🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Margot Evans menggigil kedinginan saat AC didalam mobil menyala dingin karena sengaja dihidupkan oleh Lee Ryder maksimum.
Dia bertahan tetap pada posisinya duduk dan tidak terpengaruh dengan AC.
Margot Evans menarik robekan seragamnya untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka polos.
Lee Ryder melirik ke arah Margot Evans kemudian berdecak pelan.
''Kamu masih saja keras kepala dan bersikukuh tetap mempertahankan dirimu untuk menjauhiku, Margot'', ucap Lee Ryder.
Margot Evans tidak menyahut hanya terdiam tanpa menoleh.
Ditariknya girboks mobil maju supaya mobil berjalan tetap netral kemudian ditariknya Margot Evans yang duduk di kursi penumpang yang ada disampingnya.
''Sini !'', kata Lee Ryder.
Menarik Margot Evans lalu mendudukannya ke atas pangkuannya.
''Ehk !?'', gumam Margot Evans.
Saat dia berada tepat diatas pangkuan Lee Ryder.
''Kenapa kamu keras kepala ? Bisakah kamu lebih melunak terhadapku ?'', kata Lee Ryder.
Margot Evans diam sedangkan Lee Ryder agak memundurkan posisi kursi kemudinya supaya ada ruang diantara setir mobil dengan dirinya yang sedang memangku Margot Evans.
''Jika seperti ini kamu tidak akan kedinginan, bukan'', ucap Lee Ryder.
''Bukannya kamu yang membuatku seperti ini ?'', sahut Margot Evans.
Kedua mata gadis cantik itu berkaca-kaca saat berbicara menghadap ke arah Lee Ryder.
''Aku !?'', jawab Lee Ryder datar.
''Cih !'', sahut Margot Evans kesal.
Gadis muda itu lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan kedua mata masih berkaca-kaca.
''Aku justru menginginkan yang lebih dari ini..., tapi kamu masih tidak mengijinkannya, Margot'', kata Lee Ryder.
Margot Evans menarik nafas kemudian menjawab ucapan Lee Ryder.
''Pernahkah kamu berpikir, Lee Ryder ?''
Margot Evans menatap pria berambut perak itu dengan sorot mata sendu.
''Tidak ! Aku tidak pernah berpikir apapun karena bagiku aku melakukan semua dalam hidupku seperti air yang mengalir tanpa pernah aku berpikir akan baik dan buruknya. Kenapa ?'', jawab Lee Ryder.
Lee Ryder terus melajukan mobilnya ke arah ruas jalan.
''Jika kita melakukannya lantas aku hamil anakmu... Apa yang akan kamu lakukan padaku ?'', tanya Margot Evans.
''Hamil !?'', sahut Lee Ryder.
Sesekali melirik ke arah kaca spion mobil saat melajukan mobilnya.
Margot Evans terdiam dan tertunduk.
''Kalau hamil akan lebih mudah bagiku langsung membawamu ke pelaminan tanpa menundanya lagi bahkan bocah itu akan menyukainya karena memiliki adik'', kata Lee Ryder.
''Kamu setuju ?'', jawab Margot Evans.
Gadis cantik itu memandangi Lee Ryder tak percaya kalau pria tampan itu akan menerima pendapatnya.
''Lalu bagaimana lagi ? Jika memang itu yang telah terjadi maka aku akan memenuhi janjiku sebagai laki-laki untuk menikahimu tapi jika kamu banding tidak ingin kita menikah, keputusan ada padamu'', sahut Lee Ryder.
''Aku akan membesarkannya sendiri dari uang yang kamu berikan tanpa perlu kita menikah karena aku masih ingin melanjutkan pendidikanku'', kata Margot Evans.
''Hmmm...'', gumam Lee Ryder.
Memandangi Margot Evans lalu memfokuskan pandangannya lurus ke depan mobil.
''Apa kamu masih setuju hal itu ?'', kata Margot Evans.
''Emmm... !?'', gumam Lee Ryder tetap pada kemudi mobilnya.
''Kenapa kamu tidak menjawabnya ? Bukankah kamu yang pertama bersikeras kalau kamu ingin memilikiku ?'', kata Margot Evans.
Lee Ryder membelokkan laju mobilnya ke arah kiri menuju ke daerah perumahan elite, tempat tinggalnya berada.
Kawasan rumah milik Lee Ryder memang cukup jauh dari lingkungan padat penduduk maupun pusat kota karena dia sengaja membagun resort miliknya jauh dari keramaian kota yang bising.
Namun, area perumahan itu masih berada di pusat kota meski jauh dari kepadatan penduduk kota.
Lee Ryder tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan Margot Evans padanya sembari terus melajukan mobilnya melewati jalan berkelok menuju rumahnya yang mewah.
Tampak beberapa petugas menjaga depan rumahnya tengah berlalu lalang mengawasi area rumah berasitektur modern dan megah itu.
