Diandra Aksara adalah seorang putri dari pemilik Tara Bumi Grup yang kaya dan terpandang, karena sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri, Diandra mengambil alih tanggung jawab yang diberikan oleh ayahnya untuk mengurus kediaman dan juga perusahaan milik keluarga mereka.
Dibawah tekanan dan iri hati sang ibu tiri dan juga saudari tirinya, Diandra berusaha menjalankan tugas yang diberikan oleh ayahnya dengan baik meskipun sebenarnya ia kerapkali menghadapi rintangan dan juga bahaya yang diciptakan oleh dua orang yang sangat membencinya.
Namun kehidupan Diandra yang penuh rintangan dan juga bahaya pelan pelan sirna ketika ia bertemu dan mengenal Abimana Narendra, Seorang CEO yang dikenal jujur,berani, dan juga tajir melintir.
Penasaran dengan ceritanya? Ikuti terus kisahnya hanya di novel Gadis Kecil Kesayangan Sang CEO.
noted🚨🚨🚨
dilarang baca lompat dan komentar jelek.
Yang suka boleh like, yang tidak suka, semoga suka.
Ingat dosa ditanggung pembaca☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Setelah memikirkan semuanya, Amara pun akhirnya mau untuk mengikuti permintaan Bu Ratna untuk ikut dalam rencana pak Surya yang ingin menjodohkan salah satu putrinya dengan Abimana.
"Baiklah mama, Amara mau untuk mengikuti perjodohan itu. Amara siap melakukan apapun untuk mendapatkan CEO dari perusahaan Santara Corp itu." ucap Amara yang membuat Bu Ratna merasa sangat senang dengan keputusan putrinya.
"Syukurlah, memang kamu yang bisa mengerti mama, Amara. Baiklah kalau begitu sekarang cepat kamu siap siap, dandan yang cantik, pakai baju yang bagus, sebentar lagi Abimana akan datang." ucap Bu Ratna yang kemudian berdiri dan bersiap untuk membiarkan putrinya bersiap siap.
"Iya ma, mama tenang saja. Malam ini, Amara akan buat Abimana suka dengan penampilan Amara." ucap Amara dengan percaya diri.
Malam pun datang, akhirnya semua persiapan untuk menyambut kedatangan Abimana di kediaman Surya Atmaja telah selesai dilakukan. Beberapa vas bunga besar yang berisi bunga bunga mawar merah segar telah di tata rapi di atas meja ruang tamu, tirai tirai jendela semuanya sudah diganti dengan tirai baru yang berwarna merah.
Lampu gantung kristal besar telah tergantung dengan cantik di atas langit langit ruang tamu yang cahaya hangatnya menerangi setiap sudut dari ruang tamu.
Di ruang makan, terlihat Diandra yang masih sibuk memeriksa semua hidangan yang telah dimasak oleh koki kediamannya. Pak Surya yang memperhatikan hal itu, segera mendatangi Diandra dan menyuruhnya untuk bersiap siap bertemu dengan Abimana.
"Diandra" sapa pak Surya yang membuat Diandra yang semula mengobrol dengan koki kediamannya, segera menghampiri ayahnya.
"Iya ayah" ucap Diandra
"Sudah cukup nak, kamu sudah bekerja keras mempersiapkan acara makan malam hari ini. Ayah perhatikan kamu masih belum siap siap. Sekarang cepat kamu masuk ke kamar kamu, dan dandan yang cantik. Biar ayah yang mengurus persiapan yang ada disini." perintah pak Surya dengan lembut kepada Diandra.
"Iya ayah" jawab Diandra yang segera bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Setibanya di kamar, Diandra tidak langsung bersiap siap seperti yang diminta oleh ayahnya. Ia justru berdiri terpaku di depan cermin besar yang terpasang di sudut ruangan.Dihadapan cermin besar itulah Diandra melihat dirinya sendiri dengan tatapan yang tampak gelisah dan tak karuan.
Udara di kamarnya yang sejuk mendadak terasa sesak. Kedua tangannya pelan pelan meremas sisi gaun yang dikenakannya, sementara jantungnya berdebar tak menentu.
Bukan karena gugup akan menjamu tamu penting. Bukan karena takut akan mengecewakan sang ayah. Tapi karena satu nama yang malam ini akan kembali hadir di dalam ruang hidupnya—Abimana.
Sejak ayahnya menyebut nama CEO Santara Corp kemarin, pikirannya Diandra tidak pernah tenang. Abimana bukan hanya sekadar sosok pebisnis sukses yang dikenal publik sebagai pria tanpa cela. Bagi Diandra, pria itu adalah sesuatu yang selalu berhasil membuat perasaannya gelisah.
Setiap kali ia bertemu dengannya dalam suatu kesempatan, Diandra selalu berusaha terlihat tenang dan biasa biasa saja. Namun sesungguhnya, dalam diam Diandra selalu merasa berdebar. Ada sesuatu dalam tatapan mata Abimana yang tajam, tenang, namun penuh misteri itu yang membuat Diandra sulit mengalihkan pandangannya dari laki laki itu.
Dan kini, ayahnya sendiri yang berniat menjodohkan salah satu dari putrinya dengan pria itu?
“Kenapa harus dia orang yang ingin ayah jodohkan dengan putrinya?” gumam Diandra dengan lirih, nyaris tak terdengar, seakan hanya ditujukan pada dirinya sendiri.