Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 32
Setelah rombongan raden Erlangga mulai meninggalkan gerbang istana, suasana sekitar mulai hening namun masih terasa penuh haru. Sekar wulan menatap langkah- langkah suaminya yang semakin menjauh, hati kecilnya bergejolak antara bangga dan cemas. Ia kemudian mendongak ke langitlangit yang mulai berawan, berharap doa- do'anya akan mengiringi perjalanan suaminya.
Ia memejamkan mata sejenak, juga mengirimkan do'a tulus agar Arteria, burung kesayangan raden erlangga, mampu menyampaikan pesan dan menjaga keselamatan sang Raden.
Ibunda Sedan mayang merangkul pundaknya dari samping. Wanita sepuh yang masih terlihat aura kecantikannya itu tersenyum dengan menenangkan. "Erlangga adalah seorang ksatria yang hebat Sekar, percaya lah padanya. "
Sekar wulan mengangguk lalu tersenyum tenang. "Aku percaya, ibunda. "
Mereka berdua lalu menatap kepergian rombongan yang semakin menjauh.
Ki Sodewo hanya melirik sekilas ke arah dua wanita berbeda usia itu, lalu tatapannya semakin dalam pada Sekar wulan tapi dia tak mengatakan apapun lalu memilih meninggalkan tempat itu lebih dulu bersama pengikutnya di belakang.
Hari itu berjalan dengan semestinya, setelah melepas Raden erlangga untuk menjalankan misinya, mereka kembali ke hunian masing-masing. Seperti biasa Raden erlangga memberikan pada mandat ki Sodewo untuk menjaga wilayah Kadipaten dan menggantikan dirinya selama dia tidak ada.
Sementara Sekar wulan lalu menjalani hari- harinya seperti biasa di kaputren tapi kali ini sembari menunggu kapan datangnya elang kesayangan sang Raden untuk memberikan pesan padanya.
Dua hari berlalu tanpa terasa, Sekar wulan menjalani harinya dengan riang, seperti apa yang selalu di pesankan suaminya agar ia tak perlu khawatir dan tetap menjalani hari dengan ceria.
Hari itu Sekar wulan sedang berada di taman istana Kadipaten, biasanya ia akan menghabiskan waktu di perpustakaan atau pendopo namun karena bosan dan ingin mencoba sesuatu yang baru, Sekar wulan memutuskan untuk memetik bunga yang sedang bermekaran di sekitar taman.
Di temani oleh Muti dan Tyra, ia menikmati harinya dengan keseruan di taman itu. Namun tiba-tiba saja terdengar suara gerakan aneh dari belakang tembok yang membuat keseruan mereka mendadak terhenti.
Tyra yang sedang memanjat pohon untuk memetik mangga dan Muti yang menemani Sekar wulan yang sedang melihat dan memetik bunga di bawah pohon seketika menoleh ke arah sumber suara.
"Ehh, suara apa itu?" Celetuk Tyra yang langsung turun dari pohon. Sekar wulan dan Muti juga saling pandang dengan wajah keheranan.
"Sebaiknya kita periksa saja, ndoro ayu! " tukas Tyra yang sudah tak sabaran untuk melihat nya. Suara grasak- grusuk itu semakin jelas terdengar.
"Tunggu! " Sekar wulan dengan cepat menahan tindakan Tyra. "Terlalu berbahaya, lebih baik panggil prajurit saja! "
Sebetulnya ada prajurit yang khusus berjaga memang tapi karena kehadirannya dan Sekar wulan yang butuh privasi alhasil ia menyuruh prajurit yang berjaga untuk pergi.
Tapi sekarang mereka membutuhkannya untuk memeriksa apa yang ada di balik tembok itu.
Tyra kemudian mengangguk dengan wajah yang penuh siaga. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba sekelebat bayangan muncul, melewati tembok seperti kilat yang sangat cepat.
Dan ketika mereka sadar, seseorang sudah berada di depan mata mereka saat ini menggunakan tudung yang menutupi kepalanya.
Sontak ketiga perempuan itu membelalak kaget, Sekar wulan sudah bersiap menyerang dan mengambil senjata yang selalu ia bawa di belakang kemben nya, Tyra juga sudah siap untuk menyerang orang asing itu.
Tapi terdengar suara yang sangat familiar di telinga nya, hingga membuat Sekar wulan mendadak berhenti.
"Tunggu, dinda. Ini aku. " Suara berat seorang pria terdengar lalu tudung pun di buka hingga nampak lah seraut wajah tampan yang amat Sekar wulan kenal.
