Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lintah
Dimas berlari ke arah depan bersama Gibran, Sadam dan Gilang. Mereka melihat Laras sedang meremas perutnya dengan wajah yang sudah pucat dan keringat dingin, di sampingnya Panji sedang berusaha menenangkan Laras yang keringatnya memenuhi pelipisnya, tapi ada satu keanehan yang mereka lihat, perut Laras nampak menonjol dan bergerak gerak seperti orang hamil.
"Innalilahi, Dimas dia dalam bahaya kalau sampai teluh itu berhasil merusak organ dalamnya" ungkap Gibran
"Nenek" panggil Dimas
Rukmini muncul karena merasakan adanya ancaman dari arah bengkel Dimas, ternyata yang dia rasakan adalah sosok asing yang bersemayam di dalam perut Laras.
"Minggir nak, buatkan nenek air garam dan juga bawakan daun Bidara sebanyak tujuh lembar" ucap Rukmini
Rukmini terlihat seperti seorang nenek biasa ketika di depan teman teman Dimas, dia akan melakukan penyamaran itu agar teman teman Dimas tidak takut padanya.
"Bacakan alfatihah untuk anak ini, siapa namanya?" tanya Rukmini yang sedang mengusap perut Laras
"Katanya namanya itu Larasati Haryanto nek" jawab Panji
"Segera kirimkan untuknya"
Para teman Dimas segera membacakan alfatihah untuk Laras, nenek Rukmini juga menyentuh dada Laras agar Laras bisa tetap sadar dan tidak tertidur.
"Istighfar nak, nyebut" bujuk Rukmini ketika air garam dan daun Bidara sudah di bawakan Dimas.
"As.. As... Astagfirullah.. Astagfirullahaladzim" lirih Laras dengan susah payah
"Bagus, terus ucapkan itu dan tahan setiap rasa sakit di leher kamu ataupun di perut kamu"
Rukmini kembali fokus membacakan ayat kursi pada air garam yang di bawa Dimas. Dia lalu mengusapkan air itu di perut Laras setelahnya dia menyimpan ke tujuh daun Bidara itu ke perut Laras yang sudah di pindahkan ke dalam.
"Nenek seharusnya tidak melakukan ini, tapi nenek tidak mau kalau sampai orang orang di kampung ini menyalahkan Kamu karena ada yang meninggal di sini, teluh ini sudah sejak lama menempel di tubuhnya, itu sebabnya akan sangat sulit melepaskan teluh itu dari dalam tubuhnya hanya dalam satu hari saja" ungkap Rukmini
"Apa separah itu nek?" tanya Dimas
"Iya nak, sepertinya ada yang tidak menyukai gadis ini di tempat dia bekerja dan mencoba membunuhnya karena dia di sayangi atasannya dengan kerja kerasnya" jawab Rukmini
"Kasihan sekali nek" ungkap Panji
"Minumlah ini, baca bismillah dan alfatihah, tiga kul dan setelah itu ayat kursi" ucap Rukmini memberikan air garam itu pada Laras yang terus meringis kesakitan.
"Pelan pelan saja" bujuk Sadam ikut berdo'a saat melihat Laras terburu buru memegang air garam itu sampai hampir terjatuh.
"Aaakkhh sakit nek!" teriak Laras
"Jangan putus istighfar setelah itu baca Al ikhlas terus menerus tanpa henti sampai sakit kamu berkurang" ucap Rukmini terus menekan perut Laras
Dengan susah payah dan terbata bata Laras mengucapkan apa yang di minta Rukmini, tentunya dengan niat ikhlas karena Allah dan juga mengharapkan pertolongan juga ampunan dariNYA.
"Keluarlah kamu mahkluk yang mendiami perut Larasati Haryanto!" bentak Rukmini
Hueek.. Hueek..
Larasati memuntahkan banyak darah dari dalam perutnya, tak hanya darah, ada paku payung, silet dan ada juga kulit telur sampai dia lemas dan hampir pingsan jika saja Rukmini tidak memberikan energinya pada Laras.
"Kkkkk...." Suara seperti kekehan tertahan terdengar dari dalam diri Laras, dia sekarang di kuasai mahkluk itu.
"Istighfar saya bilang kalau kamu mau selamat Larasati Haryanto!" bentak Rukmini membuat Larasati kembali tersadar dan terus beristighfar.
