Sam hanyalah pemuda miskin biasa yang baru saja dipecat oleh managernya. Setelah itu, dia juga dipukuli oleh orang yang menyebabkan dia dipecat, hanya karena dia cemburu dengan Sam.
Padahal, Sam memiliki banyak hutang yang dia tanggung.
Karena kesialan yang bertubi-tubi, dia pun mendapatkan sebuah sistem yang aneh.
888 triliun bebas dia belanjakan, tapi tidak boleh untuk dirinya sendiri.
Ini sangat aneh.
Sam hanya mendapatkan 10% dari apa yang telah dia belanjakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dee hwang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32. Tidak tahu diri
Sam tidak tahu apakah orangtuanya tergolong orangtua yang baik atau tidak. Mereka berhutang banyak pada banyak orang dengan alasan yang berbeda-beda.
Ayahnya pernah berhutang karena judi, dia kalah dan malah berhutang banyak. Tapi ayahnya masih bekerja, sebagai tukang borongan, kadang sebagai tukang parkir.
Sedangkan ibunya juga sering berhutang, biasanya karena ibunya iri dengan tetangga yang bisa membeli kulkas, kipas angin, mesin cuci dan lainnya.
Sam pikir, pasti hutang-hutang itu juga ada keperluan dirinya di dalam sana. Sam mendapatkan beasiswa karena dia miskin, entah bagaimana, ibunya yang mendapatkan itu untuk Sam. Katanya setelah berbicara dengan pak lurah.
Sam tidak tahu apa-apa, tapi dia berusaha keras untuk belajar agar orangtuanya tidak kecewa. Meski dia banyak dibully karena miskin dan kucel, Sam tetap bertahan disana sampai lulus.
Namun orangtuanya meninggal secara tiba-tiba, dan Sam kembali harus dikejutkan dengan hutang-hutang mereka yang bertumpuk.
Kenapa mereka berhutang banyak? Padahal mereka tidak pernah memberi uang kepada Sam saat dia kuliah empat tahun. Sam yang harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Apapun Sam lakukan agar dia mendapatkan uang.
Orangtuanya tidak sakit, tidak ada riwayat berobat juga.
Jadi, bagaimana bisa hutang mereka mencapai satu miliar jika ditotal?
Sam telah bekerja apapun setelah lulus untuk menutupi hutang itu, tidak ada waktu untuk berduka sama sekali.
Sudah terbayar sepuluh juta saja.
Padahal hutang itu tidak memiliki banyak bunga.
Sam sangat heran.
“Semuanya sudah lunas?“ Tanya Sam pada pria itu.
Pria itu tersenyum kecil, ”sudah Sam, aku tidak menyangka kamu menjadi sukses sekarang, kerjaan kamu apa kalau boleh tahu?“ Tanya Udin, pria dari koperasi yang menagih hutang pada Sam.
[Anda telah membayar 990 juta untuk membayarkan hutang orangtua anda]
[Anda berhasil menambahkan 1.089.000.000 ke rekening pribadi anda]
Sam baru tahu jika dia bisa mendapatkan uang dari membayarkan hutang orangtuanya.
”Anda tidak perlu tahu pak, yang pasti saya membuka bisnis saya sendiri.“ jawab Sam, agak malas dengan Udin, yang maunya dilayani dengan baik.
Sebagian besar daging yang telah Sam masak masuk ke dalam perut orang itu, karena dia mengatakan belum sarapan. Sam terlalu naif Karena berpikir dia pasti punya malu.
Ternyata tidak tahu malu.
Udin juga tidak sopan sekali meminta minuman dan camilan yang enak, menyuruh-nyuruh Haris dan Deva seenaknya.
Sam berharap Udin segera pergi dari tempatnya.
Ah, sepertinya Sam jahat sekali, ya?
”Kalau begitu, apa anak saya boleh bekerja juga, kamu bisa jadikan dia direktur atau apa. Anak saya pinter kok!“ Ucap Udin.
Sam tersenyum dengan malas, ”emang dia lulusan apa?“
”Kan kamu yang buka bisnisnya, masa perlu ijazah juga sih? Anak saya lulusan SMA, kamu tahu Mamat kan? Dia bisa diandalkan!“
Ujung mata Sam berkedut karena menahan kesal. Udin ingin anaknya bekerja jalur orang dalam apa bagaimana? Sejak kapan Sam akrab dengan dia?
Lagipula Bang Mamat itu nggak becus dan banyak omong doang. Orangnya sok tahu dan sok kuasa.
Memiliki Mamat untuk bekerja menjadi cleaning service saja akan sangat menyebalkan, dan Udin minta dia jadi direktur? Yang bener aja.