"Raden kertayasa. " Saking terkejut nya Sekar wulan melongo untuk beberapa saat.
Sementara laki-laki berpostur tinggi itu mengangguk, wajahnya terlihat sendu namun senyum manis ia perlihatkan.
"Apa kabar dinda? " suaranya kemudian berubah begitu lembut dan sarat akan kerinduan.
"Aku merindukan mu... ku harap, kau juga merindukan ku? "
Tapi bukannya senang, ekspresi Sekar wulan berubah sangar. "Bagaimana kau bisa masuk kesini? " tanyanya tanpa basa- basi.. Mungkin jika Sekar wulan yang dulu akan langsung memeluk laki-laki itu namun yang berdiri sekarang adalah Sekar wulan yang baru. Sekar wulan yang sangat mencintai raden erlangga.
"Kau tahu bukan jika Kadipaten ini memiliki penjagaan yang sangat ketat. " tukasnya dengan kedua alis berkedut marah.
Raden Kertayasa malah menampilkan senyum getir. "Beginikah sambutan yang ku dapatkan setelah perjuangan ku untuk datang kesini, dinda? "
Tangan Sekar wulan justru terkepal erat. "Berhentilah raden Kertayasa, aku bukan lagi kekasih mu. Yang berdiri sekarang di depan mu adalah istri adipati Erlangga. Dan kau... kau adalah kakak ipar ku. Bagaimana bisa kau mengucapkan kata-kata itu? "
Raden kertayasa bukannya langsung sadar malah mendengus geli. "Kakak ipar? sudah dua bulan yang lalu aku menceraikan kakak mu, Sekar. Kita tak punya hubungan ipar seperti itu. "
"Apa? " Mata Sekar wulan membelalak. "K- kalian berdua bercerai?"
"Ya.Karena sejak awal yang aku cintai adalah kamu. Kau tahu bagaimana sedihnya aku ketika mendapatkan kabar jika kau di jodohkan dengan adipati kejam itu? siang dan malam aku tak bisa tidur karena terus memikirkan mu. Apalagi tersiar kabar jika kamu sering melakukan keonaran agar Erlangga menceraikan mu. Aku sangat sedih, hanya agar berpisah dengan nya kau sampai merusak citra mu sendiri. "
Sekar wulan lantas merenung. "Ternyata ada berita tentang ku yang seperti itu sudah tersebar hingga ke kerajaan sebrang. " gumamnya.
"Tapi sekarang aku ada dinda. Tak ada lagi yang akan menghalangi cinta kita, tidak kakakmu, ayahanda mu atapun bopo ku. Kita bisa bersatu. "
Kening Sekar wulan kembali menukik tajam. "Kamu halu raden, perasaan ku padamu sudah lenyap sejak lama. Kau bilang mencintai ku? tapi kau tak pernah sama sekali berjuang untuk itu. Kau hanya diam saja ketika di suruh untuk menikah dengan kakak ku. Itu yang kau sebut cinta?" Sekar wulan mendengar geli.
Raden Kertayasa sontak kalang kabut di tempat nya.
"Dinda, biar ku jelaskan apa yang terjadi hari itu. Aku di paksa untuk menikah dengan kakak mu--"
Tapi Sekar wulan mengibaskan tangannya, tak ingin mendengar lebih lanjut perkataan laki-laki itu.
"Sudahlah apapun alasannya aku tak peduli. Dan berhenti memanggilku Dinda, aku bukan dinda mu! " tegas sekar wulan dengan tajam.
Lalu ia berbalik dan melangkah diikuti oleh kedua dayangnya di belakang.
Prajurit! " Teriak sekar wulan dengan kencang memanggil para prajurit yang kemudian langsung menghadap padanya.
"Ada penyusup yang datang kesini. Cepat tangkap jika tidak aku akan menghukum kalian karena telah lalai hingga membiarkan seorang penyusup datang! "
"Baik ndoro puteri! " para prajurit yang awalnya wajah mereka terlihat pucat pasi karena ancaman Sekar wulan langsung berubah garang saat menatap raden kertayasa yang sedang dalam penyamaran itu.
Sedangkan raden kertayasa terus meneriaki sekar wulan bahkan meraung seperti orang gila namun sekar wulan tak menanggapinya sama sekali.
Dalam otak sekar wulan saat ini, tengah berpikir dimana keberadaan kakaknya sekarang? kenapa kakaknya tak datang padanya setelah di campakkan begitu saja oleh raden kertayasa?
****
cuit cuit