"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Tanpa Cinta
Seperti sebuah mimpi buruk yang tidak pernah usai. Arian tidak di izinkan untuk bangun dari mimpinya. Pada akhirnya sebuah janji suci terucap dari bibirnya atas perempuan yang saat ini bersanding disampingnya di pelaminan. Raut wajah tidak bisa membohongi jika sebenarnya dia begitu kecewa atas pernikahan ini.
Pada akhirnya dia tetap tidak bisa menolak perjodohan yang sudah di atur. Rencana awalnya yang hanya sebuah pertunangan, kini berubah menjadi sebuah pernikahan. Semua tamu undangan datang untuk mengucapkan selamat dan memberikan doa restu pada mereka.
Seandainya restu itu menyertai untuk Regina dan Arian, mungkin mereka juga akan berdiri di pelaminan saat ini. Namun, mereka tidak di iringi restu, hingga berpisah adalah hal yang baik.
"Al, belum ada kabar?" tanya Arian ketika Rean dan istrinya menghampirinya di pelaminan.
Alea langsung menggeleng, wajah sendunya jelas sekali jika dia memang belum menemukan keberadaan kakaknya sampai sekarang. Regina pergi tanpa memberitahu siapapun.
Rean menepuk bahu Arian, dia bisa melihat kesedihan di balik tatapan matanya saat ini. Meski seharusnya ini adalah hari bahagia untuknya sebagai pasangan pengantin baru.
"Sekarang kau harus fokus pada perempuan yang sudah menjadi istrimu, Arian. Jangan jadi pria bereng*sek dengan mencintai perempuan lain selain istrimu. Jangan sampai kau menjadi sepertiku"
Arian tidak menjawab, dia hanya diam saja. Karena sebenarnya dia juga tidak yakin bisa menerima Evelina dalam hidupnya ini. Apa bisa dia menerima perempuan yang sama sekali tidak dia cintai, untuk menjadi istrinya, mengisi hari-harinya.
Acara terus berlanjut hingga malam hari, acara pesta yang sebenarnya. Ketika pengantin tidak hanya berdiri di pelaminan, tapi ikut berbaur dengan tamu yang lain. Minum-minum dan merayakan pernikahan Arian dan Evelina dengan suka cita.
Meski sebenarnya, pengantin ini tidak menunjukan kebahagiaan yang sebenarnya.
"Kak, minum dulu"
Arian mendongak, melihat Evelina yang menyodorkan satu gelas air putih padanya. Arian mengambilnya dan meminumnya, tatapan matanya mulai mengabur karena pengaruh alkohol.
"Sebaiknya kita masuk saja ke kamar Kak, kamu sudah mabuk"
Evelina memapah tubuh Arian yang sudah terlanjur mabuk untuk masuk ke kamar mereka yang sudah di siapkan. Sedikit tertatih karena tubuh tegap Arian tidak seimbang dengan tubuh mungil Evelina.
"Eve, aku belum bisa memberikan hakmu malam ini" bisik Arian tiba-tiba, membuat Evelina terdiam seketika.
Evelina hanya tersenyum mendengar itu, dia cukup mengerti jika memang Arian tidak bisa memberikan hak padanya. Karena mereka menikah atas perjodohan, dan belum ada cinta di antara keduanya.
"Kita istirahat saja malam ini, Kak. Tidak perlu memikirkan tentang itu"
Evelina menjatuhkan tubuh Arian di atas tempat tidur, cukup kewalahan memapah tubuh tegap suaminya ini. Evelina membuka sepatu dan kaos kaki yang di pakai suaminya ini.
"Bersih-bersih dulu, Kak"
"Eve, aku tahu diantara kita tidak pernah ada cinta. Tapi pernikahan tetap harus terjadi. Kenapa tidak ada yang mau mengerti tentang perasaan ini? Ketika kita tidak saling mencintai, tapi tetap harus menikah"
Evelina terdiam mendengar ucapan Arian yang terpengaruh mabuknya. Sebenarnya apa yang diucapkan oleh Arian memang benar, ketika tidak ada cinta diantara keduanya, tapi tetap harus terikat pernikahan. Tidak ada satu orang pun yang mau mengerti dan memahami.
