya Sean menganggap Jovanka memang memanggilnya dengan sebutan om om.
"Baiklah, sebentar" ucap Sean berbalik berjalan cepat ke arah tukang eskrim dengan langkah lebarnya, Tak berapa lama dia kembali lagi membawa dua es cream coklat ke arah jovanka.
"Dua es cream coklat " ucapnya menyodorkan es cream yang dibelinya ke arah jovanka. .
"Terimaksih" ucap Jovanka mengambil satu dari tangan Sean dan langsung mencoba membukanya.
"Ambil keduanya" paksa Sean masih menggantungkan tangannya yang memegang es cream di hadapan jovanka.
" Tidak, untuk kamu satu, sini duduk makan bareng" ajak Jovanka manis menepuk tempat duduk kosong di sampingnya.
Sean mengerutkan keningnya, berfikir sebentar Lalu menurut duduk di samping Jovanka sambil membuka es cream nya.