NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

"Izinkan aku menikah dengan Zian Demi anak ini." Talita mengusap perutnya yang masih rata, yang tersembunyi di balik baju ketat. "Ini yang aku maksud kerja sama itu. Yumna."



"Jadi ini ceritanya, pelakor sedang minta izin pada istri sah untuk mengambil suaminya," sarkas Yumna dengan nada pedas. Jangan lupakan tatapan tajamnya, yang sudah tak bisa diumpamakan dengan benda yang paling tajam sekali pun. "Sekalipun kau benar hamil anak Zian, PD amat akan mendapatkan izinku."


"Karena aku tau, kau tak akan membahayakan posisi Zian di perusahaan." Talita menampakkan senyum penuh percaya diri.


"Jika aku bicara, bahwa kau dan Zian sebenarnya adalah suami istri. Habis kalian." Talita memberikan ancaman yang sepertinya tak main-main.


Yumna tersenyum sinis.
"Jadi, aku sedang diancam?"


"Oh tidak. Aku justru sedang memberikan penawaran yang seimbang." Talita menampilkan senyum menang,
Dan itu terlihat sangat menyebalkan.


Yumna menatap dalam. Tampak sedang mempertimbangkan suatu hal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Acara Talk show yang menghadirkan ustadz Raizan Khalif--sebagai bintang tamu-- itu diadakan oleh stasiun tv lokal, Jaya TV, dan ditayangkan secara langsung.

Setengah jam sebelum acara, Aira dan Dira sudah tiba di gedung berlantai dua Jaya TV. Dan itu berkat kepiawaian Aga mengemudi. Ia pandai mencari jalan alternatif yang melepaskan mereka dari kemacetan, karena memang saat ini bersamaan dengan waktu pulang aktivitas penduduk kota.

"Sepertinya kita datang terlalu cepat, kak," kata Dira, melihat ruangan acara yang masih sepi, hanya ada beberapa kru tv yang mulai melakukan persiapan di sana.

"Justru kita datang tepat waktu. Dan ini berkat Aga, supir tampanmu," sahut Aira seraya tersenyum lembut.

"Aga tampan menurut kakak?"

"Iya."

"Tapi lebih tampan Zian."

Aira terkekeh. Bukan hal baru jika di antara Dira, Yumna, dan bahkan Aira sendiri cenderung menjadikan Zian sebagai parameter penilaian. Karena memang Zian seindah itu.

(Pasti bakal ada yang protes. Jangan berlebihan memuji Zian)

"Aga gak ikut masuk?"

"Emang boleh? Bukannya untuk acara ini undangannya terbatas," jawab Dira seraya melayangkan pandangan ke luar ruangan. Tampak sosok Aga berdiri di sana. Masih dalam jangkauan jarak pandang. Karena memang itu perintah dari ayah Dira Bahwa ia harus selalu mengawasi putrinya meski tidak dalam jarak yang terlalu dekat.

"Kan kalian datang bersamaku. Aku punya jatah maximal kursi undangan untuk lima orang."

"Sampai sebanyak itu, Kak? Kayaknya kak Aira memang punya jalur pribadi ya dengan ustadz Raizan?"

Aira hanya mengibaskan tangannya singkat bersamaan dengan suara notifikasi di ponselnya. Gadis ayu itu lekas mengambil benda pipih tersebut dari dalam tas. Ada beberapa chat yang masuk. Namun, Aira hanya membalas satu chat saja.

"Dari Yumna, Kak?"

"Bukan. Dari tim ustadz Raizan."

"Nah kan." Dira senyum-senyum.

"Jangan keburu menilai hanya berdasar informasi yang tidak utuh. Panggil Aga sana!"

Dira terkekeh lalu mengangguk patuh.

"Tapi mungkin Aga kurang suka acara beginian, kak. Biar saja dia di luar," putus Dira, meski sebenarnya Aira tidak sepenuhnya setuju.

Seorang lelaki datang menghampiri keduanya. "Mbak Aira?"

"Iya." Aira menjawab seraya tersenyum ramah.

"Ditunggu ustadz Raizan." Lelaki itu memberi isyarat ke sebuah ruangan kecil yang terdapat di room 3 itu. Ruangan yang dijadikan tempat briefing sebelum acara di mulai.

"Baik. Saya segera kesana."

Lelaki itu mengangguk dan menyisih. Tapi ia tidak pergi. Pasti menanti Aira untuk bersama-sama ke tempat yang dituju.

"Dira. Aku kesana dulu ya. Kamu panggil Aga biar gak sendirian."

Dira yang tersenyum-senyum menggoda pada Aira, hanya mengangguk patuh tanpa melafadzkan kata.

Sesuai isyarat dari Dira, Aga masuk ke dalam ruangan yang kini sudah terisi. Satu demi satu pemirsa acara talk show mulai berdatangan, dan menempati kursi yang disediakan.

Aga duduk jarak dua kursi dari Dira. "Ini minumannya, Mbak." Ia meletakkan dua gelas minuman dingin dan meletakkannya di kursi kosong sebelah Dira.

