Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.
itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.
Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dark Golem
Cahaya terik memancar pada pasukan di dalam benteng, menembus kabut tipis di sekitarnya. Matahari yang cerah itu mulai tergelincir dari puncak posisinya.
Sekretaris Guild Red Plain, Glen, mau tidak mau harus menghitung secara kasar kerugian mereka melalui tulisan pada papan tulis kecil yang dia bawa. Glen mengabaikan perintah Bardur yang tidak masuk akal.
Dia bergumam, "Ha..., dulu aku heran, kenapa Guild Red Plain ini memiliki nama yang aneh seperti itu ternyata pendiriannya sendiri juga aneh."
Dia melirik Bardur yang telah diam dan menyalakan cerutunya, Bardur tampak tenggelam pada pikirannya sendiri saat menarik asap dari cerutu itu.
Matanya seakan melihat sesuatu yang jauh, meski tidak tahu apa itu. Untuk sesaat, Tatapan matanya tampak sendu.
Glen terpaku melihat itu. "Apa benar itu ketua yang sama?" tanyanya dalam hati.
.......
Bardur menghembuskan asap dari cerutu perlahan. Rasa sakit di dadanya serasa ikut terbawa pergi oleh asap yang bertebaran itu.
"220 ya.., aku harap tidak akan bertambah dan aku pastikan hitungan itu akan berakhir disini." pikirnya.
Bardur kembali menghirup cerutu itu dan menjatuhkannya ke tanah. Dia menginjaknya dan berjalan ke atas barikade karung tanah, berdiri di samping Hayako.
Hayako tampak acuh tak acuh dengan keberadaan Bardur, dia sibuk membidik serigala mata enam yang terus bergerak-gerak.
"Dasar orang-orang mata uang, mereka hanya akan bergerak bila bersangkutan dengan uang, cih.." Bardur bergumam dengan kesal lalu termenung sejenak, "Mereka berbeda sekali dengan prajurit kota yang memiliki harga diri tinggi. Ya... Pada akhirnya ejekan adalah cara paling mudah untuk membuat mereka tidak meninggalkan peperangan."
Saat ini ada sekitar 8 orang yang pingsan yang sedang di gotong ke area pengungsian oleh 8 orang lainnya. Menyisakan 34 orang yang masih bisa bertarung, meski mereka tampak lemas.
Banyak dari mereka yang pandangan matanya tidak fokus, murung, dan beberapa yang lain masih jengkel dengan ejekan dan kelakuan Bardur sebelumnya.
Tapi mereka tidak berlarut-larut dengan perasaan itu meski mereka juga tidak akan melupakan dengan muda perilaku Bardur, setidaknya mereka telah bersiap pada pos-pos yang kosong dan bersedia meneruskan peperangan.
#####
Mereka tidak menyadari adanya gejolak pada pusaran energi kegelapan yang terpapar singkat cahaya matahari, pusaran itu mengeluarkan petir yang tidak terkendali menyambar sekitarnya, menampakkan bayangan pohon besar yang bergerak menjauhi sambaran petir di balik kabut.
Hayako membuka matanya lebar-lebar, pemandangan itu tampak jelas melalui kilatan petir yang menunjukkan bayangan pohon aneh itu.
"Apalagi itu?" gerutu Hayako dalam hati.
#####
Situasi terus berjalan semakin tegang, tidak terkecuali Amel Ambler yang menghadapi monster Dark Golem yang telah terpojok lama namun tidak menunjukkan tanda-tanda akan tumbang.
Amel turun dari ular raksasa yang ia tumpangi sebelumnya, berlari sambil meneriakkan perintah, "para penyihir, siapkan sihir pendinginan ekstrim! Segera!!"
Para penyihir mengambil sebuah batu biru cerah dari dalam tas pinggang mereka, batu itu mengeluarkan kepulan asap dingin yang meluap.
