NovelToon NovelToon
Darah Pendekar

Darah Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan / Dendam Kesumat / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: bang deni

perjalanan seorang anak yatim yang berusaha menjadi pendekar untuk membalaskan dendam atas kematian pamannya karena perampokan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pendekar Palsu.

   Dengan bersenjata pedang ia berharap racun yang ada di dalam tubuhnya tak ikut menyerang.

Arya berdiri dengan pedang pendek di tangannya, dikelilingi oleh lima pendekar sewaan yang kini berubah menjadi serigala serakah.

"Berani sekali kau, bocah! Hanya dengan tingkat pedang pita putih kau menantang kami!" seru pendekar pedang pita kuning. Ia melesat secepat kilat.

   "ha ha ha ,Jangan menyesal kau anak muda , " ucap pendekar bayaran lain sambil menertawakan Arya.

    Wuuut

    slap

Arya bergerak dengan langkah ajaib yang di pelajari, tubuhnya berkelebat tak terlihat dan sudah berada di belakang penyerangnya.

   " Plok"

Arya dengan santai mengemplang pendekar itu dengan badan pedang

   " aah"

pendekar pedang menjerit kaget , ia tak bisa melihat gerakan Arya dan sudah di pastikan bila Arya berniat membunuhnya ia sudah mati tertusuk pedang.

   " kau menipu, tingkatan mu bukan pita putih " teriaknya ketakutan . Keringat sebesar jagung mengalir di dahinya

   " hei , apa yang kau lakukan , cepat serang !" seru salah satu dari pendekar bayaran itu , di tangannya memegang cambuk ia maju dengan cambuk baja, di putar cepat seperti ular ganas.

" wuut"

" wuut"

" jletar.

Cambuk itu memecah udara, mengarah ke leher Arya. Tapi tubuh Arya membungkuk rendah, kakinya menyapu tanah, lalu melompat ke samping. Dengan cepat ia memutar pedangnya memukul pergelangan tangan si pendekar hingga cambuknya terlepas.

"Praaak!"

Aaaargh

Pendekar itu terpental dan mencium tanah, mulutnya berdarah.

"Setan! Bocah ini terlalu gesit!" geram para pendekar itu

satu pendekar, yang bertubuh besar bersenjata tongkat bergerak maju maju sambil sambil menggeram.

"Byaaaarghh!

wuuuut

Tongkatnya menghantam dari atas. Arya memutar cepat, melompat, dan mendarat di tongkat itu sendiri, lalu menginjaknya dan memutar ke belakang punggung si pendekar.

Dengan dengan ujung pedangnya, Arya menyentuh titik saraf di belakang lehernya.

"Tuk!"

"Bruuk!"

Tubuh si pendekar raksasa bersenjata tongkat itu roboh, tak bergerak lagi karena di totok oleh Arya dengan pedangnya

  Seraaaang bersama sama!" teriak salah satu pendekar bayaran itu memberi perintah.

    Hiaaaat

    hiaaaaat

Semua pendekar yang masih bisa menyerang bergerak maju serentak menyerang Arya yang berdiri .

   " sepertinya aku harus memusnahkan tenaga dalam mereka " gumam Arya melihat cara menyerang mereka yang kejam , tak mencerminkan seorang pendekar aliran putih .

   " Arya tak mengerahkan tenaga dalamnya berlebihan, ia takut mereka tewas terkena racun yang ada di dalam tubuhnya,

  "wuuuut"

  " cletar "

suara cambuk dan tongkat menderu menyerang Arya dari empat penjuru .

    " hiaaaaat"

     wuuuuut

   clap

   clap

   clap

   clap

   clap

dengan gerakan gerakan cepat Arya memutus urat di bahu mereka yang menjadi inti aliran tenaga dalam mereka , gerakannya terlalu cepat saat mereka menyadari bila Arya telah memotong urat mereka

   aaargh

   aaargh

   aaargh

   bruk

   bruk

Mereka menjerit dan jatuh satu persatu kehilangan tenaga mereka ,

   " apa yang kau lakukan!" teriak mereka dengan suara parau. Tubuh mereka seperti tak mempunyai tulang lagi.

   " kalian mengaku pendekar tetapi kelakuan kalian seperti perampok, jadi aku melumpuhkan tenaga kalian, di kemudian hari jadilah warga yang baik" sahut Arya

   " kau kejam , lebih baik kau bunuh kami daripada kau buat kami begini," teriak satu pendekar itu.