Ketika mobil Range Rover milik Lee Ryder berhenti tepat di depan pintu masuk rumah, pagar terbuka secara otomatis.
Lee Ryder membuka kaca mobilnya seraya menyapa petugas yang sedang berjaga di depan rumahnya.
''Bagaimana kabarnya ? Apa semua terkondisikan dengan baik ?''
''Baik, tuan Lee Ryder ! Semua dalam keadaan aman !'', sahut petugas itu.
''Syukurlah ! Sebentar lagi pergantian musim, aku harap kalian siap menyambutnya'', kata Lee Ryder.
''Siap, tuan ! Kami hanya menunggu perintah dari anda !'', jawab petugas itu.
''Yah..., baiklah...'', lanjut Lee Ryder.
Lee Ryder kembali melajukan mobilnya masuk ke halaman rumahnya yang luas dan mewah.
Sebuah taman mawar terlihat bermekaran ditengah-tengah halaman rumah miliknya dengan burung-burung merpati terbang hilir mudik di sekitar halaman luas rumah milik Lee Ryder.
''Kita sudah sampai di rumah dan aku menunggu kesempatan yang kamu tawarkan itu, Margot Evans'', kata Lee Ryder.
''Apa ?'', sahut Margot Evans kaget.
Dia memalingkan wajahnya ke arah Lee Ryder sembari mengerutkan keningnya.
''Bukankah kamu ingin kita memiliki bayi ?'', ucap Lee Ryder.
''B--bayi !?'', sahut Margot Evans kaget.
''Ya, kamu bilang kamu ingin hamil anakku karena itu aku menanyakannyan lagi perihal penting itu'', kata Lee Ryder.
''Apa ?'', kata Margot Evans.
Margot Evans mencoba turun dari pangkuan Lee Ryder tetapi pria tampan itu menahannya kemudian dia mengangkat badan gadis muda itu keluar mobil.
BRAK !
Lee Ryder melangkah ke rumahnya melewati anak-anak tangga teras rumah sambil menggendong Margot Evans.
''T--tunggu ! Tunggu Lee Ryder !!!'', teriak Margot Evans gelagapan.
Ketika Lee Ryder terus melangkah masuk tanpa menurunkannya.
''Lee Ryder ! Berhenti !'', kata Margot Evans.
''Hmmm..., tidak, aku tidak akan menurunkanmu atau menghentikan niatku untuk memiliki anak darimu'', sahut Lee Ryder.
''Apa maksudmu ? Kamu tidak sedang bercanda, bukan ?'', teriak Margot Evans panik.
Gadis cantik itu meronta-ronta kuat agar Lee Ryder menurunkannya dari gendongannya tetapi pria tampan itu tetap membawanya terus menuju ke arah kamar Margot Evans.
''Lee Ryder !!!'', teriak Margot Evans.
Lee Ryder tidak menghiraukan teriakan Margot Evans dan tetap berjalan dengan langkah panjangnya.
BRAK !
Pintu kamar terbuka lebar, Lee Ryder mempercepat langkah kakinya ke arah tempat tidur.
Margot Evans mendadak pucat pasi saat Lee Ryder mendekat ke ranjang dengan tetap membawanya.
''A--apa maksudmu ? Lee Ryder !? Turunkan aku ! Berhenti !'', teriak Margot Evans.
Margot Evans kembali meronta kuat agar Lee Ryder melepaskannya tetapi pria itu tetap membopongnya sampai didepan tempat tidur.
Diliriknya Margot Evans dengan sorot mata tajam lalu dialihkannya pandangannya ke arah ranjang yang tersedia dihadapannya.
''Saatnya membuat bayi lagi'', ucap Lee Ryder.
Lee Ryder membaringkan tubuh Margot Evans ke atas ranjang lalu melepaskan setelan jasnya satu persatu hingga dirinya bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana panjangnya.
Ditahannya Margot Evans yang terbaring di bawah tubuhnya dengan nafas tersengal-sengal.
''Tunggu Lee Ryder..., aku butuh waktu untuk memikirkannya lagi...'', ucap Margot Evans.
''Menunggu !?'', sahut Lee Ryder.
''Aku mohon...'', bisik Margot Evans penuh harap.
''Apa ?'', kata Lee Ryder lagi.
''Aku mohon Lee Ryder...'', pinta Margot Evans penuh harap.
Kedua mata gadis cantik itu berkaca-kaca saat menatap Lee Ryder yang berada di atasnya.
''Hmmm...'', gumamnya.
''Lee Ryder...'', bisik gadis cantik itu kembali.
''Apakah kamu sedang memohon ampunan ataukah meminta aku mempercepat proses pembuatan bayi dalam rahimmu ?'', sahut Lee Ryder.
Pria tampan itu memandang tajam Margot Evans yang terbaring tak berdaya yang terus memohon padanya untuk melepaskannya.