"Great Knight ulur waktu! Semua pasukan fokus untuk melindungi penyihir!!" perintah Amel yang sedang mendekat tanpa menyadari sosok kecil berapi yang memantaunya dari kejauhan.
Amel bergabung dengan Great Knight, melancarkan serangan pada punggung Dark Golem dengan tebasan yang memanjang dari atas ke bawah.
Keluar percikan api dari benturan pedang dan tubuh keras monster itu. Amel tidak menyerah dan menebas lekuk kakinya. Sayangnya, serangan itu tidak berdampak besar pada Dark Golem.
Dark Golem meraung, dia mengangkat tangan kirinya, tangan itu terbelah dengan sendirinya lalu kembali menyatu dan membentuk bola pedang.
Pedang yang terbentuk segera diayunkan dengan cepat, menerjang Volt yang berusaha menangkis serangan itu.
Volt tidak mengira tubuhnya akan terhempas oleh ayunan Dark Golem dan beberapa kali terpelanting di tanah. Permukaan tanah yang dia hantam bertebaran bersama dengan debu yang mengepul.
Volt tergeletak tak berdaya, menatap kesal pada Dark Golem dengan mulut berdarah.
Hembusan angin kencang dari gerakan Dark Golem membuat Amel dan Gian tidak menyadari keberadaan Volt untuk sesaat. Mereka segera bergerak mundur saat menyadari Volt terhempas jauh.
Dark Golem menyerang dengan ganas ke arah Gian yang bersembunyi di balik kepulan debu, dia mengubah kedua tangannya menjadi pedang dan menyerang Gian dengan bertubi-tubi.
Hanya dalam tiga kali gerakan saja, Gian yang telah membuat Zirah tanah dengan sihirnya terkapar tidak berdaya. Serangan brutal itu mengabaikan zirah sihir Gian dan langsung menghantam tubuhnya.
Gian terkapar dengan luka berdarah pada lengan, perut, dan dadanya.
Dark Golem mengangkat tangan pedangnya, bersiap menusuk Gian yang tidak berdaya.
Tangan itu melesat dengan cepat dan menembus tubuh Gian.
Amel berteriak histeris menyebut namanya, dia bersiap dengan kuda-kuda rendah dan melapisi pedangnya dengan aura yang sangat tebal, matanya penuh dengan aura membunuh yang kuat.
Dark Golem beringas, dia memalingkan wajahnya pada Amel. Kembali meraung, menantang Amel dengan lantang.
Pasukan Amel yang menyaksikan pemandangan ini ikut ngeri dengannya, bulu kuduk mereka berdiri, sementara keringat dingin mengalir dari kulit mereka.
Tubuh Dark Golem tampak memancarkan api ungu dari sela-sela tubuh bajanya.
Pandangan matanya bertemu dengan Amel yang sedang terbakar amarah.
Dark Golem mengambil langkah pertama tapi tanah yang dia injak roboh, dia terhentak ke bawah, dan disusul dengan pukulan dari dalam tanah yang menghantam kuat rahangnya.
Dark Golem dipaksa berdiri tegak oleh serangan dadakan itu, serangan yang diberikan oleh Gian yang melapisi tangannya dengan tanah.
Dark Golem segera menebas tubuh Gian setelah hantaman sesaat dari Gian namun berhasil dihindari dengan mudah olehnya.
Dia berdiri disamping Amel dan berkata dengan nada penuh semangat, "Maaf nona, saya telah membuat anda khawatir."
Amel menatapnya dengan kesal. "Gian, bersiaplah potong gaji setelah ini."
Gian tersenyum sinis dengan jawaban ketua Amel sementara Volt kembali berdiri di samping mereka. Amel menghela nafas, setidaknya kedua kekuatan utama pasukannya masih bisa bertarung.