”Dia nggak punya kualitas untuk jadi pegawai, apalagi direktur, apa pak Udin pikir usaha saya ini cuma mainan?“
”Jangan sombong kamu, mentang-mentang udah sukses! Kamu nggak bakal bayar hutang kalo saya nggak Dateng kesini, kan? Saya bisa laporin kamu ke kantor pajak!“
Sam berdecak malas, kenapa orang satu ini banyak tingkah.
”Laporin aja sih pak, saya udah rutin bayar pajak selama ini.“
”Kamu nggak inget dulu ibumu sampai jual tubuhnya pada pak Lurah demi beasiswa mu itu? Padahal harusnya beasiswa itu untuk Mamat—“
”CUKUP PAK! ANDA SILAHKAN HINA SAYA TAPI JANGAN IBU SAYA! SEKARANG ANDA PERGI DARI SINI!“
Haris segera bertindak, dia menyeret Udin hingga keluar apartemen.
”DASAR ORANG SOMBONG! LIHAT AJA NANTI YA!“
”IYA, NANTI SAYA LIHAT!“
Deva menarik Sam agar kembali duduk di sofa, ”udah boss, yang sabar biar nggak cepet tua.“
Sam memegangi kepalanya yang pening, ”orang itu cuma baik di depan aja, ternyata nggak tahu diri banget ya? Kalo mau nyariin anaknya kerjaan harusnya baik-baik, bukan malah nyari ribut.“ keluh Sam.
”Biarin Sam, udah kita sarapan aja dulu. Sayur santan rebung buatan ibuku enak banget lho“ ucap Raihan.
Haris kembali lagi dan menghadap pada Sam, ”udah kusir orang itu boss, saya juga menendangnya sedikit karena dia membuat saya emosi.“ ucap Haris.
”Yah, makasih… kita sarapan dulu. Suasana hatiku sedang nggak baik.“
Bukannya Sam tidak tahu, tapi dulu ada rumor yang mengatakan ibunya jual diri pada pak lurah demi beasiswa itu. Tapi Sam salut pada ayahnya yang membela ibunya.
Ibunya hanya mengajukan saja pada pak lurah, dan karena nilai Sam selalu bagus, tidak ada yang dibawah rata-rata, maka mereka menerima Sam.
Mamat tidak bisa diterima karena nilainya sangat buruk.
Waktu itu ada program beasiswa oleh suatu perusahaan besar. Mereka meminta pemimpin beberapa desa untuk mengajukan anak-anak dengan nilai yang bagus dan rajin. Tentu saja ibunya dengan semangat mengajukan nama Sam.
Sebenarnya seperti itu.
Tapi orang-orang yang suka memandang orang lain dengan sebelah mata itu tidak mau tahu.
Sam berusaha mengingat-ingat nama perusahaan itu.
Apa ya?
Mereka adalah perusahaan yang terkenal dengan produk mie instan mereka. Produk itu sampai ke pasar luar negeri juga.
”Deva, tolong cari informasi tentang PT Nusantara Food, itu lho, yang bikin Nusamie.“ ucap Sam setelah selesai sarapan.
Deva cukup terkejut karena kelihatannya mood Sam sudah membaik dengan cepat.
”Memangnya kenapa, boss?“ tanya Deva.
”Aku mau beli sahamnya sedikit aja.“ jawab Sam.
”Kemarin boss udah beli sahamnya The Royalty banyak banget lho, sekarang sahamnya boss udah 7%. Dan sekarang mau beli lagi?“ tanya Deva lagi, meski begitu dia mulai melakukan apa yang Sam perintahkan.
”Uangmu itu nggak ada habisnya ya, Sam? Udah investasi dimana aja kamu sampai The Royalty juga bisa kamu beli?“ tanya Raihan.
Sam menoleh pada Deva, ”udah berapa ya? Aku lupa, pokoknya banyak. Nanti setelah perusahaan kembali dibuka, aku akan semakin banyak berinvetasi.“
Agar uang yang masuk ke rekening pribadi Sam juga semakin banyak.
Dia sudah menjadi nasabah prioritas dan bank menawarkan kartu hitam untuknya yang Sam pikir belum dia butuhkan. Mungkin nanti dipikir lagi.
”Mau bikin perusahaan lainnya nggak? Misalnya perusahaan properti gitu, kecil-kecilan dulu lah.“ ucap Raihan, matanya penuh dengan harapan besar.
”Aku juga kepikiran gitu, tapi apa kamu bisa ngurusin perusahaan itu?“ tanya Sam.
Raihan mengangguk semangat, ”tentu saja, kita pekerjakan orang yang profesional dibidang ini.“
Sam mengangguk, ”benar, nggak ada waktu untuk sakit hati dan kesal, kita punya banyak hal yang harus kita kerjakan dengan uangku.“
”Gimana dengan perusahaan travel, boss?“ Tanya Haris.
”Enggak, kita pelan-pelan dulu, nggak boleh maruk.“
aku arep gawe panti asuhan kalih mbangun mesjid
nggo sangu neng akhirat