Wanita Rahasia Daddy Zach

Rosalie masuk ke sebuah ruangan VIP di restoran yang cukup terkenal. Di ruangan itu sudah terduduk Jihan, menanti kedatangan nyonya besar itu.

Jihan melipat tangannya di depan dada, ingin terlihat pongah di depan Rosalie. "Akhirnya anda mau menemui saya lagi," ucapnya dengan sinis.

Tak kalah angkuh, Rosalie duduk di hadapan Jihan. "Saya tidak punya banyak waktu. Saya ingin semua foto-foto itu sekarang juga!"

Jihan tersenyum meremehkan. "Maafkan saya sudah mengganggu waktu anda yang berharga, Nyonya Rosalie Wishnutama yang terhormat," ucapnya sinis. "Anda tenang saja. Waktu itu, saya juga langsung menghapusnya bukan?"

"Kalau begitu cepat berikan foto-foto itu padaku! Aku ingin semuanya tanpa terkecuali!" desis Rosalie tak sabar.

Jihan merogoh tasnya dan diraihnya beberapa lembar foto. Ia simpan foto itu di hadapan Rosalie.

Foto-foto itu adalah foto dirinya yang sedang bersama laki-laki muda yang berbeda-beda yang memang sering ia pakai jasanya. Seketika kedua manik Rosalie membesar dan kedua alisnya pun bersatu karena foto paling atas adalah foto dirinya dan juga Kakak dari Jihan, Jonathan.

Darimana sebenarnya Jihan mendapatkan foto-fotonya itu? Bahkan Rachel pun tak mengetahui rahasia besarnya ini. Selama ini ia selalu berhati-hati agar tidak diketahui siapa pun.

"Anda bisa menyimpannya. Saya juga akan menghapus filenya karena itu sangat memalukan bagi keluarga saya," geram Jihan tak terima.

Rosalie segera meraih foto-foto itu dan bersiap memasukkannya ke dalam tasnya. Namun tangan Jihan segera menahan foto-foto itu sebelum Rosalie. "Saya tidak peduli jika itu laki-laki lain." Nada bicara Jihan dingin. "Tapi kenapa harus kakak saya juga yang anda incar?!"

Rosalie mengalihkan pandangannya dan berdeham. "Saya tidak mengincarnya."

Jihan mendengus. "Jelas-jelas ini adalah bukti bahwa anda menggoda kakak saya! Tidak mungkin Jonathan yang mendekati anda duluan. Dia tahu siapa anda dan juga dia tidak mungkin mau berhubungan dengan wanita tua seperti anda!" geramnya. Jihan menunjuk sebuah foto yang menampakkan dengan jelas Rosalie dan Jonathan sedang beradu bibir di depan sebuah kamar hotel. "Anda mengancam kakak saya agar dia mau melakukannya dengan anda, iya 'kan?!"

"Cukup!" Rosalie agak berteriak. "Sampai kapan kamu mau mene ror saya?! Hentikan semuanya dan jangan ganggu saya lagi!"

"Jangan ganggu?! Anda sudah mendapatkan informasi yang sangat berharga dari saya! Enak sekali sekarang anda meminta saya jangan ganggu!" Jihan menatapnya tajam. "Segera selesaikan semuanya! Saya memberitahukan mengenai hubungan Zach dan Lyra agar anda bisa memisahkan keduanya dan menghancurkan Lyra! Tapi kenapa sudah berbulan-bulan, mereka tetap saja bersama?! Bahkan Lyra selalu dijaga dengan ketat oleh para pengawal Zach. Lalu apa yang anda lakukan? Bukannya segera bercerai, anda malah melakukan hal yang sebaliknya! Berurai air mata di depan kamera dan berpura-pura jadi seorang istri yang tersakiti. Apa ancaman saya masih kurang jelas?"

"Kamu ingin saya seperti apa lagi?!" teriak Rosalie merasa terpojok. "Setidaknya nama Lyra sudah tercoreng. Itu 'kan yang kamu mau?"

"Itu masih belum cukup!" Jihan tak puas. "Seharusnya anda bisa membuat jal ang itu pergi dari sisi Zach!"

"Kamu lupa siapa Zach? Kamu ingin saya menyakiti perempuan itu? Memisahkan mereka? Itu tidak mungkin, perempuan miskin itu sudah berhasil membuat Zach takluk! Jika saya menyentuh perempuan itu seujung rambut saja, Zach punya seribu cara untuk menghancurkan saya hanya dalam satu detik! Kamu kira hanya kamu yang memiliki 'kartu as' saya? Zach memiliki semua informasi tentang saya! Tapi kenapa sampai sekarang dia membiarkan semua ini terjadi? Karena saya tidak secara langsung mengusik Lyra! Saya yakin Zach pasti akan melakukan sesuatu yang entah apa dan kapan untuk bisa membalas perbuatan saya yang telah mencoreng nama baiknya. Kamu tahu, setiap hari saya merasa tidak tenang! Saya sudah mengorbankan nama baik keluarga saya dengan mengumbar segala hal memalukan ini. Hanya ini satu-satunya cara yang bisa saya lakukan! Sekarang hanya masalah waktu sampai Zach membongkar semua sandiwara ini."

Jihan menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar, berharap amarahnya bisa mereda. Ia kira dengan membocorkan hubungan Lyra dan Zachery kepada Rosalie akan membuat wanita itu menghancurkan Lyra dan melepaskan Zachery segera. Tapi kenyataannya hanya Rosalie yang diuntungkan karena ia berhasil menahan Zachery agar tak menceraikannya, sedangkan Jihan tidak mendapatkan apapun dari ini semua.

