bijak dalam memilih bacaan!
"Kamu... siapa?" bisik Zeya lirih, tangan kirinya memegangi kepala yang berdenyut hebat.
Pria itu tersenyum lembut, menatapnya seolah ia adalah hal paling berharga di dunia ini.
"Aku suamimu, sayang. Kau mungkin lupa... tapi tenang saja. Aku akan membuatmu jatuh cinta lagi...seperti dulu."
*****
Zeya, seorang mahasiswi kedokteran, tiba-tiba terbangun di dunia asing. Ia masih dirinya yang sama,nama, wajah, usia..tak ada yang berubah.
Kecuali satu hal, kini ia punya suami.
Ares Mahendra. Dosen dingin yang terlalu lembut saat bicara, terlalu cepat muncul saat dibutuhkan… dan terlalu mengikat untuk disebut sebagai “suami biasa.”
Zeya tidak mengingat apa pun. Tapi dokumen, cincin, dan tatapan Ares terlalu nyata untuk disangkal. Ia pun mulai percaya...
Hingga satu rahasia terkuak,zeya bukan istri nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 :Cinta atau Kendali?
Zeya duduk di tepi ranjang, masih dengan perasaan gelisah dan bingung.mana yang harus ia percaya,peringatan dari surat yang bahkan Zeya tidak tau siapa pengirimnya atau percaya pada Ares yang sudah jelas adalah suaminya.
surat itu kembali ia lipat dan selipkan di balik buku catatan nya.
“Jangan percaya padanya"Satu kalimat yang terus berputar di kepala zeya bagai bisikan dari bayangan seseorang.
Suara pintu terdengar dibuka oleh seseorang secara tiba tiba.Zeya buru-buru menyembunyikan buku catatan nya di dalam laci.mencoba mengatur napas dan sikapnya agar terlihat biasa saja.
Ares muncul di ambang pintu kamar, mengenakan kemeja gelap yang lengannya digulung. Di tangannya, seikat bunga lili putih terbungkus kertas cokelat.
"Sayang... aku pulang!" seru Ares sambil tersenyum manis begitu membuka pintu.
Zeya ikut tersenyum, meski senyumannya terlihat canggung.
"O-oh... operasinya udah selesai?" tanya zeya berusaha terdengar santai.
Ares menyipitkan mata, menyadari ada yang berbeda. Nada bicara Zeya terdengar canggung, dan ekspresinya tidak seperti biasanya. Ia mulai mencurigai sesuatu.
"Kenapa suaramu terdengar kaku? Ada sesuatu yang terjadi di rumah?" tanyanya perlahan, nada suaranya tenang tapi mengandung tekanan.
"T-tidak... Tidak terjadi apa pun dirumah kok," jawab Zeya, sedikit gugup.
Ares menatapnya tajam, seolah berusaha membaca isi pikirannya lewat sorot mata Zeya.
"E-eh… k-kamu bawa apa itu?" tanya Zeya cepat, berusaha mengalihkan perhatian.
"Bunga...untukmu,aku beli sebelum pulang tadi" jawab Ares sambil tersenyum tipis. "Katanya, lili putih itu lambang ketulusan." Ia menyerahkan seikat bunga lili putih yang tampak segar.
Zeya menerimanya dengan kedua tangan, mencoba tersenyum meski terasa kaku di wajahnya."Terima kasih… bunganya cantik banget."
Ares mengangguk pelan, tapi tatapannya belum lepas dari wajah Zeya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya,ekspresi zeya berbeda dari biasanya.
Ia duduk di pinggir ranjang, lalu mengulurkan tangan, mengusap punggung tangan Zeya dengan lembut.
"Tapi… kenapa wajahmu masih tegang begitu?" tanyanya pelan. "Kamu tidak suka bunganya?"tebak Ares asal.
Zeya cepat-cepat menggeleng.
"Nggak,aku suka banget kok,aku.. cuma... agak capek aja habis bersihin kamar mandi," bohongnya, mencoba terdengar santai.
Ares menatapnya tak suka.
"Siapa yang nyuruh kamu kerjain pekerjaan rumah? Kamu itu istriku, sayang... membersihkan rumah tugasnya pembantu," ucapnya sambil mengusap pipi Zeya dengan ibu jarinya. Gerakannya lembut, tapi justru membuat tengkuk Zeya terasa kaku.
"Aku cuma iseng aja kok," jawab Zeya cepat, bingung harus membela diri seperti apa.
"Mulai besok, kamu nggak aku izinkan menyentuh pekerjaan rumah lagi," tegas Ares tanpa nada marah, tapi tetap tak bisa ditawar.
