Pertempuran sengit di akhir musim kedua mengubah segalanya. Xander berhasil menundukkan Edward dan sekutunya, namun harga yang harus dibayar sangat mahal: darah, pengkhianatan, dan tumbangnya Evan Krest—sekutu terkuat yang selama ini menjadi sandaran kekuatannya.
Kini, di season ketiga, badai yang lebih besar mulai berhembus. Cincin takluk yang melilit jari para musuh lama hanyalah janji rapuh—di balik tunduk mereka, dendam masih menyala. Sementara itu, kekuatan asing dari luar negeri mulai bergerak, menjadikan Xander bukan hanya pewaris, tapi juga pion dalam permainan kekuasaan global yang berbahaya.
Mampukah Xander mempertahankan warisannya, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menjaga sisa-sisa kepercayaan sekutu yang tersisa? Ataukah ia justru akan tenggelam dalam lautan intrik yang tak berujung?
Pewaris Terhebat 3 menghadirkan drama yang lebih kelam, pertarungan yang lebih sengit, dan rahasia yang semakin mengejutkan.
SAKSIKAN TERUS HANYA DI PEWARIS TERHEBAT 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Larson segera mengamati keadaan sekeliling. Ia tahu jika pasukan Xander mengawasinya dengan ketat. Jika mereka menemukan sesuatu yang mencurigakan, maka ia akan menjadi sorotan dan pengawasan lebih ketat.
Larson menghargai keputusan Larvin yang memintanya untuk tidak melakukan pembalasan atau gangguan pada Xander, Lizzy, dan Alexis. Meski ia masih kesal dengan Xander, tetapi ia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan ayahnya.
"Apa yang kau inginkan, Cortez?" tanya Larson.
"Kenapa kau tampak ketakutan, Pecundang? Apa orang yang menangkapmu kemarin masih membuatmu ketakutan?" Cortez tertawa.
Larson segera menarik Cortez ke toilet, mengawasi sekeliling. "Apa yang kau inginkan dariku, brengsek?"
Cortez berdecak. "Aku mendapat tanda bahaya dari Xylo kemarin. Aku langsung bergegas pergi ke Royaltown karena khawatir mengenai keadaanmu dan ayahmu. Apa yang terjadi padamu?"
"Jangan menghinaku, brengsek! Aku tidak selemah yang kau kira."
"Sialan! Katakan apa yang terjadi padamu?"
"Semua hanya kesalahpahaman. Semua masalah sudah selesai sekarang!"
"Brengsek! Siapa kau? Kau bukan Larson yang aku kenal. Bagaimana mungkin kau menganggap santai masalah ini? Xylo tidak mungkin sembarangan memberikan kode bahaya.”
"Diamlah, brengsek! Aku sudah mengatakan jika semua ini adalah kesalah pahaman."
"Siapa yang sudah mengubahmu menjadi pecundang? Kau sangat menjijikan." Cortez menjauh dari Larson. "Apa kau ketakutan karena menghadapi pria bernama Alexander?"
Cortez keluar dari kamar mandi. "Aku akan menghabisi Alexander dengan tanganku sendiri."
"Jangan bertindak bodoh! Kau tidak tahu siapa yang sedang kau hadapi sekarang! Alexander bisa menghabisimu tanpa kau sadari. Jangan membuat masalah dengannya jika kau masih ingin hidup."
"Brengsek! Aku hanya membuang-buang waktuku dengan datang ke Royaltown." Cortez meninggalkan halaman rumah sakit dengan terburu-buru.
Larson mengejar Cortez. "Kembalilah ke Solvenith dan jangan kembali ke Royaltown jika kau ingin tetap hidup."
"Tutup mulutmu!"
Larson mencengkram tangan Cortez, menatap tajam. "Aku serius."
Larson melepaskan cengkraman, meninggalkan Cortez karena menyadaru beberapa pengawal Xander mendekat.
Larson kembali ke dalam gedung, tak menoleh pada Cortez yang kini tengah mengamatinya.
Cortez memasuki mobil, mengingat kembali perbincangannya dengan Larson. "Pecundang itu tampak tertekan. Apa Alexander Ashcroft seberbahaya itu sampai dia tidak berkutik?"
Mobil melaju meninggalkan rumah sakit.
"Apa yang terjadi dengan Larson? Cortez tidak membalas pesanku dan mengangkat panggilanku."
"Sial! Aku sudah jauh-jauh pergi ke Royaltown, tapi aku justru diusir begitu saja."
Cortez membuat dokumen yang sempat diberikan Xylo. Meski hubungannya dengan Larson tampak buruk, ia sangat peduli pada Larson.
"Alexander adalah pria terkaya di Vistoria. Dia juga memiliki pasukan yang sangat kuat. Dia mampu mengalahkan gabungan dari tiga kelompok pembunuh bayaran dari tiga negara sekaligus.”
Cortez tertawa. "Ini menarik. Jika aku berhasil mengalahkan Alexander, aku pasti ...."
Cortez tiba-tiba mengingat kata-kata dan ekspresi Larson. "Larson seperti sedang diawasi."
Di saat yang sama, Larson memasuki kamar, duduk di sisi ranjang Larvin. "Brengsek! Cortez membuatku terkejut. Aku takut dia berbuat nekat hingga menimbulkan masalah. Alexander tidak akan main-main dengan ancamannya."
"Apa yang terjadi?" tanya Larvin yang baru terbangun, "Kau tampak sangat ketakutan.”
"Ada kunjungan tak terduga dari seorang pecundang. Dia datang setelah mendapat tanda bahaya dari Xylo kemarin."
