Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Ada yang mau papa bicarakan ini semua tentang kamu dan keluarga kita."
Candra menatap papanya penuh dengan pertanyaan dalam benaknya.
"Memangnya papa mau bicara apa?"
"Kamu sudah besar, dan papa tidak mungkin menutupi ini semua sampai nanti. Kamu juga berhak tau ini semua."
"Maksud papa?"
"Papa harap kamu tidak akan membenci mama atau papa. Ini semua murni kesalahan kami berdua..." Candra semakin menatap papanya dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Maksud papa bagaimana? Bicara yang jelas pa jangan bertele - tele. Aku semakin binggung kalau papa seperti ini." Ujar Candra dengan nada sedikit kesal.
Pras mendekat ke arah Candra, ia rangkul sang anak agar menjadi lebih tenang lagi.
"Papa nggak tega mau bicara sama kamu, nanti aja ya kalau sudah ada mama. Kita bicara sama- sama biar tidak ada kesalah pahaman antar kita berdua."
Candra mengangguk biar tidak semakin ribet urusan dengan papanya.
"Ohh ya, gimana kerjaan kamu di perusahaan?"
"Ya gitu deh pa. Bikin pusing aku juga masih belajar juga."
"Yang penting kamu harus berusaha dan terus belajar. Kalau masalah tender bisa dipelajari pelan- pelan."
"Iya pa."
"Kenapa kamu? Kok keliahatan sedih gitu?"
"Ehh... Enggak kok pa."
"Kamu tidak padai berbohong Candra." Ujar papanya sambil menepuk bahu sang anak.
"Oh ya pa, mobil baru di depan punya mama ya?" Ucap Candra mengalihkan pembicaraannya.
"Katanya sih iya."
"Terus orangnya kemana?"
"Nggak tau, tadi sore katanya sih ke luar kota. Entah urusan bisnis apa papa juga nggak ngerti kok." Jawab Pras.
"Terus mobil mama yang lama kemana pa? Bukannya itu masih bisa di pakai ya?"
"Nahh... Ini yang jadi masalah. Papa juga nggak tau itu mobil dibawa kemana bahkan papa juga nggak dikasih tau kalau mamamu beli mobil baru."
"Sebenarnya kalian ini ada apa sih? Masa suami istri tidak tau satu sama lain." Ucap Candra kesal.
"Ndra, apa kamu tidak pernah melihat kalau papa dan mama tidak tidur satu kamar?" tanya Pras dengan menatap sendu sang anak.
"Ya aku sudah melihat itu lama sih pa. Ya, aku pikir itu wajar."
"Suatu saat kamu pasti tau." Jawa Pras lalu ia melangkah pergi dari ruang kerjanya.
"Aneh banget sih papa. Kayak ada yang di sembunyikan dariku." Ucap Candra lalu ia kembali ke dalam kamarnya.
Pras yang saat itu berada di kamarnya, ia memikirkan bagaimana cara untuk memberi tahu sang anak.
Meskipun Candra sudah dewasa namun sering kali ia bertingkah bak anak kecil.
Sedangkan, dibelahan bumi lain Sinta yang tak lain adalah ibu Candra ia tengah asyik memadu kasih dengan pacar berondongnya.
"Sayang, kamu kenapa sih diam aja? Biasanya juga kamu yang goda aku?" Gerutu Sinta kepadanya.
"Apa sih honey, jangan pegang- pegang aku lagi gak mood." Jawab Aji.
"Ihhh yaudah, aku kesal sama kamu." Wanita yang sudah menginjak kepala 5 itu bertingkah bak ABG. Sinta beranjak dari sofa kamar hotelnya sambil menghentak - hentakkan kakinya.
"Heiii... Jangan bertingkah seperti anak kecil gitu aku nggak suka ya." Ucap Aji dengan suara lantangnya.
"Biarin, habisnya kamu ngeselin." Ucap Sinta sambil mengerucutkan bibirnya.
"Mampus dah, kalau sampai dia marah nggak jadi dapat mobil baru gue." Dialog Aji dalam hatinya.
Ia segera menghampiri Sinta lalu merayunya sedemikian rupa untuk mengembalikan mood Sinta tersebut.