    Arya mengernyit , ia tak mengerti dengan pemikiran para pendekar itu, baginya nyawa lebih penting dari pada tenaga dalam mereka, namun Arya tak mengetahui, mereka mengaku sebagai pendekar aliran putih tetapi mereka sering memeras rakyat jelata dengan alasan membantu, hingga kini saat kekuatannya hilang mereka merasa tak mempunyai kekuatan untuk melindungi diri sendiri.

   " ayo kita kembali" ajak Arya , para penduduk yang tadi terdiam melihat Arya bertarung tersadar dengan cepat mereka mengambil alih menarik dan mendorong gerobak.

   " Arya kau kemana ?, paman khawatir" Tanya Paman Yudha saat melihat arya datang,

   " ayah, Arya membawa hail panen dari sarang perampok di Gunung Elang" Karyo memberitahukan .

   Paman Yudha melotot mendengar nya

   " waduh bisa bahaya kalau kamu mencuri dari sana bisa nyasar ke warga!" teriaknya panik

    he he he"

    " perampok Gunung Elang sudah musnah ayah, aku juga sempet lihat asap tebal di gunung Elang" Karyo tertawa mendengar ayahnya panik

   " musnah!?, beneran?" tanyanya tak percaya.

   " iya paman, tadi ada seorang pendekar sakti yang menghabisi mereka" sahut Arya

   " ha ha ha, kita bebas, itu kamu beneran bawa hasil bumi yang di rampok?' tanya Paman Yudha lagi

    ' iya paman , aku melihat hasil bumi menumpuk di sana dari pada habis di makan api aku membawanya kemari, tapi paman desa lain juga beri bagian" ucap Arya

    " ya, kita akan bagi tiga, yang aku tahu selain desa beringin kita, desa pandan wangi dan juga desa Sedayu " sahut Paman Yudha

    " Mana jaya dan Bendi, ?" tanya nya kemudian,

    " kami di sini ayah, ada apa?" bendi dan jaya yang memang berada di balik pintu menyahut

  " kalian berdua ke desa Sedayu dan desa Pandan wangi, bilang pada lurah desa mereka bila aku memintanya datang, dan suruh membawa gerobak" perintah paman Yudha pada kedua anaknya

    " baik ayah, aku akan membawa beberapa orang , biar aku ke desa Sedayu sedang Jaya ke desa Pandan wangi" sahut Bendi bersemangat.

    " huh, bilang saja kamu ingin bertemu larasati !" dengus Jaya kesal.

    " he he he, kan sekalian bertemu " Bendi tertawa kecil .

   keduanya berangkat memanggil lurah desa yang di maksud.

    " Yo, bisa antar aku ke makam paman ?" pinta Arya pada Karyo.

   " tentu saja bisa , mau kapan?, sekarang?" ucap Karyo tak sabar.

     " kita beli baju sambil cari makan dulu yah , baru kesana" ucap Arya, Karyo mengangguk

    Karyo mengantar Arya ke pasar , yang lumayan jauh dari rumah nya , Arya membeli beberapa stel , ia juga mengajak Karyo makan di salah satu kedai yang terkenal di pasar itu.

    " Ya, kamu bisa ajarkan kami silat?" tanya Karyo saat mereka beres makan,

    " bisa tapi paling dasar tenaga dalam saja ,karena aku akan melanjutkan perjalanan setelah ini," sahut Arya, andai tenaga dalamnya tak beracun ia pasti sudah menyalurkan tenaga dalamnya membantu mereka bertiga

     " ga apa apa, yang penting aku punya tenaga dalam dan sedikit jurus agar bisa melindungi diri dan juga warga desa" ucap Karyo senang .

    setelah makan mereka berangkat ke makam

   Mereka berjalan dalam keheningan yang khidmat menyusuri jalan setapak di pinggiran hutan yang rimbun, menjauhi keramaian desa yang perlahan kembali normal. Hutan yang dulu sering menjadi tempat bermain mereka, penuh tawa riang dan petualangan anak-anak, kini terasa berbeda, dipenuhi kenangan pahit namun juga kedewasaan dan kekuatan yang telah ia raih. Akhirnya, mereka tiba di sebuah gundukan tanah sederhana yang dinaungi pohon besar yang rindang, seolah melindungi makam itu dari terpaan dunia.

