NovelToon NovelToon
The Thousand Faces Of The Demon Sage

The Thousand Faces Of The Demon Sage

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Action / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Demon Heart Sage

Shen Wuyan lahir dengan ribuan wajah di dalam jiwanya, masing-masing menyimpan ingatan, kekuatan, dan dosa. Dunia mengejarnya, menyebutnya iblis yang harus dihancurkan — tapi Wuyan punya rahasia yang lebih gelap: ia tidak hanya satu entitas, melainkan ribuan jiwa yang terperangkap dalam satu tubuh.
Jika ia menolak salah satu wajah, sisi itu bisa memberontak dan mencabik jiwanya dari dalam. Tapi jika ia menerima semuanya … ia bisa menjadi musuh terbesar dunia.
Kini Wuyan harus bertarung bukan hanya untuk hidupnya, tapi untuk mendamaikan semua sisi dirinya yang paling menakutkan — sebelum wajah-wajah itu membunuhnya dari dalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demon Heart Sage, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 — Bayangan yang Tersenyum

Kabut malam menggantung tipis di antara pepohonan Gunung Langit Tenang.

Dingin menempel di kulit Shen Wuyan, merembes lewat jubah hingga ujung jari dan punggung.

Ia duduk di batu datar yang menjorok di tepi jurang. Di bawah, lembah tertutup kabut. Sunyi. Hanya suara angin dan gemerisik daun yang memecah keheningan.

Sejak kecil, Shen Wuyan menyadari ada yang aneh dengan bayangannya.

Di cermin, ia tampak seperti anak laki-laki biasa. Tapi di luar cermin, bayangan itu kadang tersenyum sendiri, kadang bergerak sebelum ia bergeser.

Malam ini, bayangan itu sudah menunggu. Tipis, memanjang, diam, tapi penuh maksud.

Detak jantungnya berirama dengan ketegangan yang merayap perlahan dari leher ke punggung.

Ia menarik napas dalam. Qi berputar di pergelangan tangannya, menyebar hingga ujung jari.

Hun–Po Refinement bukan sekadar meditasi. Ini latihan menyatukan fragmen jiwa yang tersebar, menghadapi potongan-potongan diri yang asing.

Setiap helaan napas menyingkap lapisan dirinya yang belum dikenal.

Ia menutup mata, membiarkan udara dingin menembus paru-paru, menyalakan kesadaran penuh tubuh dan jiwa.

Kabut menempel di wajahnya, lembut tapi dingin. Sunyi menekan, menegaskan setiap detik yang berlalu.

Bayangan muncul perlahan di sampingnya. Senyum tipis melengkung di wajah gelap.

Shen Wuyan menelan rasa penasaran yang mencekam. Ia bisa merasakan bayangan itu hidup, mengintai dari dunia lain.

Angin malam berdesir. Dedaunan bergetar. Bayangan selangkah lebih dekat.

Tubuhnya kaku. Mata terpaku pada gerakan yang tak masuk akal.

Setiap gerakan menimbulkan rasa penasaran dan ancaman bersamaan.

Ia mencondongkan badan sedikit, mencoba merasakan energi yang memancar dari bayangan.

Hun–Po Refinement mengajarkannya merasakan qi di sekeliling, bukan hanya dalam tubuh sendiri.

Bayangan itu teka-teki, potongan dirinya yang belum dikenali.

Tiba-tiba, bayangan itu tertawa. Suara ringan, jernih, asing. Memecah keheningan.

Shen Wuyan menelan ludah. Jantungnya berdegup lebih cepat.

Suara itu bukan dari mulutnya, bukan dari angin. Itu berasal dari bayangan itu sendiri, hidup dan sadar.

Ia membuka mata perlahan. Bayangan berdiri tegak, menatapnya.

Bibir bergerak, tapi tak bersuara. Energi yang dipancarkan menembus kulit, menembus jiwa.

Qi dalam tubuhnya bergetar mengikuti ritme baru yang asing.

“Siapa… kau?” bisiknya, nyaris tersedak oleh hawa dingin dan ketegangan.

Bayangan tetap tersenyum, menatapnya menantang.

Penasaran bercampur takut. Tubuhnya bergetar halus.

Ia menurunkan badan lebih dalam ke batu, mencoba memusatkan energi jiwa.

Hun–Po Refinement mengajarkannya menerima fragmentasi jiwa.

Tapi bayangan ini terasa asing. Meski lahir dari dirinya sendiri, ada sesuatu di luar kendali.

Setiap gerak bayangan menimbulkan rasa penasaran dan ancaman sekaligus.

Shen Wuyan merasakan denyut qi menuntunnya lebih dalam ke kesadaran diri, ke potongan-potongan jiwa yang belum tersatukan.

Kabut semakin tebal. Angin menusuk lebih keras.

Bayangan bergerak sedikit, tetap menatap, mengirim getaran energi samar tapi kuat.

Shen Wuyan menarik napas dalam, mencoba menyatukan diri dengan dunia.