"Hueek.. Mual sekali" ucap Larasati.
"Keluarkan lagi" ucap Rukmini kembali menyodorkan kantung plastik pada Laras
"Huek.. " lintah berukuran cukup besar akhirnya keur dari mulut Laras, lintah itu sudah sangat gemuk sekali karena sepertinya terus menyedot darah Laras dari dalam.
"Baluri lintah itu dengan garam, dia harus musnah dan kembali pada pemiliknya" bisik Rukmini
Dimas mengerti, dia berdiri dan melihat lebih dekat lintah yang ukurannya bisa sampai seukuran lengan anak anak balita itu, dan melumurinya dengan garam.
Srak.
Dimas di minta untuk mundur sementara karena mungkin lintah itu akan segera menunjukkan wajah aslinya.
Dan benar saja, begitu garam itu di siram ke lintah tersebut.
Kkkkkkkm..
makhluk itu sepertinya tidak senang karena di ganggu oleh Rukmini yang terus menerus membacakannya ayat ayat suci Al Qur'an.
Srak.
"Astagfirullah, Gilang awas" ucapnya Dimas ketika lintah itu akan melompat ke arah Gilang yang terlihat tertegun dengan kejadian yang baru pertama kali dia lihat.
"Kembalilah Kepada tuanmu! ini adalah wilayah ku jadi pergilah!" perintah Rukmini
"Tidak bisa, darahnya sudah terikat denganku, aku tidak bisa pergi darinya" jawab lintah itu dengan suara serak bahkan terus berusaha melompat ke arah Laras lagi.
"Kalau begitu jangan salahkan aku kalau kamu akan mati sekarang juga" jawab Rukmini membawa lintah itu pergi dan meminta Sahara juga kedua anaknya untuk membersihkan energi hitam dari tubuh Laras.
"Ini, kamu minum dulu air garamnya sampai habis" bujuk Dimas
"Hiks.. Terima kasih kak, aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan kalau sampai itu terjadi di jalan, Laras takut kalau sampai rasa sakit itu kembali lagi" ungkap Laras
"Memangnya sejak kapan kamu sakit seperti ini?" tanya Gibran
"Sudah setahun yang lalu, kata dokter mungkin itu hanya sakit maag saja tapi sakitnya sering tidak bisa Laras tahan dan ujung ujungnya pingsan" jawab Laras
Sahara sudah muncul bersamaan Argadana dan Anggadana, dia melihat ke sekeliling bengkel, ada asap hitam di dalam motor Laras dan Argadana di minta untuk membersihkan asap itu oleh Dimas yang diam diam masuk ke dalam bengkelnya agar Laras tidak curiga ketika dia hanya berbicara sendirian.
"Ibunda, lihat ini, ini adalah bagian dari kuku perempuan tadi, dia pasti mengenal pelakunya karena sudah dengan mudah bisa mendapatkan darah dan kuku perempuan tadi ibunda" ungkap Anggadana
"Hihihi.. aduh, ibunda tidak tahu masalah ini, tapi nenek bilang untuk di bersihkan, jadi ayo kita bersihkan jangan sampai papa kalian kena masalah" ucap Sahara
"Baik Ibunda" jawab keduanya memejamkan mata mereka dan menghisap asap hitam itu dengan sekejap mata.
"Beres ibunda"
"Cepat sekali asapnya sudah hilang, kalian tidak sakit paru paru kan? Mana asapnya hitam mirip polusi di jalan raya, ayo anak anak kita minum air es buah supaya kalian sehat lagi" ajak Sahara
"Itu mah kamu yang mau Sahara, anak anak, kalian tidak apa apa kan?" tanya Dimas menjewer telinga Sahara.
"Iya papa, kami tidak apa apa, hanya pusing saja" jawab Argadana
"Segera buang asap itu ke tempat pemiliknya, katakan kalau dia meninggalkan sesuatu dan kalian mengembalikannya" bisik Dimas
"Hihihi.. siap papa" jawab keduanya cekikikan dan menghilang dari sana
"Sahara?" tanya Sahara
"Kamu lihat Laras, apa masih ada sisa teluh di tubuhnya atau tidak" jawab Dimas.
"Malas"
"Batagor sama bakso jumbo"
"Sahara akan periksa sekarang"