"Wira"

 Satu nama tertera di papan Nisan yang berdiri tegak di sana, tampak rapuh dimakan usia namun kokoh dalam kenangan Arya.

Arya berlutut, menatap nisan itu dengan mata berkaca-kaca, air mata yang sudah lama ia tahan akhirnya menetes, membasahi tanah kering di depannya. Ingatan tentang Paman Wira, sosok sederhana namun penuh kasih yang telah membesarkannya sejak bayi, sosok yang selalu mengajarinya tentang kebaikan dan kejujuran, menyeruak dalam benaknya. Ia teringat tawa renyah pamannya, nasihat-nasihat bijak yang selalu menghangatkan hati, dan bagaimana pamannya selalu melindungi dirinya dengan segenap jiwa dan raga, bahkan hingga akhir hayatnya.

"Paman,"

bisik Arya, suaranya sedikit bergetar, tercekat oleh emosi yang membuncah.

 "Arya sudah kembali. Arya sudah menepati janji untuk membalaskan dendam Paman. Mereka yang bertanggung jawab atas kematian Paman, atas teror di desa ini, sudah Arya bereskan." Ia menceritakan singkat tentang perampok Gunung Elang yang telah ia lumpuhkan dan bagaimana markas mereka ia ratakan agar tak menjadi sarang kejahatan lagi, namun tanpa merinci bagaimana ia melakukannya. Ia memilih untuk tidak menakuti Karyo dengan detail kekuatan yang ia miliki, yang mungkin terlalu sulit mereka pahami.

"Paman, beristirahatlah dengan tenang di sana. Arya akan terus membawa nama baik Paman, dan akan terus membela yang lemah seperti yang Paman ajarkan." ucap arya, Ia menundukkan kepala, memanjatkan doa dalam hati, janji untuk terus membela kebenaran dan membasmi kejahatan terukir dalam sanubarinya, menjadi kompas dalam perjalanannya kelak. Karyo berdiri di belakangnya, ikut merasakan kesedihan dan kelegaan Arya. Keheningan makam itu menjadi saksi bisu ikatan yang takkan putus, sebuah sumpah diam yang menguatkan persahabatan mereka. Setelah beberapa saat, Arya bangkit. Wajahnya kini terlihat lebih tenang, seolah beban berat di hatinya telah sedikit terangkat, digantikan oleh tekad yang baru dan lebih kokoh.

"Terima kasih sudah menemaniku," ucap Arya kepada Karyo

"Tak masalah, Arya. Kami senang kau kembali, dan bangga padamu," sahut Karyo tulus

selesai berziarah mereka pulang kembali ke rumah Paman Yudha.

1
Blue Angel
yuk baca ga bakal nyesel
Wan Trado
kalau pemilihan dilakukan dengan cara pertandingan maka jangan dibilang mengundi
Blue Angel: mengundi untuk pertama pertarungan , siapa lawan siapa , hanya di final yang ga pake undian 🙏🙏🙏
total 1 replies
Wan Trado
buset ini budi nongol aja.. bapak budi, ibu budi, kakak dan adik budi ga ikutan..?? 🤦‍♂️
Blue Angel: maaf bro kebanyakan buku jadi suka salah tulis MC, terima kasih nanti di revisi
total 1 replies
Wan Trado
wuiihhh, udah 4 tahun saja..
Wan Trado
dimana-mana ada rian... sepertinya idola sekali ya Thor.. 🤦‍♂️
Blue Angel: maaf bro, Rian sama bima novel pertama jadi ke inget terus🙏🙏🙏
total 1 replies
SONIYA SIANIPAR
keren
Blue Angel: terima kasih kak
total 1 replies
Osmond Silalahi
lah menang walk out dong
Osmond Silalahi
harta karun ... yeeee
Osmond Silalahi
wah ... aku klo gini takut bgt. horor
Osmond Silalahi
ky baca komik tiger wong / tapak suci dlu. vibes pendekar
Blue Angel: siap kak
Osmond Silalahi: jgn di spill ya
total 5 replies
Osmond Silalahi
gak terasa berat?
Osmond Silalahi
aq mampir disini
Bang Deni 0909
nice
M H
gass lanjut kan thor
Blue Angel: terima kasih. ,siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!