Qi mengalir dari bumi melalui tubuh. Hun–Po Refinement memaksanya menghadapi bayangan bukan dengan kekuatan, tapi dengan kesadaran penuh.

Perlahan, ketegangan di tubuhnya mereda, mengalir selaras dengan getaran bayangan.

Bayangan mencondongkan tubuh lebih dekat, tersenyum lebih lebar.

Tanpa gerak tangan atau kaki, ia melayang beberapa sentimeter di atas batu.

Shen Wuyan menelan ludah. Jantungnya berdetak lebih cepat.

Ini bukan pantulan biasa. Ini sesuatu yang hidup, menunggu.

Rasa takut hanyalah permukaan rahasia yang lebih dalam.

Shen Wuyan menutup mata untuk ketiga kalinya.

Ia mencoba menyatukan fragmentasi energi dalam diri.

Bayangan memasuki aliran Hun–Po Refinement yang baru ia bentuk, menyatu tanpa campur tangan, seolah bagian dari dirinya yang menunggu untuk dikenali.

Ketegangan berpadu rasa penasaran.

Ia sadar: bayangan ini adalah cermin dari dirinya yang belum dipahami.

Ia membuka mata. Bayangan masih berdiri lebih dekat, senyum melengkung misterius.

Energi yang keluar lembut tapi menekan.

Shen Wuyan merasakan hawa gelap yang belum pernah ia rasakan.

Ketakutan dan ketertarikan bercampur.

Angin berdesir melalui jurang, membawa aroma tanah basah.

Shen Wuyan menelan ludah, mencoba mengatur napas, menyesuaikan aliran qi dengan getaran bayangan.

Hun–Po Refinement mengajarkannya untuk menerima, bukan menolak.

Ia menatap bayangan itu, mencoba memahami maksud dari senyum itu, dari tawa yang muncul tiba-tiba.

Waktu terasa melambat. Hanya suara napasnya sendiri terdengar, dan desah kabut melewati pepohonan.

Bayangan itu bergerak sedikit ke samping, menyesuaikan diri dengan energi Shen Wuyan.

Ia bisa merasakan perlahan bahwa bayangan itu bagian dari dirinya, namun tetap asing.

Ada kesadaran lain, sesuatu yang lebih gelap.

Ia mencoba menarik energi bumi lebih dalam.

Qi berputar di pergelangan tangan, menyebar ke tubuh, menenangkan denyut jantung, menyeimbangkan energi yang tidak stabil.

Bayangan mengikuti gerakannya, seakan bermain dalam harmoni yang tidak bisa dijelaskan.

Ketegangan dan rasa ingin tahu bercampur.

Tiba-tiba, bayangan itu tertawa lagi, kali ini lebih panjang, memecah kesunyian malam dengan nada ringan tapi menembus.

Shen Wuyan tetap diam, tubuhnya kaku, tapi pikirannya bergerak cepat, menafsirkan gerakan halus bayangan itu.

Setiap senyumnya seolah mengundang dan menantang sekaligus, menariknya lebih dalam ke misteri yang belum pernah ia temui.

Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantung yang cepat.

Hun–Po Refinement mengajarkannya mengendalikan fragmentasi jiwa, tapi malam ini ujian terasa nyata.

Bayangan itu tidak hanya bagian dari dirinya; ia adalah cerminan energi yang menolak dikendalikan, memaksa Shen Wuyan menyesuaikan ritme qi-nya, menerima kehadiran asing tanpa ketakutan.

Kabut berputar di sekitar mereka, menari di udara dingin.

Shen Wuyan merasakan aliran energi yang tidak stabil, menembus kulit dan tulang, berputar di sekeliling tubuhnya.

Bayangan itu melayang selangkah lebih dekat, tubuhnya samar tapi jelas, dan mata gelapnya menatap seolah membaca setiap fragmen jiwa Shen Wuyan.

Rasa takut bercampur rasa penasaran.

Ia menegakkan punggung, mencoba menyeimbangkan energi dengan napas panjang.

Qi mengalir dari bumi, melalui kaki, naik ke pergelangan, menyebar ke seluruh tubuh.

Hun–Po Refinement menuntunnya tetap sadar, mengamati bayangan, menerima keberadaannya tanpa reaksi berlebihan.

Bayangan mencondongkan kepala sedikit, senyumnya semakin lebar.

Tubuhnya bergetar halus, menyesuaikan diri dengan energi Shen Wuyan.

Perlahan, ia mengitari Shen Wuyan, tetap menjaga jarak yang cukup untuk menimbulkan ketegangan.

Setiap langkah bayangan itu menimbulkan getaran tipis di udara, seperti gelombang yang tidak terlihat tapi terasa.

Shen Wuyan menahan napas, merasakan setiap detail: aroma lembab tanah basah, embun di jubahnya, desau angin, bahkan getaran energi bayangan itu yang samar tapi nyata.

