Cerita seorang laki-laki yang terpikat karena aroma yang mirip dengan seseorang di masa lalunya.
Kisah seorang laki-laki yang jatuh cinta pada pandangan pertama setelah bertemu dengannya. Aroma yang menenangkan, aroma yang mengingatkannya bahwa bahagia itu sederhana tapi terasa mewah.
Lalu bagaimana kisah laki-laki itu? apakah berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Hari ini tepat 2 minggu, Luna mendiaminya. Dan hari ini tepat 4 hari sejak konferensi pers itu. Konferensi pers itu berhasil dengan hasil yang memuaskan. Tak ada lagi berita mengenai dirinya dengan Jessika Graha, bahkan model internasional itu tak muncul lagi entah kemana. Selain itu, parfum Elysia entah kenapa tiba-tiba mengalami kerugian karena gudang terbakar.
Marcel dengan kesibukannya, membaca dokumen dan memikirkan produk-produk miliknya. Hal itu ia lakukan karena untuk mengalihkan pikirannya dari Luna. Sean yang melihat keras kepalanya bosnya merasa jengah.
Sean tau bahwa Marcel sedang frustasi karena di diami oleh Luna hingga membuatnya seperti orang gila. Telat makan bahkan selalu begadang, dan penampilan Marcel saat ini di mata Sean seperti zombi. Saat Sean akan menawarkan makan, tak sengaja melihat Marcel yang sudah lemas dan pucat. Sean ingin membawa Marcel ke rumah sakit, namun karena penolakan Marcel membuat Sean bingung. Tak ada pilihan, Sean menghubungi Gustav serta Saka yang bisa menangani Marcel.
...****************...
Menikmati waktu siangnya, Luna mencoba membuat kue dengan resep baru yang ia temukan. Kondisi rumah yang sepi, membuatnya senang karena tidak akan ada yang berni mengganggunya. Putri juga sudah pergi karena harus mengurus sesuatu.
Menikmati kesendiriannya, Luna bersenang-senang dengan alat masaknya.
TING...!!!
Suara timer oven berbunyi. Melihat hasil kue yang ia buat sangat cantik dan matang sempurna. Kue ini adalah kue dengan buah favorit Marcel. Dirinya berlatih membuat kue mangga untuk ultah Marcel yang sudah dekat.
Drrrttt.... Drrrttt
Getaran di ponselnya membuatnya teralihkan. Melihat Gustav sedang meneleponnya, Luna berpikir ada sesuatu yang terjadi. Saat mendengar nada panik dari Gustav mengenai kondisi Marcel, Luna bergegas menuju tempat Marcel berada.
Mengambil tas dan membawa kue itu untuk Marcel. Luna mengendarai kendaraannya sendiri dengan cepat. Saat sampai di area apartemen tempat Marcel tinggal, Luna bergegas menuju apartemen milik Marcel. Membuka apartemen dengan kunci password ia ketahui, dapat dilihat saka dan Gustav sudah berada di sana.
"Bagaimana kondisinya?" Luna terengah-engah karena berlari saat menuju ke apartemen milik Marcel. Marcel tinggal di lantai 6 di bagian pojok lantai Marcel mencari tempat yang paling sunyi untuk dirinya.
"Dia ada di kamar. Demam tinggi, tapi dia nggak mau ke dokter dan minum obat," Saka menunjukkan wadah berisi bubur dan obat penurun panas. Melihat itu, Luna segera bergegas membawa baki makanan dan obat itu ke kamar Marcel.
"Biar aku aja kak, kakak tunggu disini. Oh iya, itu ada kue kakak bisa makan yang kotak putih. Tapi tolong jangan makan yang kotak berwarna biru ya," ujar Luna dengan segera masuk ke dalam kamar Marcel.
TOK...!
TOK...!
"Kak, ini Luna. Luna boleh masuk?"
Luna yang tak mendengar ada jawaban, memilih untuk segera masuk ke kamar Marcel. Kondisi kamar yang gelap, tak ada penerangan sedikit pun.
Luna mendekati Marcel yang sedang berada di tempat tidur. Melihat Marcel yang tak nyaman dengan tidurnya, Luna mengusap lembut kening Marcel. Luna dapat merasakan suhu tubuh Marcel sangat panas.
Marcel yang merasa nyaman dengan usapan itu membuka matanya. Dapat dilihatnya kamarnya gelap. Namun, hanya satu yang menjadi fokusnya saat ini. Kehadiran Luna yang ada di dalam kamarnya. Luna yang terkejut saat Marcel membuka matanya, segera menghentikan usapannya
"Sepertinya karena merindukan Amour, aku berhalusinasi melihat dirinya," Marcel menganggap Luna yang ia lihat saat ini hanyalah sebuah halusinasi. Sudah cukup lama dirinya tak bertemu dengan Luna, hal itulah yang membuatnya selalu memikirkan Luna.
Luna yang mendengar gumaman Marcel tersenyum kecil. Lantas segera kembali mengusap rambut Marcel dengan lembut. Merasakan usapan itu lagi, Marcel menikmati usapan itu. Kemudian, menggenggam tangan yang mengusap pipinya.