Dark Golem melihat ke arah Gian dengan tidak percaya, padahal sudah jelas kalau Gian telah dia bunuh. Gian tersenyum puas melihat ekspresi Dark Golem, dia sengaja bersembunyi dibalik kepulan debu untuk masuk ke dalam tanah dan memberikan serangan kejutan itu.
Sementara itu, para penyihir sedang menyerap mana yang tersimpan dari batu dingin yang mereka keluarkan, energi itu bersinar terang dan mengalihkan perhatian Dark Golem serta makhluk lainnya.
Dark Golem meraung seakan memerintahkan monster-monster lainnya untuk menghentikan para penyihir.
Tapi, para kesatria juga tidak tinggal diam, para pemanah telah bersiap untuk menembak jatuh setiap monster yang mendekati mereka, di tambah pasukan pedang yang menjadi pertahanan utama para penyihir dan pemanah.
Dark Golem menumbuhkan beberapa sulur dari punggungnya. Dia memanjangkan sulur-sulur itu dan menancapkannya ke tanah. Sulur itu mencengkram kuat tanah dan meregang, Dark Golem menunduk ke arah gerombolan pasukan Amel.
Amel segera menyadari pergerakan aneh itu, dia segera melepaskan tebasan aura yang besar ke arah sulur Dark Golem.
"Tak akan aku biarkan!" teriak Amel saat melepaskannya.
Tebasan itu memotong tanah yang dilewati dan menghembuskan yang angin kencang.
Tubuh Dark Golem miring karena seretan tebasan yang memotong sebagian sulurnya. Dia mencengkram tanah dengan jari kaki dan tangannya yang besar.
Sulur itu menarik tanah dengan kuat dan melemparkannya ke arah para pasukan. Gian berusaha melindungi mereka dengan membuat tembok tanah dengan sihirnya tapi tembok itu hancur dengan mudah oleh lemparan itu.
Satu potongan tanah terbang ke arah salah seorang pasukan dan membunuhnya seketika. Pasukan di sampingnya terkejut saat melihat tubuh rekan di sampingnya yang terkoyak hingga menampakkan tulang dibalik lengannya.
Para penyihir telah selesai menyerap batu itu dan merapalkan mantra dengan penuh amarah pada Dark Golem, "wahai es penghakiman datanglah dengan penuh amarah!!
beberapa saat kemudian, butiran salju turun dari langit, menyentuh tubuh dan permukaan tanah di sekitar Dark Golem. Dark Golem terdiam sejenak, dia menoleh ke langit dan mendapati sebuah lingkaran sihir besar muncul di atasnya.
Lingkaran itu menyala terang, butiran itu bereaksi kuat dengan cahaya dari lingkaran sihir di atasnya. Butiran itu membesar dan menjadi bongkahan es yang mengurung Dark Golem di dalamnya.
Udara dingin yang terbawa angin membentuk lapisan es tipis yang memenuhi sebagian besar hutan bagian barat, membuatnya tampak seperti hutan di daerah bersalju.
Dark Golem terisolasi sepenuhnya dari kabut hitam, kemampuan regenerasinya terhenti, sementara nyala apinya berangsur-angsur padam, cahaya ungu dari matanya tampak pudar sepenuhnya.
Amel menghela nafas, udara dingin segera membuat tubuhnya menggigil.
Seluruh pasukan terfokus pada Dark Golem, uap dingin muncul setiap kali mereka menghembuskan nafas.
Sosok api kecil masih memperhatikan mereka dari kejauhan seolah tidak terpengaruh oleh perubahan suhu tapi segera berlari dengan panik ke arah Amel saat merasakan getaran.
Amel terkejut dengan kemunculan api yang tampak seperti anak kecil yang terbang itu. Dia menoleh ke arah yang di tunjuk oleh api kecil itu dan mendapati dua Treant yang datang bersamaan.
Amel mengerutkan keningnya, dia merasa frustasi dengan musuh yang tidak ada habisnya.
Sayangnya, sihir es ini hanya dapat dilakukan sekali saja.