Ia menyadari malam ini, keheningan bukan kosong; ia penuh kehidupan, penuh energi yang menuntutnya memahami, bukan hanya melihat.

Bayangan itu berhenti di depan Shen Wuyan, senyum tetap melekat, mata menatap tajam.

Perlahan, ia menunduk, seolah membungkuk hormat, tapi aura yang dikeluarkan tetap menegangkan.

Shen Wuyan bisa merasakan energi asing itu merambat melalui udara, menyatu dengan Hun–Po Refinement dalam dirinya, menuntut pengakuan dan penerimaan.

Detak jantung Shen Wuyan menjadi lebih teratur.

Ia menarik napas dalam, memusatkan diri, menyatukan aliran qi.

Setiap fragmen jiwa mulai menyesuaikan diri dengan kehadiran bayangan itu.

Hun–Po Refinement mengajarkannya bahwa penguasaan bukan memaksa energi, tapi menerima fragmentasi, memahami bagian asing, dan menyeimbangkan diri di tengah kekacauan.

Bayangan tersenyum, menatap intens, membuat Shen Wuyan merasakan takut dan kagum sekaligus.

Tubuhnya ingin bergerak, mundur atau menyerang, tapi pikirannya menahan setiap impuls.

Ketenangan dan kesadaran lebih penting daripada kekuatan fisik.

Kabut bergerak pelan di sekeliling mereka.

Shen Wuyan merasakan napasnya, detak jantungnya, energi mengalir melalui tubuh.

Ia menyesuaikan diri, membiarkan bayangan merasakan kesadarannya, membiarkan energi mereka saling menyatu tanpa kehilangan identitas.

Waktu seolah berhenti.

Angin berhenti berdesir, dedaunan menahan gemerisik.

Bayangan mencondongkan tubuh sedikit, senyum tetap melekat.

Ketegangan mencapai puncak: bayangan bukan musuh, bukan ancaman jelas, tapi kekuatan yang menantang dan memaksa dirinya berkembang.

Shen Wuyan menelan ludah.

Untuk pertama kali, ia tersenyum tipis, mengakui kehadiran bayangan itu.

Energi qi bergetar, bersatu dengan fragmen bayangan yang hidup, membentuk pola harmonis tapi penuh ketegangan.

Ia sadar malam ini, bukan sekadar bertemu bayangan; ia bertemu potongan jiwa yang menuntut pengakuan dan pemahaman.

Bayangan tertawa lagi, ringan tapi menembus jiwa, lalu melangkah ke depan.

Shen Wuyan tetap diam, menyatu dengan energi.

Di saat itu, bayangan melayang tepat di depannya, menatap dalam-dalam, bibir bergerak perlahan dan berbisik:

“Akhirnya, kau melihatku.”

Kata-kata itu menempel di udara, membekukan napas Shen Wuyan sejenak.

Kabut terasa lebih pekat, tapi tenang.

Bayangan hadir sepenuhnya, menunggu reaksi, menghadirkan ketegangan dan rasa penasaran yang tak terpecahkan.

Shen Wuyan menarik napas panjang.

Tubuhnya lelah, tapi pikirannya jernih.

Ia menatap bayangan itu, menyadari bagian dari dirinya sendiri kini menunggu untuk diterima, dimengerti, dan mungkin… dihadapi.

Hun–Po Refinement mengajarkannya menghadapi diri, dan malam ini adalah ujian nyata pertamanya.

Keheningan menutupi gunung lagi.

Hanya desau angin yang bergerak. Malam ini berbeda.

Ada sesuatu yang bangkit, sesuatu yang menunggu di bayangannya sendiri.

Shen Wuyan menunduk perlahan, matanya tetap menatap bayangan itu, tahu bahwa perjalanan sebenarnya baru dimulai.

Batu datar di mana ia duduk terasa hangat oleh energi yang mengalir di sekitarnya.

Bayangan tetap menempel, tersenyum misterius, diam tapi hidup.

Shen Wuyan menarik napas terakhir sebelum malam berakhir, menyadari satu hal: malam ini, ia telah melihat bukan hanya bayangan, tapi permulaan sesuatu yang tak bisa ia hindari.

Dengan senyum samar di wajah bayangan itu, malam menutup tirai kabutnya.

Keheningan terasa berat, penuh misteri, dan janji perjalanan yang belum pernah dilalui.

Shen Wuyan tahu, setiap langkah berikutnya akan diwarnai bayangan itu — cerminan dirinya, teka-teki jiwa, dan ujian pertama Hun–Po Refinement yang sebenarnya.

1
Ikhlas M
Keren thor suka banget sama ceritanya
Felixnxx: thanks
total 1 replies
Kyle
Mantap Lanjutkan
knovitriana
update Thor, jangan lupa mampir like,sub, comment, nih aku kasih gift karena nih hari Jumat berkah 💪👍😍
knovitriana
update Thor, jangan lupa mampir
knovitriana
keren Thor, jangan lupa mampir 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!