"Luna, aku kangen kamu,"
Marcel menangis. Dirinya sangat merindukan Luna. Tak bertemu Luna selama 1 minggu ini sangat menyiksa. Dirinya tidak tau apa kesalahannya hingga membuat Luna tak mau bertemu dengannya, lalu ada masalah itu yang membuat Luna semakin marah padanya. Hukuman Luna sangat menyiksa untuknya.
Luna yang tak tega melihat Marcel menangis, segera mengusap air mata Marcel. Luna mencium kening Marcel agar Marcel sadar bahwa dirinya adalah nyata bukan halusinasi.
"Kak, ini Luna. Kakak rindu Luna, kan?" lirih Luna yang menahan tangis saat melihat Marcel menangis. Sungguh, dirinya tak tahan saat melihat Marcel menangis.
"Ini beneran Luna?" Marcel tak yakin dengan apa yang ia lihat. Namun, saat merasakan usapan dan kecupan di keningnya itu terasa nyata.
Luna hanya mengangguk dan kembali mengusap air mata Marcel yang terus jatuh. Marcel tergugu karena rasa rindunya sendiri. Kemudian mengulurkan tangannya, meminta untuk dipeluk. Namun, Luna tak kunjung memeluknya Marcel menurunkan kembali tangannya. Dirinya tau bahwa Luna masih marah padanya.
Greppp
Luna memeluk Marcel sambil tertawa kecil saat melihat ekspresi Marcel yang kembali lesu saat dirinya tak kunjung memeluknya.
"Kakak bangun ya, kita makan dulu. Kak Gustav dan Kak Saka tadi bawa bubur buat kakak," bisik Luna
Marcel mengangguk. Luna menyiapkan bantalan untuk Marcel agar nyaman saat makan. Luna menyuapi Marcel dengan perlahan. Marcel senang saat dirinya dirawat penuh kasih sayang seperti ini oleh Luna.
Selesai makan, Luna menyiapkan obat penurun panas untuk Marcel. Setelah selesai, Luna ingin keluar membawa bekas alat makan milik Marcel.
"Mau kemana?" Marcel menarik ujung pakaian Luna. Marcel tak ingin ditinggal Luna sendirian.
"Letak ini ke dapur. Tunggu sebentar ya!" Luna bergegas untuk keluar dari kamar.
Marcel memandang kepergian Luna. Dirinya tak ingin di tinggal sendirian. Saat akan berdiri, Marcel jatuh karena lemas.
"Lo masih lemas, kenapa berdiri?" Gustav berhasil menangkap Marcel yang akan jatuh. Kemudian memapah Marcel untuk kembali ke tempat tidur.
"Aku ingin menyusul Luna!" Marcel berkata lirih. Gustav tau bahwa Marcel takut untuk ditinggal sendirian.
"Dia hanya ke dapur sebentar. Tunggulah!"
Tak lama Luna kembali dengan membawa baskom kecil. Luna terkejut melihat keadaan Marcel yang kembali menangis. Luna terburu-buru mendekati Marcel.
"Kenapa nangis lagi?" Luna berjongkok dihadapan Marcel. Kemudian mengusap air mata Marcel yang kembali jatuh.
Marcel hanya menggelengkan kepalanya. Dirinya tak ingin membuat Luna jauh darinya. Apalagi saat Luna tau sifatnya, kemudian berpikir untuk menjauhinya karena tak suka dengannya. Dirinya tak ingin itu terjadi.
Gustav yang tau sifat manja Marcel kembali. Apalagi dalam keadaan sakit. Memilih pergi, membiarkan sepasang kekasih menikmati waktu mereka setelah terpisah cukup lama.
...****************...
Saka dan Leni yang menunggu diluar merasa khawatir. Mereka berdua ingin masuk dan melihat keadaan Marcel. Namun, mereka merasa segan. Apalagi sudah ada Luna yang menjaga Marcel.
Melihat Gustav keluar dari kamar Marcel. Saka dan Leni bergegas mendekatinya.
"Gimana? Udah lebih baik?" tanya Leni
"Sepertinya 'itu' kambuh lagi. Dirinya tak ingin ditinggal Luna sedetik pun," ujar Gustav yang yakin dengan kondisi Marcel saat ini. Apalagi melihat tingkah lakunya saat ditinggal Luna, walah hanya sebentar
"Apakah kita harus menghubungi Dokter Rudi lagi?" ujar Leni yang memikirkan langkah selanjutnya. Leni tak ingin penyakit lama Marcel muncul kembali ke permukaan.
"Kita coba konsultasi ke Dokter Rudi dan kita awasi kondisi Marcel saat ini," Saka tak ingin Marcel tertekan. Apalagi ada Luna saat ini, mungkin saja dengan hadirnya Luna kondisi Marcel akan membaik.
"Baiklah, biar gue yang hubungi Dokter Rudi!" Gustav pergi meninggalkan Saka dan Leni.
Saka dan Leni memandang ke arah kamar Marcel. Mereka berharap penyakit Marcel tak muncul kembali.
Jangan lupa follback dan saling dukung ya.