"Kamu memang yang paling bisa buat aku melayang sayang." Ucap Sinta sambil memainkan jari lentiknya di dada Aji.
"Kamu memang yang paling bisa menggodaku honey."
Hingga Sinta akhirnya lambat laun melupakan kejadian nahas tersebut.
Bahkan, ketika bersama brondongnya Sinta sudah lupa jika dia memiliki anak dan suami.
10 panggilan tak terjawab
"Kenapa papa telpon? Tumben banget." Ucap Sinta sambil menatap layar datarnya.
"Ada apa honey?"
"Ahh tidak ada apa- apa." Ucap Sinta sambil menyembunyikan Ponselnya.
"Ahh oke, sekarang mumpung kita disini aku mau ajak kamu jalan- jalan biar lebih fresh." Ucap Aji.
Jika dibilang, Sinta ini memiliki tubuh yang seksi dan juga indah.
Di usianya yang sudah kepala 5 ini ia tetap terlihat Cantik bahkan tidak kelihatan jika dia sudah tua.
"Kemana lagi sayang? Aku capek banget." Ucap manja Sinta.
"Suatu tempat yang pastinya bikin kamu happy dan tidak akan pernah melupakan moment indah bersamaku." Ucap Aji lalu ia menarik tangan Sinta dan membawanya ke suatu tempat.
Sesampainya di tempat tersebut, Sinta begitu terkejut. Ia terdiam mengingat kenangan manis bersama Pras kala itu saat ia masih menjalin hubungan yang hangat.
Ia diam mematung, hingga tak terasa air matanya jatuh menetes membasahi pipi mulusnya.
"Kamu kenapa? Pasti terharu kan aku bawa ke tempat ini?" Ucap Aji dengan sangat percaya diri.
Sinta tetap diam saja, ia tidak bergeming sama sekali.
Tiba- tiba Sinta pergi meninggalkan Aji tanpa sepatah kata pun.
Ia bergegas menuju ke bandara untuk bertolak pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Sinta lekas menemui Pras dengan segala penyesalannya.
"Paa...papaaa" Teriak Sinta dari luar kamarnya.
Pras yang berada di dalam masih saja tidak bergeming.
Ia membiarkan Sinta berteriak di luar kamarnya tanpa memperdulikannya.
Tok...tok...tok...
"Pa bukain pintunya pa." Ucap Sinta.
Pras keluar dari dalam kamarnya dengan santai dan bertanya,
"Ada apa?" Sinta langsing berhambur ke pelukan Pras dan menangis.
Pras diam mematung ia tak mengerti mengapa sikap istrinya sangat aneh.
"Kamu kenapa?" Ucapnya datar.
"Pa, maafin aku. Aku tau aku banyak salah sama kamu maafin aku pa."
"Sudah." Jawab singkat pras.
"Pa, aku mau menebus semua kesalahan ku. Kita masih bisa kan seperti dahulu." Ucap Sinta menatap dengan tatapan mengiba kepada Pras.
"Ma, pa? Kalian kenapa?" Tanya Candra yang saat itu baru pulang dari kantor.
Mendengar ada Candra Sinta lekas mengusap air matanya. Ia bertingkah seperti biasanya dan seperti tidak terjadi apa- apa.
"Kamu sudah pulang ndra?" Tanya Sinta. Dan, Candra hanya menjawab dengan anggukan.
"Pa, aku ada perlu kita bicara di ruang kerja papa aja." Pras mengangguk dan mengikuti kemana perginya Candra.
"Pa, aku mau papa jujur." Pras menatap heran ke arah sang anak.
"Iya, apa ndra?"
"Apa papa mengetahui semua perbuatan mama?" Mendengar hal tersebut Pras langsung menghela nafas.
"Jadi, kamu mau tau itu?"
"Iya pa."
"Ok, papa akan cerita dan harusnya disini ada mama mu. Bagaimana kalau kita panggil dia juga?" Candra mengangguk saja.
"Ma, masuk ada yang perlu kita bicarakan." Ucap Pras.
Sinta masuk ke dalam, dengan perasaan yang tidak enak.
"Apa yang mau kalian bicarakan?" tanya Sinta dengan tatapan tajam berubah tajam ke arah mereka berdua.
makasih Thor, do'a terbaik juga buat dirimu Thor 🙏😍😍