"Aku gak pesan minuman." Dira berkata datar setelah ujung mata melirik minuman yang ditawarkan Aga.

"Inisiatif pribadi."

"Oh." Dira mengangguk. Baik juga, batin gadis manis itu.

"Tapi ini kurang satu. Sahabatku yang satunya lagi juga akan datang."

"Kalau begitu aku akan beli satu lagi, Mbak." Aga hendak bangkit.

"Udah gak usah!" cegah Dira seraya mengibaskan tangannya.

"Dan satu lagi. Jangan panggil aku, mbak."

Terlihat tatapan Aga mengernyit.

"Terus?"

"Terus apa?" Dira balik menatap Aga.

"Terus aku panggil apa?"

"Apa aja. Asal jangan panggil 'mbak'. Kita seumuran. Bahkan kalau gak salah kamu lebih tua dariku lima bulan."

Aga tersenyum. Ternyata Dira masih ingat dengan selisih umur mereka. Pikirnya.

"Kalau begitu aku panggil nona saja. Nona Nadira."

"Apalagi itu. Nona apaan," protes Dira seraya melayangkan tatapan segalak mungkin. Tapi, Dira dengan wajahnya yang manis dan penampilannya yang lembut. Dengan tatapan galak seperti itu adalah bukan satu kombinasi yang pas. Bukannya menghadirkan rasa takut,

Malah terlihat menggemaskan dalam tatapan Aga.

"Kalau gak mau aku panggil Nona. Aku panggil 'Dik' saja," putus Aga.

Dira mengernyit, hampir melayangkan protes. Tapi tiba-tiba terdapat panggilan di ponselnya.

"Kamu di mana? Aku udah di depan Jaya Tv nih."

Suara Yumna langsung melengking di pendengarannya begitu Dira mengangkat telepon.

"Di ruangan apa ya..." Dira menoleh kanan-kiri untuk mendapatkan petunjuk tentang nama ruangan yang mereka tempati saat ini.

"Room 03," celetuk Aga.

"Eh. Dira itu suara siapa?"

Dasar Yumna yang pendengarannya tajam. Suara Aga yang tak begitu keras pun sampai di pendengarannya.

"Buruan ke Room 3 Yum. Sebelum kursinya penuh."

"Oke. Aku segera terbang ke sana."

Yumna mungkin benar-benar terbang. Karena dalam sekejap saja ia sudah tiba dan menepuk pundak Dira.

"Belum mulai ya. Syukurlah." Dan Yumna langsung menghempaskan tubuh indahnya yang masih terbungkus baju kerja itu di samping Dira.

"Langsung dari kantor?" tebak Dira.

"Iya. Belum sempat ganti baju. Gak papa kan baju kayak gini mengikuti acara ustadz?"

"Ya gak papa. Meski baju kerja, tapi kan sopan dan tertutup."

"Kirain harus pakai abaya gitu, kayak kak Aira."

"Gak harus. Yang penting islami dan sopan. Sesuai standar etika dan estetika, kata kak Aira juga."

"Hmm." Yumna mengangguk. Tatapannya mengitari ruangan. Dan berhenti pada sosok Aga.

"Dira, ini yang kamu ceritakan semalam?"

Dira mengangguk.

"Siapa namanya?"

"Aku sudah kasih tau semalam, masa lupa?"

Yumna tersenyum. "Apa orang lupa itu dosa?" Gadis manis itu tersenyum ringan saat mengatakannya.

"Yang kamu ingat pasti hanya nama Zian ya."

"Yup. Sama nama satu lagi. Raizan khalif." Yumna terkikik di akhir ucapannya sendiri. Gadis cantik itu lalu berpaling pada Aga. "Mas siapa namanya?"

"Aga, Mbak."

"Aga saja?" Yumna terdengar tidak puas dengan nama sependek itu.

Dira hanya bisa menggeleng kecil mendengarnya.

"Ghailan Arya." Aga pun menyebutkan nama panjangnya.

"Ayahmu pinter sekali. Memilihkan supir yang setampan ini. Namanya juga bagus," bisik Yumna. Bisikan yang cukup berisik, karena Aga pun mendengarnya.

Dira memanyunkan bibir. Hatinya menggerutu. lebih tampan Zian, kemana-mana. Dira ngedumel dalam hati.

Lagi-lagi Zian Ali Faradis.

"Kalau suatu saat kamu bosan sama supirmu. Lempar ke aku saja. Kuterima dengan ikhlas. Berikut mobilnya," tambah Yumna yang membuat bibir Dira kian maju dalam kemanyunan yang hakiki.

Aga tersenyum mendengar celoteh keduanya.

"Naik apa ke sini, Yum?" tanya Dira sejurus kemudian. Mengingat gedung Jaya Tv dan perusahaan Tanujaya corp, tempat Yumna bekerja jaraknya cukup jauh.

"Mobil. Diantar pak bos."

