JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN🙏🏻
Ekonomi membuat Rian yang sudah memiliki istri bernama Elsa, menghalalkan segala cara untuk bisa menafkahi istri dan anaknya yang masih balita.
Rian mengaku memiliki job di luar daerah, dan jarang sekali pulang ke rumah. Pada nyatanya, Rian hanyalah seorang mainan dari seorang wanita kaya, yang memintanya untuk menjadi teman tidurnya.
Apakah Rian akan terus melakukan hal ini, atau kembali kepada istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Hakim
Saat ini Rian sedang berada di mobil Hakim, pria itu duduk di samping Hakim yang sedang mengendarai mobilnya. Ini kali pertama Rian pergi ke kota, Rian tidak tahu bagaimana nanti suasana di kota. Rian hanya bisa berharap dan berdoa semoga saja ia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak saat nanti ia berada di kota. Ia percaya pada Hakim, ia yakin kalau Hakim pasti akan memberinya pekerjaan yang layak dan yang benar-benar bisa membuatnya memberikan kebahagiaan pada keluarga kecilnya. Ia dan Hakim sudah kenal sejak lama, mereka berteman cukup lama sehingga ia sangat mengenal Hakim. Rian mempercayakan sepenuhnya hidupnya di kota pada Hakim, pria itu benar-benar percaya pada Hakim.
Terlalu percaya pada seseorang itu tidak baik, karena bisa saja orang yang dipercayai itu berdusta. Rian tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya nanti saat tiba di kota, pria itu terlalu percaya pada Hakim. Padahal, Hakim sebenarnya memiliki niat yang tidak baik terhadap Rian, tetapi Rian tidak menyadari hal itu. Rian mengandalkan pertemanannya dengan Hakim, sehingga pria itu mengira kalau Hakim tidak akan mungkin membawanya ke tempat yang buruk.
"Saat tiba di sana, apa besoknya aku sudah boleh langsung bekerja?" tanya Rian membuyarkan keterdiaman yang terjadi pada mereka beberapa saat.
"Tentu saja, kamu tidak sabar sekali ya ingin bekerja," jawab Hakim sambil terkekeh.
"Iya, karena aku ingin memberi kehidupan yang layak untuk Elsa dan Faqih. Selama ini aku tidak bisa memberikan mereka sesuatu yang seharusnya mereka miliki, aku harap setelah ini aku bisa memberi mereka kebahagiaan." Rian sudah berandai-andai kalau ia akan bekerja dengan baik, maka ia bisa memberi kebahagiaan bagi istri serta anaknya.
Mendengar impian Rian, Hakim hanya tersenyum, "Kamu percaya saja padaku, besok kamu akan langsung bekerja." Hakim mulai menjanjikan hal itu pada Rian.
"Terima kasih, Hakim, kamu sungguh teman yang sangat baik. Kamu mau mengajakku dan memberiku pekerjaan di kota, aku sungguh sangat bersyukur dengan hal itu."
"Sama-sama, Rian, itu bukan masalah besar bagiku. Sebagai seorang teman sudah seharusnya aku membantumu," balas Hakim.
Mereka terus mengobrol, beberapa kali juga Rian bertanya saat melihat hal yang baru pertama kali ia lihat. Rian sedikit takjub ketika melihat keadaan kota yang begitu besar, ada banyak bangunan tinggi dan megah yang tidak pernah ia lihat secara nyata ketika di desa. Namun, ia tak terlalu takjub lagi ketika mendapati jalanan kota yang begitu macet, melihat ada banyak kendaraan yang mengantri agar bisa lewat membuatnya sedikit sakit kepala. Apalagi ternyata cuaca di kota sangat panas, berbeda dengan cuaca di desa yang meskipun panas, ada sedikit rasa sejuk ketika berteduh di bawah pohon. Sebagian besar tempat di kota sudah dipenuhi dengan rumah dan bangunan, sehingga pohon-pohon sangat sedikit di sini. Tak mengherankan kalau udara di sini sangat panas karena keadaan yang tidak seimbang antara tumbuhan dan bangunan.
Beberapa saat kemudian, akhirnya mobil yang membawa mereka ke kota pun tiba di tempat tujuan. Rian memperhatikan kalau mobil Hakim memasuki area parkir sebuah gedung yang sangat tinggi, gedung ini tak lain dan tak bukan adalah gedung apartemen. Lagi dan lagi Rian dibuat takjub dan terkejut ketika mereka akhirnya menuruni mobil kemudian tiba di lobi apartemen.