Terlebih lagi, Lyra malah semakin menempel pada Zachery dan pria itu seakan tak peduli isu perselingkuhan itu terus merebak. Alih-alih segera mengklarifikasi dan membereskan semuanya, Zachery malah menyewa pengawal untuk melindungi Lyra seakan ingin memperlihatkan bahwa Lyra adalah wanita yang memang penting baginya.

Padahal Lyra hanyalah salah satu dari sekian banyak wanita penghibur yang Zachery sewa untuk memuaskannya, sama seperti dirinya dulu. Tapi mengapa Zachery memperlakukan Lyra begitu berbeda? Hal itu membuat Jihan sangat kesal luar biasa.

"Sekarang aku tanya, " lanjut Rosalie. "Apakah kamu punya cara lain untuk melawan Zach?" tantang Rosalie.

Jihan menyapukan rambutnya dengan kedua tangannya merasa frustasi. Otaknya sama sekali buntu. Ia pun memutuskan untuk pergi.

"Mulai sekarang jika saya meminta untuk bertemu dengan anda, jangan pernah berpikir untuk menolaknya lagi." Jihan berdiri dari duduknya seraya memperingatkan Rosalie. "Anda tahu saya tidak main-main."

Jihan pun melenggang dengan kesal menuju pintu. Namun ia teringat sesuatu dan berbalik. "Tinggalkan Jonathan! Saya tidak sudi kakak saya berhubungan dengan wanita tua seperti anda! Awas saja jika anda berani mendekatinya lagi, saya pastikan foto-foto anda akan memenuhi setiap beranda orang-orang yang selama ini bersimpati pada anda. Anda paham?!" murkanya. Jihan pun kembali melangkah marah dan meninggalkan Rosalie yang panik dengan mulut yang terbuka.

Di sisi lain, di waktu istirahat, Lyra baru saja menyelesaikan santap siangnya. Ia berjalan di lobi menuju lift.

"Lyra!" Tiba-tiba seseorang memanggilnya. Lyra pun menoleh ke sumber suara dan ia melihat sosok Jason yang sedikit berlari ke arahnya. Wajahnya begitu sumringah. Pria itu masih seperti waktu pertama Lyra melihatnya, tampan, ceria, dan spontan. Hanya saja kulitnya sedikit lebih gelap.

"Pak Jason?" sapa Lyra saat Jason sudah berada di depannya. "Apa kabar, Pak? Anda sudah pulang dari Afrika?"

"Tak pernah sebaik ini," ujarnya dengan senyuman secerah mentari. "Kamu akan menemui Zach?"

"Iya, Pak. Saya baru saja selesai makan siang." Mereka pun berjalan bersama menuju lift. "Saya baru akan kembali ke kantor Pak Zachery, anda akan menemuinya? Sudah buat janji?"

"Ribet sekali. Apa untuk bertemu teman lama harus buat janji juga?" Jason mengingatkan hubungan apa yang dimilikinya dan Zachery.

"Maafkan saya, Pak. Karena memang seperti itu protokolnya," ucap Lyra penuh sesal.

"Gak apa-apa, dia akan senang ketemu dengan saya." Jason berjalan memasuki lift. Lyra pun tak bisa apa-apa dan mengekor Jason memasuki lift.

Lift pun mulai membawa mereka naik. "Berminggu-minggu kita tak ketemu, kamu jadi semakin cantik, Lyra."

Sontak Lyra menatap canggung ke arah pria di sampingnya. "Terima kasih, Pak," ujarnya.

"Apa berita itu benar?"

"Berita..."

"Zach selingkuh dengan kamu," ucapnya dengan lugas seakan berita itu bukan sesuatu yang mengejutkan baginya.

Seketika Lyra merasa tegang. "Tentu saja tidak, Pak," dusta Lyra.

"Benarkah? Tapi kenapa Zach diam saja melihat Kak Rosa berkoar di mana-mana."

"Beliau sangat sibuk selama beberapa waktu terakhir. Beliau tidak punya waktu untuk mengurusi hal lain. Beliau juga tidak ingin menanggapi gosip tak penting seperti itu dan hanya memfokuskan semua perhatiannya pada pekerjaannya," terang Lyra template. Itu adalah jawaban yang selalu diberikan olehnya dan juga 'orang-orang' Zachery kepada mereka yang bertanya mengenai isu perselingkuhan itu.

Wajah sumringah Jason semakin cerah. "Syukurlah kalau begitu, jadi kamu masih tetap single sampai sekarang?"

Lyra pun hanya sedikit mengangguk dan tersenyum canggung.

"Baguslah, saya cukup patah hati waktu mendengar kamu punya hubungan dengan Zach. Sekarang saya sudah memutuskan untuk tak keliling dunia lagi dan menetap di sini. Kamu tahu, baru saja saya beberapa hari tinggal di sini, kakek saya udah merecoki saya lagi. Dia terus-terusan minta saya untuk menikah."

Patah hati? Batin Lyra bertanya-tanya.

"Kalau begitu sesuai keinginan Kakek anda, anda harus segera menikah, Pak."

"Tapi saya belum menemukan calon yang tepat," sahutnya kecewa. "Setidaknya sampai beberapa waktu lalu saat saya pertama kali bertemu denganmu, Lyra."

Sontak Lyra menatap kembali pria bermata sipit yang berdiri di sampingnya itu. "Ap-apa?" Lyra terhenyak.

Jason pun tersenyum penuh arti. "Aku tahu kamu menyadarinya." Jason masih menatap Lyra dengan hangat. "Saya sudah tertarik padamu sejak kita pertama kali bertemu waktu itu."