"Cortez?" terka Larvin.
Larson mengalihkan pandangan, tak menjawab.
"Sampah itu terus saja mengganggu, padahal aku sudah mengusirnya. Aku tidak ingin dia mengacau, terlebih sampai menyentuh Lizzy dan Alexis. Jika mereka sampai terluka, kau akan berhadapan denganku."
"Aku sudah memperingatkannya untuk tidak membuat masalah. Aku–"
"Sampah seperti Cortez tidak akan paham hanya dengan sebuah peringatan. Dia pasti akan membuat masalah. Jangan membebani pria tua sepertiku."
"Aku mengerti."
Larson segera menghubungi Cortez tetapi panggilannya tidak terhubung. Ia mengirim pesan dan tidak ada tanda-tanda akan mendapat balasan.
"Aku seharusnya mencegahnya pergi."
Larson segera mengirim pesan pada Xylo untuk mencari keberadaan Larson.
Larvin mendadak bahagia ketika mendapatkan panggilan video dari Alexis.
"Carilah anakmu atau wanita yang ingin menjadi istrimu dan berikan aku cucu," ketus Larvin.
"Dasar brengsek!"
Di tempat berbeda, Leonel dan Leandro baru saja mendapatkan cincin mereka dari pasukan Xander.
"Semua gerak-gerik kita semakin terbatas dengan cincin ini. Dasar licik kau, Alexander!"
Leonel menggebrak meja. Tubuhnya terbakar amarah hingga tidak bisa berdiri dengan tegak. Impiannya untuk menghancurkan Xander musnah seketika.
"Sepuluh tahun akan menjadi waktu yang sangat panjang mulai hari ini." Leandro tampak tenang meski hatinya mengutuk Xander terus menerus.
Leandro memberi pesan pada Leonel melalui kode tangan. Suasana mendadak hening.
Di saat yang sama, Edward dan yang lain semakin kesal karena mereka nyaris tidak memiliki kesempatan untuk mengalahkan Xander. Jarak di antara mereka terbentang sangat jauh.
Edward berpikir keras untuk keluar dari masalah. Akan tetapi, setiap kali melakukannya pikirannya menjadi buntu.
"Larson kemungkin berpihak pada Xander karena dia adalah keluarga istri Xander. Dia bisa jadi balik menyerang."
"Aku selalu penasaran dengan pikiran Xander. Dibandingkan menghabisiku dan yang lain, kenapa Xander justru lebih memilih membiarkanku dan yang lain tetap hidup? Padahal dia memiliki kesempatan untuk melakukannya sejak lama.”
Sementara itu, Hector baru saja memasuki sebuah ruangan di mana Hugh, putra dari Hugo berada.
"Apa kau sudah lama menungguku?" tanya Hector.
Hugh tak menanggapi, menatap ponsel tanpa menoleh sedikit pun.
"Aku seharusnya tidak berbasa-basi saat menghadapi masalah ini."
Hugh menghembus napas panjang. "Rencana kita untuk menghabisi Alexander gagal total. Alexander sudah menyadari rencana kita sejak awal dan justru memberi kita kejutan. Leonel, Leandro, Edward, Caesar, Franklin, Theron, dan yang lain bahkan tidak bisa berkutik. Anehnya, Alexander tidak melakukan apa pun. Dia justru hanya menambahkan hukuman mereka."
"Lalu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Hector, "Dengan ini ruang gerak kita semakin menyempit."
"Leonel mengatakan jika aku adalah orang yang masih bisa bergerak bebas dibandingkan yang lain. Dia memintaku untuk mencari sekutu sebanyak mungkin dan bersabar lebih lama untuk menghabisi Alexander dan Sebastian."
Hector menyandarkan punggung di kursi. "Kita harus fokus pada pemilihan presiden tahun ini. Salah satu calon presiden sudah bersedia bekerja sama dengan kita dengan syarat kita membiayai semua biaya pencalonannya."
"Dasar brengsek!" Hugh memejamkan mata erat-erat. "Alexander sudah menaklukkan kelompok pembunuh bayaran Vistoria, Havreland, Lytora hingga Solvenith. Dia sudah berada di posisi puncak dan seolah tidak memiliki celah kelemahan apa pun."
"Tidak. Alexander pasti memiliki kelemahan. Dia sama seperti kita yang pernah melakukan kesalahan sekecil apa pun."
Hugh terdiam cukup lama, berpikir keras. "Kita sepertinya tidak memiliki cara lain selain fokus pada pemilihan presiden tahun ini sekaligus mengumpulkan sekutu untuk menyerang Alexander secara bersamaan."
"Kau benar.”
BERSAMBUNG...
Kalau kalian kuat baca drama ini sampai sini, berarti kamu juga wajib baca cerita baru aku yang berjudul…
Menantu Pewaris Kaya 💍🔥
Untuk kalian pembaca setia novel bertema menantu yang ternyata pewaris, siapa tau kalian bakal suka banget sama kisah menantu miskin yang diremehkan semua orang, tapi ternyata dia pewaris sejati! 😱
Di sini ada cinta, gengsi keluarga, konflik panas, sampai rahasia besar yang bisa bikin kamu gregetan dan pengen banting HP! 📱💥
Berani? Cek sekarang di akun penulis ZHRCY atau bisa langsung cari judulnya 'Menantu Pewaris Kaya' sebelum ketinggalan ceritanya! 🚀
Jgn dipaksakan jika terlalu berat membagi fokus..
maaf kemarin nggak update karena lagi fokus ke novel novel terbaru. jangan lupa dibaca nya novel² terbaruku