Zeya hanya mengangguk saja pada akhirnya.
Ares tersenyum puas."Kamu pasti capek banget, ya? Kalau memang kecapean,kenapa nggak tidur duluan?" tanyanya lembut, penuh perhatian layaknya suami penyayang.
Zeya menunduk."Tadi sempat ketiduran sih... tapi kebangun lagi, terus sekarang malah nggak bisa tidur," ujar zeya berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Ares diam sejenak. Ia tahu Zeya berbohong,alasan yang diucapkan Zeya terdengar dibuat buat, Tapi ia memilih untuk tidak mengomentari. Ia akan mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
Ia menghela napas pelan, lalu memiringkan wajah, mencoba menatap mata Zeya yang terus saja menghindar. Tangannya bergerak perlahan ke tengkuk Zeya, lalu turun ke bahunya, membuat Zeya tegang dan kaku.
"Kalau begitu… mau aku bantu biar bisa tidur nyenyak malam ini?" bisiknya pelan, nyaris seperti godaan.
"M-maksudnya?" Zeya mengerutkan kening, benar-benar tidak mengerti maksudnya.
Ares tersenyum geli melihat kepolosan istrinya."Berhubungan suami istri."
Zeya tampak panik. Ia ingin menolak. Hati kecilnya berkata, jangan menyerahkan diri sebelum tahu apa sebenarnya isi surat misterius itu dan siapa yang mengirimnya.
"Hmm... kayaknya aku lagi nggak enak badan malam ini. Bisa nggak… kita tunda besok aja?" Zeya mencoba menawar dengan nada hati-hati.
Ares menatapnya dalam dan lama, Ia tidak langsung menarik tangannya, tapi juga tidak memaksa Zeya untuk melayaninya.
"Begitu, ya?"nada bicara Ares terdengar kecewa.
Zeya mengangguk cepat, hatinya sedikit merasa sakit karena ekspresi Ares yang tampak sangat kecewa karena dia menolaknya berhubungan.
"Kamu marah?"
Ares menggeleng pelan, raut wajahnya masih menyiratkan kekecewaan.
"Aku cuma... sedikit kecewa. Kamu menolak saat aku benar-benar menginginkannya," ucapnya lirih.
Zeya terdiam sejenak,jujur ia merasa bersalah. Bagaimanapun juga, ia adalah istrinya. Dan bagian dari dirinya merasa itu adalah kewajiban yang seharusnya ia penuhi.
"Bagaimana ini?,Dia terlihat benar benar sedih dan kecewa.Aku tidak tega melihatnya seperti itu..."gumam Zeya dalam hati,merasa sedikit bimbang.
Tiba-tiba, Ares menarik napas panjang lalu kembali tersenyum, kali ini lebih tenang.
"Nggak apa-apa, sayang. Aku ngerti kamu lagi nggak enak badan. Kita bisa melakukannya lain kali," ucapnya dengan pasrah, suaranya terdengar sangat meyakinkan dan justru itu membuat Zeya makin merasa bersalah.
Zeya menunduk, hatinya terasa berat.
"Hm... kita... kita bisa bercinta malam ini."
Ares menoleh cepat.
"Kamu berubah pikiran?"
"Aku nggak tega lihat kamu kecewa gitu," ucap Zeya pelan, nyaris seperti bisikan.
Ares langsung menggeleng dengan lembut.
"Jangan pikirkan aku, sayang. Aku beneran nggak papa kok."
"Aku juga nggak papa... kita lakuin aja malam ini," balas Zeya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Ares tersenyum kecil, matanya berbinar.
"Kalau begitu, aku mandi dulu, ya. Tubuhku lengket banget habis keluar dari ruang operasi," ujarnya pelan.
Zeya hanya mengangguk pelan.
Sebelum beranjak ke kamar mandi, Ares sempat mendekat, lalu berbisik di telinga Zeya dengan nada menggoda,
"Aku akan membuatmu puas malam ini, sayang... dan tidak akan ada yang bisa menyelamatkanmu dari cengkeramanku."
Zeya langsung merinding mendengarnya. Bukan hanya karena kata-katanya, tapi juga karena tatapan Ares yang begitu penuh percaya diri dan... sedikit mengintimidasi.
Di balik senyum kemenangannya, Ares tahu ia telah berhasil menipu zeya dengan wajah kecewanya.ternyata menjadi manipulatif lebih muda daripada menunjukkan sisi posesif dan intimidasinya
*
Kalau kamu suka dengan ceritanya🤭, jangan lupa tekan like, tinggalkan komentar, dan beri bintang sebagai bentuk dukunganmu☺️. Sampai jumpa di bab berikutnya! 🌷✨