"Mana?" Yumna langsung celingukan ke luar ruangan. Mencari sosok tampan Zian.

"Tadi di mobil masih teleponan."

"Gak ikut masuk?"

"Kayaknya gak. Dia bakal balik lagi ke kantor. Masih ada pekerjaan."

"Baik banget ya. Lagi banyak kerjaan tapi masih sempet nganterin sekretarisnya." Dira mencibir.

"Mau tau rahasianya, cara untuk bikin Zian nurut?" Yumna menaik turunkan alisnya sesaat.

"Apa?" Dira langsung duduk merapat. Abaikan tatapan Aga yang sudah langsung mendapatkan penilaian, betapa semangatnya sang nona majikan jika itu sudah tentang Zian.

"Aku telpon Kak Aira, minta tolong dia nyuruh Zian nganter aku." Yumna tersenyum penuh kemenangan.

"Wahh pesona si kakak pertama memang tak terbantah sih. Zian aja patuh."

"Pasti kamu belum pernah pakai cara itu?"

"Emang boleh?" Dira balik tanya.

"Boleh. Asal mereka sama-sama gak tau kalau kita manfaatin."

Dan keduanya terkekeh bersamaan. Bersama itu pula, Dira seperti baru tercerahkan tentang sesuatu. Membuat kening licinnya terdapat beberapa kerutan.

"Mikir apa?"

"Zian sangat menghormati ucapan kak Aira ya. Menandakan bahwa kak Aira begitu berharga di matanya."

"Iya." Sangat setuju dengan penilaian Dira, Yumna kembali celingukan.

"Kak Aira nya mana?"

"Dipanggil ustdaz Raizan."

"Wahh ada apa ya?"

"Itu juga yang sedang aku tanyakan."

1
Ria Diana Santi
Mengapa begini? Kirain lah lah...
Ria Diana Santi
Anakku ikut ambil peran juga ternyata
Ria Diana Santi
Ihhh buntut banget ini mah penampakan begitu...
Ria Diana Santi
Ngakak parah ihhh dasar Yumna. Kak Nofi banget ini mah
Ria Diana Santi
Ca ilehhh ini mah kak Ay banget dialognya... menurut ku sih
Ria Diana Santi
Cie perhatian banget si Aga ini... so sweet
Ria Diana Santi
Ca ilehhh kembang kempis tuh kumisnya Zian yang asli...
Ayuwidia
Aku baca ini sambil rebutan hp sama Ryu 😆

Aku kasih vote biar calonnya Zian tambah semangat
Najwa Aini: Makasih Votenya ya..buat bekal ngetik nih..uto up besok.

Ryu pliss deh..ngertiin kita yang udah tua2 ini...
total 1 replies
Ayuwidia
Nah lho, nggak bisa disangkal. Buruan halalin Kak Aira, Bang
Najwa Aini: Belum siap mahar.
Masa mau pakai mahar slang damkar juga
total 1 replies
Ayuwidia
Ahayyyyy, Kak Aira langsung nggak bisa ber word-word. Mukanya juga merah seperti kepiting rebus
Najwa Aini: Gak ada lagi narasi setelah itu kannn..
kenapa dibikin sendiri.
Aku sengaja di bagian itu selesai gitu aja..
Biar kalian rusuh. eh ini anak rusuh duluan
total 1 replies
Ayuwidia
Butuh hati buat bersandar
Najwa Aini: Uwuhhh tau banget si Dira.
punya kemampuan jadi cenayang nih
total 1 replies
Ayuwidia
Pujian dari lubuk hati terdalam, ahay. Memuja dalam senyap
Najwa Aini: Senyap itu tanda kasih sayang lbh besar..kataku ke Zian.

Dia bilang...
cakepp..
ambigu kannn
total 1 replies
Ayuwidia
Betul, sependapat
Ayuwidia
Nah lho, ajak ketiganya juga halal
Najwa Aini: Pasti seru kalau pendampingnya 3 orang sekaligus
total 1 replies
Ayuwidia
Tunangan Di memang gitu. Gampang ngambek. Kaya' bocah yang nggak dikasih permen sama emaknya
Najwa Aini: Dia juga cembokur ma Zian yg asli..
😁😁
total 1 replies
Ayuwidia
Woah, berapa mantan lu, Bang?
Najwa Aini: Kalau menurut cerita di kutunggu jandamu, mantannya 4..
Selaku itu memang dia
total 1 replies
Ayuwidia
Kamu mang harus giat bekerja, Bang. Demi memanjakan istri dan anak2. Hahay
Ayuwidia: pftttttt
total 4 replies
Ayuwidia
Barakallah fii umrik, Diandra
Ayuwidia: sama2
total 2 replies
Ayuwidia
apa tuch yang bikin seneng?
Najwa Aini: Makan bareng
total 1 replies
Ayuwidia
Jangan-jangan yg dijodohkan sama Zian adalah Aira. Kalau benar bakal so sweet banget
Ayuwidia: Hiyaaaaaa
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!