"Tidak papa Kak, kita coba sama-sama. Sekarang kita berjuang sama-sama untuk menjalani pernikahan ini"
*
Layar televisi menyala, menayangkan berita atas pernikahan Arian Demitri dan Evelina Putri Kusuma. Dua keluarga cukup berpengaruh yang bersatu menjadi satu keluarga atas pernikahan anak-anak mereka. Dua orang yang berdiri di pelaminan dan foto-foto yang tersebar saat pernikahan ini berlangsung, cukup menggemparkan.
Regina terduduk di atas karpet, bersandar pada sofa yang berada di belakangnya. Menggulir layar ponsel, Regina sedang melihat komentar-komentar yang masuk pada berita pernikahan Arian dan Evelina. Semua orang mengatakan jika ini adalah pasangan yang serasi. Bahkan seolah dunia pun merestui mereka bersama.
Regina tersenyum tipis, namun air mata mengalir begitu saja. Mematikan layar ponsel dan menyimpan disampingnya. Meraih botol kecil yang baru dia terima beberapa jam lalu. Menatapnya dengan pandangan yang mengabur karena air mata yang menggenang.
"Aku tidak siap dengan kehamilan ini, apalagi melihatnya yang menikah dengan perempuan lain. Meski sejak awal hubungan kita tidak pernah ada kejelasan, tapi hati tidak bisa berbohong atas perasaan yang aku punya"
Regina menatap botol kecil ditangannya, air mata mengalir begitu saja. Membuka tutup botol dan mengeluarkan beberapa butir obat dari dalamnya.
Memasukan tiga butir obat itu ke dalam mulut, lalu dia meminum segelas air. Terdiam beberapa saat untuk merasakan reaksinya. Namun, bukan itu yang ada dalam pikirannya saat ini. Tapi, sebuah bayangan bayi yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya.
Regina langsung berlari ke arah dapur, berdiri di depan wastafel dan memuntahkan obat-obat yang sudah hampir tertelan semuanya. Dia bahkan sengaja memasukan satu jarinya ke tenggorokan agar memicu muntah dan mengeluarkan butiran obat itu.
Terlihat tiga butir obat yang tadi dia minum akhirnya termuntahkan di wastafel. Regina menyalakan keran dan segera membasuh wajah dan berkumur.
Napasnya terengah-engah, tubuhnya perlahan luruh ke atas lantai. Terduduk di lantai dapur dengan lesu. Tangannya yang bergetar perlahan terangkat untuk mengelus perutnya yang masih rata. Air mata kembali mengalir dalam diri yang begitu rapuh ini.
"Tidak papa, Ibu akan menjagamu"
Rasanya Regina menjadi seorang Ibu yang begitu jahat ketika dia berniat membunuh calon bayinya sendiri. Sementara bayi dalam kandungannya sama sekali tidak bersalah dalam hal ini. Dia juga tidak pernah menginginkan hadir dalam keadaan orang tua yang seperti ini.
Seorang anak tidak pernah bisa memilih siapa yang menjadi orang tuanya, dan dalam keadaan seperti apa dia terlahir. Jadi, jangan salahkan kehadirannya atas kesalahan yang dilakukan kedua orang tuanya.
"Maafkan Ibu, Nak. Ibu salah karena hampir membuatmu hilang dari perut Ibu. Sekarang tetap bertahan bersama Ibu ya, kita akan melewati semuanya bersama-sama. Meski Ayah kamu tidak akan pernah tahu keberadaan kita"
Ya, itu lebih baik bagi Regina. Ketika Arian tidak pernah mengetahui lagi keberadaannya dan juga bayinya. Saat ini pria itu sudah menjadi suami orang, dan seharusnya Regina tidak datang mengganggunya lagi. Biarkan bayi ini, menjadi teman dalam hidupnya, meski tanpa hadirnya seorang suami di hidup Regina.
Regina berdiri dengan tertatih, dia berjalan kembali ke ruang tengah. Mengambil botol obat itu dan membuangnya ke tempat sampah. Lalu mengambil tas dan ponselnya, Regina pergi menuju rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Meski obat itu sudah keluar, tapi dia takut itu masih akan berefek tidak baik pada bayi dalam kandungannya.
"Kita lalui ini bersama-sama. Kamu dan Ibu akan selalu hidup bersama, hanya berdua"
Seperti mengatakan pada diri sendiri, jika Regina tidak perlu berharap lebih dari itu. Cukup dia yang hidup berdua dengan anaknya kelak.
Bersambung
Satunya mau gugurin kandungan, satunya lagi tertekan sama pernikahan..
Satu bab dulu, lagi nyesuain retensi
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari