Nolan seorang sarjana fisioterapi yg memiliki mimpi menjadi seperti ayahnya seorang dokter hebat yg berhasil menyelamatkan banyak nyawa.
Tetapi dalam prosesnya banyak masalah muncul hingga akhirnya Nolan kehilangan kedua orang tuanya dan harus berjuang bertahan hidup bersama adiknya.
Disaat situasi yg putus asa, orang yg tidak pernah terpikirkan olehnya datang dan memberi secercah harapan.
Sebuah jalan baru yg memungkinkan Nolan untuk mengubah kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenjagaMalam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Misi pertama
Alea membuka matanya perlahan.
Cahaya hangat menembus jendela kaca bundar di sisi kiri ruangan. Dinding batu putih dengan ukiran bulan dan bintang terasa begitu familiar… terlalu familiar. Aroma angin laut dan gemericik air terpantul dari kolam kecil di bawah balkon.
“Tidak mungkin…” bisiknya.
Tubuhnya bangkit perlahan dari tempat tidur empuk berselimut biru keunguan itu. Pandangannya menyapu sekeliling kamar—hiasan dinding, lemari berukir, bahkan lonceng kristal di sudut meja rias. Semua itu miliknya. Ini… kamar pribadinya di Kastil terapung.
Pintu terbuka pelan. Dua sosok memasuki ruangan dengan senyum hangat: Nolan dan Nadia.
“Melihat tatapan heran mu, berarti kamu baik baik saja.” ujar Nolan dengan suara tenang namun penuh makna.
Alea memandang keduanya dengan waspada. “Kamar ini? Ini… kamar ku di kastil terapung."
“Benar” ujar Nadia lembut sambil melangkah lebih dekat. "Akulah yg mencurinya dan karena kamu sudah menerima tawaran ku untuk bergabung jadi kamu juga bagian dari pencuri kastil terapung ini."
Alea bingung, memiringkan kapalnya memberi tatapan heran pada Nolan.
“Sepertinya aku pernah melihat mu di suatu tempat." Melihat wajah Nolan, Alea merasa tidak asing.
“Jadi kamu sudah bertemu dengan Arthur?” jawab Nolan singkat.
Alea terkejut, matanya terbuka lebar sama seperti mulutnya sebelum dia berkata. "Apa kamu ayahnya Arthur."
“Apa kamu ingin melahirkan bayi seperti Arthur?" Tanya Nolan dengan wajah kesal membuat Alea mengangguk tanpa sadar sebelum menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Hal ini membuat Nadia tertawa kecil lalu duduk di sebelah tempat tidur Alea. "Nolan tidak setia itu sampai harus menjadi orang tua Arthur, dia adalah saudaranya."
Alea semakin terkejut tapi saat itu Nolan segera berkata pada Nadia. "Aku akan memberikan misi penting untuk Devani, kamu urus dia."
"Devani sudah ada di bawah mu, memimpin pasukan bayangan jadi serahkan Alea pada ku."
Nolan hanya mengangguk sebelum pergi.
“Devani?” Ujar Alea. "Jadi pemimpin prajurit penjaga kastil juga ikut bergabung?"
Nadia tersenyum. “Iya. Dia pemimpin tim elite Penjaga Malam yang baru dibentuk dan sekarang rencananya mereka akan di beri misi untuk menyelamatkan orang orang yg di tangkap sebagai budak."
Alea terdiam menatap Nadia dengan tatapan rumit seakan dia sedang berusaha mencerna semua informasi yg baru dia dapatkan.
Pertama, musuh yg dia kawan berasal dari benua lain.
Kedua, orang yg menyematkannya adalah saudara Arthur yg dikabarkan meninggal dalam sebuah dongeon.
Ketiga, orang yg mencuri kastil terapung adalah Nolan.
Hal ini membuat Alea bingung apakah Nolan ada di pihak benua dichaten atau memiliki rencana lain tetapi hal itu juga tidak mengubah fakta jika dirinya selamat karena Nolan yg membuktikan jika Nolan jauh lebih kuat hingga mampu memukul mundur musuh yg melenyapkan semua pasukannya.
Itu juga yg membuat Alea menerima tawaran Nolan, berhenti sebagai lance untuk menemukan kebenaran di balik situasi yg membingungkan saat ini.
"Benua lain sudah mulai menyusup ke benua dichaten." Kata kata Nadia langsung menyadarkan Alea. "Tapi masalah ini tidak sesederhana yg pertempuran antara dua benua."
"Apa maksud mu?" Alea bisa merasakan jika Nadia dan Nolan pasti tahu apa yg sebanarnya terjadi pada benoa ini dan ada alasan besar kenapa Nolan sampai mencuri kastil terapung.
"Benua dichaten dan benua alacriya hanya sebuah papan catur yg akan di gunakan oleh mahluk yg mengaku dirinya adalah dewa. Benar dan salah tidak penting, pion putih atau hitam adalah nyawa seseorang, hal yg sia sia menyelamatkan pion putih atau hitam jika tidak menyelesaikan masalah dari akarnya."
"Sayangnya dengan raja dan para bangsawan yg serakah sebagai pemimpin maka sulit hal itu akan terjadi."
"Jadi tujuan kalian adalah menghentikan perselisihan antara dua benua?"
Nadia tersenyum, mengangkat bahu lalu berkata dengan nada main main. "Entahlah, aku hanya mengikuti apa yg kak Nolan inginkan."
"Tapi selama kamu mengikuti ku dan menunjukan kelayakan mu maka aku bisa membujuk kak Nolan untuk melindungi setidaknya ras elf."
Devani yg sudah membangkitkan inti force terlihat sangat berbeda. Sistem world blessing memberinya kemudahan untuk meningkatkan kekuatan dengan cara mengumpulkan world poin melalui mana beast yg dia bunuh.
Devani membangkitkan black fire sebagai inti force, sebuah api hitam yg bukan hanya membakar musuh tetapi juga bisa menyembuhkan diri sendiri dan sekutu.
Tapi perubahan Devani yg menjadi semakin cantik dan seksi membuat Nolan tak bisa berkata kata. Entah kenapa mereka sempat sempatnya menghabiskan poin world untuk melebih lebihkan penampilan mereka. Jelas jelas jika Devani sudah cukup cantik sebelumnya jadi Nolan masih kurang paham kenapa harus di tambah lagi.
"Apa ada pria yg kamu inginkan?" Jadi Nolan langsung bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Tapi untuk pertama kalinya Nolan melihat Devani linglung hanya dengan pertanyaan sederhana seperti itu dan akhirnya menjawab dengan ragu ragu.
"Tidak juga tapi kenapa menanyakan hal seperti itu?"
Nolan langsung menjawab. "Sebelumnya kamu sudah cukup cantik tetapi sekarang kecantikan mu terlalu berlebihan, bukankah itu hanya menyia-nyiakan world poin. Selain itu kecantikan yg berlebihan hanya akan menarik pria hidung belang yg hanya ingin menikmati kecantikan mu bukan cinta mu."
Devani tiba tiba menunjukan gelagat yg aneh dan bertanya balik pada Nolan. "Tuan juga melakukan hal yg sama, apa tuan memiliki seseorang yg tuan sukai?"
Nolan bingung, menatap cermin yg ada di ruang kerjanya untuk memeriksa dirinya sendiri. "Biasa saja, aku tidak menggunakan poin untuk hal hal seperti itu. Selain itu aku sudah memiliki wanita, jika bukan karena sesuatu terjadi maka kami pasti sudah menikah."
"Jadi begitu..." Devani linglung sesaat. "Lalu kenapa memanggil ku?"
Nolan akhirnya menunjukan sikap serius, mengesampingkan percakapan tadi dan langsung ke inti permasalahan. "Masih ada 400 lebih quota untuk pasukan moon star castle yg belum terisi, jadi aku ingin kamu memimpin pasukan bayangan untuk menyelamatkan para budak dan membawa mereka ke sini. Entah itu ras elf, dwarf atau manusia."
"Baiklah, aku akan segera berangkat." Jawab Devani sedikit menunjukan wajah lelah.
"Dan..." Nolan menghentikan Devani yg hendak meninggalkan ruangan.