"Mengapa kita ke sini, Kim?" tanya Rian berbisik pada Hakim.
"Di sini aku tinggal, tepatnya di lantai delapan," jawab Hakim yang membuat Rian takjub.
"Kamu tinggal di sini?" tanya Rian tak percaya.
"Iya, ayo pergi ke dalam lift." Rian mengangguk, pria itu mengikuti Hakim yang sudah masuk lebih dulu ke dalam lift.
Hakim memencet tombol angka delapan, hingga akhirnya beberapa saat kemudian mereka tiba juga di lantai delapan. Hakim membuka pintu apartemennya dengan kunci yang ia bawa, kemudian ia meminta Rian untuk masuk.
"Ayo, masuk! Ini apartemenku, anggap saja rumah sendiri," ucap Hakim.
Rian pun memasuki apartemen Hakim, pria itu mengedarkan pandangannya menjelajahi dalam apartemen Hakim. Rian terkejut mendapati tempat tinggal Hakim yang besar di Jakarta. Ternyata Hakim tinggal di sebuah apartemen di tengah kota, pemandangan di dalam apartemen milik Hakim pun begitu indah. Saat membuka gorden jendela, maka terlihat jelas pemandangan kota dari atas sini.
Mata Rian mengagumi keindahan apartemen milik Hakim, selain besar apartemen Hakim juga ada banyak properti yang sepertinya harganya mahal. Rian yakin sekali kalau Hakim sudah sangat sukses sekarang ini, Rian jadi bermimpi suatu hari nanti bisa membelikan rumah seperti punya Hakim untuk Elsa. Sedari tadi saat melihat semua ini, Rian tak berhenti berkata takjub dan mengagumi semua keindahannya.
"Wah, rumahmu sangat besar sekali. Aku yakin sekali kalau rumah ini dijadikan lapangan untuk bermain bola juga bisa," ucap Rian yang membuat Hakim tertawa.
"Mana mungkin bisa? Kalau ini dijadikan lapangan, lantas mau dikemanakan semua perabotan yang ada di sini?" Rian menggaruk belakang kepalanya ketika mendengar perkataan Hakim.
"Benar juga ya."
"Sudah, cukup. Sini duduk dulu, yan, kamu perlu beristirahat." Rian menurut, pria itu menghampiri Hakim kemudian duduk di sebuah sofa panjang.
"Kursi ini empuk sekali ya, kamu pasti membelinya dengan mahal. Kalau memiliki ini, aku yakin sekali tidur di sini lebih nyaman daripada di kasurku."
"Iya memang, tetapi aku lebih suka tidur di kasur karena tidak akan jatuh. Kalau di sini 'kan, bergerak sedikit saja bisa langsung jatuh."
"Oh ya, karena mulai besok kamu bisa langsung bekerja, lebih baik kamu istirahat dulu, yan. Kamu pasti lelah karena habis perjalanan jauh," ucap Hakim, meminta Rian untuk istirahat lebih dulu, karena besok pagi Rian bisa langsung bekerja.
"Besok aku bekerja sebagai apa, Kim?" tanya Rian penasaran.
Ia memang belum tahu pekerjaan jenis apa yang Hakim berikan padanya karena pria itu belum menjawab dan menjelaskan secara detail saat ditanya. Hakim sendiri sedikit gelagapan ketika ditanya begitu, ia takut nanti asal bicara dan membuat Rian curiga.
"Besok akun jelaskan, lebih baik kamu istirahat dulu. Aku juga harus bekerja sebentar," ucap Hakim.
"Baiklah, aku istirahat dulu. Ini aku istirahat di mana?" tanya Rian.
"Di kamar itu, tadi barangmu sudah kubantu bawakan separuhnya di sana."
"Terima kasih." Hakim hanya mengangguk, kemudian Rian pergi ke kamar.
Sepeninggal Rian, tiba-tiba saja ada telepon masuk dari seseorang. Hakim melihat nama yang tertera di kontak itu, kemudian ia langsung mengangkatnya sambil berjalan sedikit menjauh dari tempatnya agar pembicaraannya tidak terdengar.
"Bagaimana? Apa kamu sudah dapat?" tanya orang di seberang sana.
"Iya tentu, aku sudah membawa pekerja baru itu. Aku jamin bahwa klien tidak akan merasa kecewa."
Tambahan extra part kak👍👍☺️☺️