NovelToon NovelToon
Gendis, Cinta Diambang Batas

Gendis, Cinta Diambang Batas

Status: tamat
Genre:Dosen / Nikahmuda / Beda Usia / Romansa / Tamat
Popularitas:170.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Re_Putri

Waktu memberi batasan pada dunia yang tidak sempurna. Dan waktulah yang terkadang menjawab setelah keegoisan seseorang mengecohkan sebuah kenyataan yang sebenarnya.

Ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan membuat Gendis Ayunda menerima keputusan untuk menikahi Bramasta Dewangga.

Pernikahan mereka yang terjalin tanpa rasa cinta itu harus terkoyak dengan kedatangan wanita yang ternyata sudah menempati hati Bram sejak lama. Seruni adalah sosok yang dicintai Bram sejak dulu. Bahkan wanita itulah yang membuatnya bersemangat untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Pilihan antara hubungan pernikahan atau cinta itu menjadi pertarungan hebat bagi Bram.

Memilih cinta yang terus berkobar dalam hatinya atau memilih sebuah hubungan yang harus dia pertanggung jawabkan pada Tuhan yang akan menjadi pilihannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Re_Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terombang Ambing

"Aku menjemputmu!" ucap Bram

"Aku akan mengantarmu pulang." sela Zayn.

Dua lelaki yang sama-sama tampan dengan bentuk wajah yang berbeda itu seperti sedang berlomba.

Gendis yang masih terdiam, membuat kedua lelaki itu saling menatap dingin. Bisa terlihat jelas kobaran kebencian dari kedua sorot mata kedua lelaki itu.

Sesaat kemudian, sebuah taxi berhenti hingga Gendis berjalan meninggalkan dua lelaki yang masih menunggu jawaban darinya.

Gendis memang sudah memesan taxi saat akan keluar dari ruang perpustakaan. Tanpa merespon dua lelaki yang kini saling menatap sinis itu, Gendis langsung berjalan masuk ke dalam taxi.

"Dia marah denganmu!" Suara Zain pada Bram akhirnya memecahkan perang dingin keduanya.

"Dia lagi PMS." jawab Bram dengan ketus, dia masih menjaga agar lelaki di depannya tidak bisa membaca jika dia dan Gendis memang sedang bermasalah.

"Seharusnya kamu malu menjemput istri orang!" suara dingin Bram membuat Zayn tersenyum sinis.

"Istri dari suami yang mengejar cinta wanita lain. Jika tidak ingin memilikinya lepaskanlah dia!" tantang Zayn, lelaki itu dengan sikap gantleman saat mengatakan isi hatinya.

Bram mengetatkan rahangnya, dia yang awalnya enggan melihat lelaki di sebelahnya pun harus menatap tajam. Dia tidak menyangka jika Zayn sudah tahu semuanya.

Tapi, keduanya masih berusaha menahan diri agar tidak terlibat perkelahian seperti kemarin hingga mempertaruhkan reputasi mereka.

Sementara itu, Zayn hanya berdecih, dia sudah tahu semuanya tentang pernikahan Gendis dan Bram.

"Jangan harap aku melepaskan Gendis jika hanya untuk bersama player sepertimu." tegas Bram.

"Aku tahu pernikahan kalian hanya status saja." balas Zayn sambil terkekeh. Baginya memang tidak mudah jatuh cinta pada istri orang. Tapi, mungkin inilah karma jika selama ini dia sudah sering mempermainkan hati banyak wanita.

"Apa aku harus bercerita jika kami sering melalui malam panas bersama." balas Bram dengan sinisnya. Sumpah Bram sudah tidak tahan dengan mulut lelaki di depannya.

"Benarkah? Itu artinya kamu tidak jago, karena sampai saat ini istrimu masih menstruasi." Bagaimana pun cemburunya Zayn. Tetap saja dia berusaha tenang. Sejak dulu Bram memang rival terberatnya dalam hal apapun.

"Kami sengaja menundanya karena dia akan masuk kuliah." Hampir saja Bram mengumpat dan menghajar lelaki yang terus saja memojokkannya. Tapi, untung saja terbesit jawaban yang cukup masuk akal untuk membantah Zayn yang selalu berusaha mengalahkannya itu.

"Jangan lengah! Jika tidak, aku akan mengambilnya." ancam Zayn setengah berbisik. Dia sudah enggan meneruskan perdebatan itu.

Bram menatap lelaki yang berjalan menjauh darinya. Tatapannya menghujam seperti busur panah yang tidak akan meleset dari sasaran karena hatinya meradang dengan ancaman Zayn.

Meskipun sering bermusuhan, tapi kali ini dia yang seperti kehilangan kesabaran saat melihat lelaki itu mendekati Gendis.

Sementara itu, Gendis masih duduk di bangku belakang taxi yang membawanya pulang. Dia tahu hubungannya dengan Bram memang tidak bisa seperti ini terus, tapi dia masih belum bisa memutuskan apa yang harus dia lakukan.

Tapi, masih berhak-kah dia memutuskan segala sesuatu tentang hidupnya? Gendis merasa, dia tidak punya kekuatan untuk itu.

Sejenak pandangannya menatap keluar jendela mobil, seolah menikmati suasana petang, tapi pikirannya masih berkutat tentang masalah yang sedang dia hadapi.

Taksi yang ditumpangi Gendis berhenti di depan gedung yang menjulang tinggi. Setelah memberikan ongkosnya, Gendis langsung berjalan memasuki loby.

Di sana sudah berdiri sosok bertubuh tegap dengan pancaran aura seperti magnet hingga mampu menarik perhatian orang di sekelilingnya. Bram, sengaja menunggu Gendis di sana.