"Apa ada lagi?" Tanya Devani.
"Rok mini mu terlalu menggoda dan celana dalam mu pasti terlihat saat bertarung nantinya jadi tambahkan celana ketat." Ujar Nolan sambil menunjuk rok mini ketat yg Devani kenakan.
Devani menggigit bagian bawah bibirnya, meremas kedua tangannya sebelum dia berkata. "Lebih nyaman seperti ini dan aku sendiri tidak keberatan ada yg melihatnya tapi kenapa tuan merasa keberatan? Kenapa tuan tidak ingin orang lain melihatnya? Apa tuan menganggap tubuh ini milik tuan?"
Devani tiba tiba menjadi galak dan berusaha mengintimidasi Nolan dengan kata kata itu tetapi Nolan bukan seseorang yg mudah di intimidasi. Dia menekan Devani ke dinding ruangan, tatapan tajam mereka saling bertemu satu sama lain dan ruangan tiba tiba hening untuk waktu yg lama.
Satupun di antara mereka tidak ada yg bersuara, hanya tatapan mata yg saling bertemu seakan mereka berdua berbicara melalui mata mereka.
"Aku sudah memiliki wanita, apa kamu tidak mengerti maksud ku?" Nolan sengaja menceritakan jika dia sudah memiliki wanita agar Devani tak salah paham dengan maksud kata katanya dari awal. Agar Devani tak berpikir jika dirinya terlalu ikut campur dalam urusan pribadinya tapi sepertinya hal itu gagal dan Nolan harus menggunakan cara lain untuk memperjelasnya.
"Aku tidak peduli tuan sudah memiliki wanita atau sudah menikah. Aku baik baik saja dengan status wanita simpanan atau hanya penghangat tempat tidur." Devani juga tidak gentar, dia menjawab tegas sambil tetap memberi tatapan tajam yg membuat Nolan terkejut.
Nolan sadar jika kesalahpahaman sudah terjadi tapi sebelum dia bisa menjelaskan, kedua tangan Devani sudah memeluk pinggang Nolan. "Tuan.... Tolong jangan seperti ini..."
"Kamulah yg jangan seperti ini." Nolan bingung karena Devani sendiri yg memeluknya dengan erat tetapi dia berkata seakan tidak ingin di peluk.
"Aku tidak keberatan jika tuan ingin memiliki ku tapi beri status yg jelas, jangan gunakan kata kata ambigu seperti tadi."
Nolan hampir pingsan dengan logika Devani. Niat Nolan hanya ingin memberinya saran demi kebaikannya tapi entah kenapa Devani bisa berpikir sejauh itu. Nolan sangat yakin jika belum ada drama Korea di dunia tapi setelah berpikir sejenak, Nolan akhirnya sadar.... Jika dunia ini merupakan cerita novel dari Korea...
"Apa tidak apa apa dengan menjadi salah satu wanita simpanan ku." Setelah sadar Nolan langsung menerima kenyataan. Nolan juga bukan pria munafik, memiliki wanita secantik Devani sebagai selir bukan hal yg buruk.
Devani sendiri juga terlihat bahagia, matanya berbinar seakan mendapatkan hadiah yg dia mimpikan sejak dulu.
"Terima kasih..." Devani dengan penuh semangat mencium bibir Nolan sebelum lanjut berkata. "Mulai sekarang aku akan menggunakan celana ketat saat pergi ke luar atau menjalankan misi."
Devani melepaskan pelukannya dan bersiap untuk pergi tapi Nolan sekali lagi menghentikannya, menekan tubuhnya di dinding, mengangkat kedua kakinya Devina dan mengaitkannya di pinggang Nolan.
"Jika tidak ingin hal seperti ini terjadi, jangan gunakan rok mini lagi." Bisik Nolan di telinga Devani.
"Mmm..." Devani mengangguk, memeluk leher Nolan, sorot matanya terlihat buram, wajah dengan cepat memerah seakan menahan sesuatu yg membuatnya gelisah.
Setelah beberapa menit, Nolan kembali bertanya. "Apa kamu menyesal?"
"Sebaliknya... tapi... Jika seperti ini... Aku tidak akan tahan...."