"Kita perlu bicara." ucap Bram mengikuti langkah Gendis saat gadis itu dengan cuek akan melewatinya.

"Tapi, tidak di sini juga." jawab Gendis dengan tenang sambil jarinya memencet tombol untuk membawanya ke atas.

Keduanya memasuki lift yang sudah ada beberapa orang di dalamnya. Bram terus menatap Gendis, tapi berbeda dengan Gendis yang enggan untuk melihatnya.

"Ting..."

Lift berhenti hingga Gendis keluar terlebih dahulu.

"Kita tidak bisa seperti ini terus, Ndis." ujar Bram yang sudah tidak sabar lagi menunggu sampai masuk ke dalam unit apartemen.

Gendis tidak menjawab, gadis itu terus melangkah hingga dia masuk ke dalam apartemen.

"Siapa juga yang mau seperti ini terus? Sebaiknya sampai di sini dulu batas pernikahan kita." ujar Gendis membuat Bram seperti terkena hantaman benda yang berat.

Lelaki itu terdiam, menatap lemah gadis yang saat ini juga menatapnya dengan tegas. Kali ini, Gendis terlihat berbeda dari yang dia kenal.

"Aku sudah memikirkannya. Tidak ada alasan untuk tetap bertahan dengan pernikahan yang tidak jelas ini." lanjut Gendis membuat Bram lemah seketika.

Gendis berjalan meninggalkan Bram dengan terlihat tenang. Padahal, tidak mudah untuk gadis itu mengatakan semua itu, yang artinya dia sudah bersiap untuk segala konsekuensi yang akan dia hadapi.

Bram, seperti kehilangan keseimbangan tubuhnya. Lelaki itu masih mematung, dia shock. Dia tidak menyangka Gendis akan mengatakan semuanya. Pernikahannya kini sudah berada diambang batas.

Berlahan Gendis menutup pintu kamarnya. Dadanya terasa sesak, dia tidak bisa lagi menahan air matanya. Gadis itu tidak menyangka jika dirinya akan secengeng ini menghadapi semua sendiri.

Tidak akan menjadi pilihan dari seseorang yang sudah menaklukkan hatinya, gambaran status janda di usia muda dan hidup sendiri tanpa seseorang yang bisa dijadikan pegangan, dia tidak yakin bisa melaluinya dengan baik. Tapi, hatinya sudah telanjur terluka dengan semua yang sudah terjadi.

###

"Bagaimana hubunganmu dengan Bram?" tanya seorang gadis berwajah Cindo pada Seruni kala mereka sedang hang out. Seruni saat ini bersama dua sahabatnya Areta dan Helen.

Ketiga gadis dari kalangan atas itu duduk di sebuah restoran mewah yang ada di tengah kota.

"Aku sudah tunangan, lo." celetuk Areta menimpali saat Seruni tidak langsung menjawab pertanyaan Helena.

"Aku mulai mendesak, Mas Bram. Tapi, kamu sendiri tau, kan, menghadapi Mas Bram itu kudu sabar. Dia orangnya tidak bisa di paksa." jawab Seruni dengan mengaduk jus alpukat yang ada di depannya dan berlahan menyesapnya.

"Tapi, hubunganku lebih dekat dari sebelumnya. Mungkin karena kita sudah dewasa juga ya." lanjut Seruni sambil tersenyum.

"Apa kalian sudah melakukannya?" sela Areta yang sudah dibuat penasaran.

"Belum sejauh itu juga."

"Bram itu normal nggak si?" tanya Helen dibuat penasaran dan gemas dengan sosok Bram.

"Atau dia tidak benar-benar mencintaimu hingga tidak menginginkan gadis seseksi dirimu?" Areta yang ceplas ceplos itu pun ikut angkat bicara.

Seketika wajah Seruni memerah, hubungannya dengan Bram memang sangat berbeda. Awalnya yang hanya sebatas teman tapi dekat itu memang memberi batasan sendiri pada kedekatan mereka.

"Mas Bram memang begitu naif. Tapi, sekarang hubungan lebih kami berkembang dari sebelumnya." jelas Seruni. Dia tidak mungkin menceritakan jika selama bersama Bram mereka hanya berciuman dua kali, yaitu ketika Seruni akan melanjutkan pendidikannya di Singapura dan kemarin, saat dia berhasil membuat Bram terlena.

1
Asrian Efendi Pohan
huh.. kaburrrr
Asrian Efendi Pohan
Hhhhh, pegal hatiku baca novel ini 😩
Oyah Karlinaa
bagus suka suka pokonya😘💪
gah ara
😢😢😢😢😢😢😢😢😢😭😭😭😢
gah ara
suka....part ini...kena mental kamu bram
gah ara
gendis ih.... aama kek aku..ketika tdk punya orang tua
gah ara
😢😢😢😢
Fitri Ummu Arsyaqila
Luar biasa
Bonot Nort
mntap
Dian Dara Yanti
❤🩷❤
Jetva
ini knapa si Bram nyaman terus ama si Seruni...ga sadar" dia...
Jetva
lebih hormat teman dr pd istri...
reti
terima kasih kak uda bikin cerita bagus 🙏🙏🙏
Rosmiati 52
Luar biasa
Rosmiati 52
ceritanya menarik...lanjut thor
Hana Roichati
Seruni peelaakor, kucing dikasih ikan ya langsung haapp
Azzam Azzam
bukan cinta semu yang membawaku kesini
Rita Susanti
cerita yg bagus kak semangat terus kak ditunggu cerita yg lainnya
Hana Roichati
😭😭😭 teganya kau bram, pshal gendis sudah mulai menyesuaikan kedewasaannya
Hana Roichati
Bram harus terus terang sama seruni klu sdh nikah biar tidak berlanjut terus selingkuhnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!