Dijual di Pasar Pengantin mengantarkan pertemuan antara seorang gadis bernama Rachel Olivia dengan seorang pemuda tampan bernama Jasper Allen. Di Pasar itulah, Jasper membeli Rachel yang dijual oleh kedua orang tuanya. Jasper membeli gadis itu karena merasa iba akan tangisannya.
Pernikahan memerangkap mereka, sehingga satu tahun kemudian sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Rachel terkuak.
"Mari kita bercerai!" Ucap Jasper kepada wanita yang sudah satu tahun ini ia nikahi.
"Bercerai?" Rachel memperjelas.
Cover : By Pinterest, edit by me.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zinnia Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuatkan Kue Muffin
"Mengapa kau datang ke rumah kak Daniella dan tidak meminta izin padaku?" Jasper bertanya saat Rachel akan masuk ke dalam rumah. Ia sudah menunggu istrinya di depan pintu.
"Maaf!" Hanya itu yang bisa dikatakan Rachel. Ia memang bersalah tidak pamit terlebih dahulu kepada Jasper.
"Tidak. Kau tidak bersalah. Harusnya aku yang meminta maaf padamu. Maafkan aku! Maafkan aku karena sudah membuatmu menunggu di rumah dan memasak makanan sebanyak itu!" Jasper benar-benar merasa bersalah kepada istrinya.
"Tidak apa-apa. Itu hakmu jika ingin merayakan dengan Aurora," Rachel tersenyum simpul.
"Sebagai permohonan maafku, aku akan memasak malam ini untukmu!"
"Memang kau bisa memasak?" Rachel tertawa.
"Tentu saja. Ayo jangan membuang waktu! Kata Papa, waktu adalah uang," Jasper menarik tangan Rachel masuk ke dalam rumah.
"Duduklah di sini!" Jasper mendudukan Rachel di kursi makan.
Rachel memperhatikan Jasper yang memakai celemek dan mulai melihat-lihat buku resep yang tersedia.
"Aku masak apa ya?" Jasper bergumam tetapi terdengar oleh Rachel.
"Ini saja," Jasper tampak sudah menemukan menu yang akan ia buat.
"Butuh bantuan?" Teriak Rachel saat mendengar Jasper terbatuk-batuk.
"Tidak. Kau duduklah!"
Rachel pun memutuskan untuk melihat ponselnya. Ia membuka fitur instagram dan melihat akun Hans mengikutinya. Rachel membuka profil pemuda itu dan melihat feed instagramnya yang banyak berpose dengan gadis-gadis cantik.
"Dia seorang playboy rupanya," Rachel bergumam pelan. Ia memang tidak mengikuti kehidupan teman-teman sekelasnya. Sangat disayangkan Rachel bukanlah gadis yang ingin tahu mengenai urusan orang lain. Hanya pribadi Jasper yang benar-benar Rachel tahu.
"Sudah jadi!!!" Seru Jasper dengan girang. Ia membawa 2 piring masakan buatannya ke meja makan.
"Kau memasak apa?"
"Aku memasak kue Muffin cokelat. Kata Papa ini makanan bersejarah untuk Mama dan Papa," jelas Jasper dengan semangat.
"Bersejarah?" Rachel tertawa.
"Iya. Kata Papa, Papa pertama kali mentraktir Mama makan kue Muffin. Dan sejak saat itu mereka seperti memiliki keterikatan satu sama lain," jelas Jasper lagi.
"Aku harap kita pun memiliki keterikatan satu sama lain," batin Rachel sembari menatap kue Muffin buatan suaminya.
"Jasper?" Panggil Rachel dengan suara lembutnya.
"Iya?" Jasper melepas celemek dari tubuhnya. Ia pun terduduk di depan Rachel.
"Terima kasih sudah membuatkanku kue Muffin," Rachel berkata dengan tulus.
"Sama-sama," Jasper tampak salah tingkah.
Jasper mengambil kue yang ada di piringnya. Ia memakannya dengan hati-hati.
"Rasanya pahit!" Jasper mengeluarkan kembali kue yang ada di mulutnya.
"Benarkah?" Rachel mencoba kue itu.
"Rasanya unik," lanjutnya.
"Kau pasti berbohong," Jasper menyipitkan matanya.
"Kue buatanmu memang tidak enak. Ini gosong. Tapi karena kau sudah membuatkannya untukku, maka aku harus memakannya," Rachel memakan kembali kue Muffin itu.
"Jangan di makan jika tidak enak!" Jasper hendak mengambil kue yang ada di tangan Rachel.
"Jasper, kita harus menghargai pemberian dari orang lain. Apalagi kau sengaja membuatkannya untukku. Jadi, aku akan menghabiskannya," Rachel melahap kue khas negara Inggris itu sampai habis.
Tanpa sadar, Jasper tersenyum menatap istrinya yang tengah lahap memakan kue buatannya.
***
Jasper terbangun di malam hari. Ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil air mineral.
"Tubuhku benar-benar dingin!" Jasper meneguk air hangat dan melihat ke arah jendela yang tirainya terbuka.
"Salju sudah turun," gumam Jasper saat melihat sekitar rumahnya sudah memutih tertutup salju.
Ia memutuskan untuk kembali ke sofa dan mencoba tertidur kembali.
"Aku tidak kuat. Ini dingin sekali!" Tubuh Jasper sedikit menggigil karena di ruang tengah suhu benar-benar sangat dingin.
"Di kamar ada penghangat ruangan. Tapi tidak mungkin aku masuk ke dalam kamar tamu atau kamar yang lain. Papa sudah memasang CCTV di sana," decak Jasper dengan frustasi.
Jasper mencoba bertahan di sofa ruang tengah. 10 menit, 20 menit, hinggal 30 menit berlalu.
"Aku benar-benar tidak kuat. Aku bisa terkena hipotermia," Jasper meninggalkan sofa dan bergegas masuk ke dalam kamar dirinya dan Rachel.
Jasper dengan pelan membuka pintu. Ia tidak ingin membangunkan istrinya yang tengah tertidur dengan nyenyak.
"Sepertinya sangat hangat," Jasper melihat Rachel yang sedang tidur meringkuk dengan selimut tebal di atas tubuhnya.
Dengan pelan tapi pasti, Jasper merebahkan dirinya di samping gadis blonde itu. Jasper membelakangi istrinya. Jasper mulai mencoba untuk tertidur. Ia berusaha memejamkan matanya. Kantuk mulai menyerangnya, hingga Jasper pun ikut tertidur nyenyak di samping Rachel.
Pukul empat pagi Jasper membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah teduh Rachel yang masih terlelap. Kini tubuh mereka saling berhadapan satu sama lain.
"Gadis ini cantik juga. Wajahnya sangat tenang," Jasper tersenyum menatap istrinya itu.
Perlahan jari Jasper bergerak membelai pipi Rachel.
"Wajahnya hangat. Apakah benar aku sudah menidurinya dulu? Mengapa aku tidak mengingat apapun? Padahal itu pertama kali aku melakukannya. Tapi mengapa dia bisa bersikap biasa saja dengan semua yang sudah terjadi di antara kami? Benarkah bibir ini pernah aku cium?" Batin jasper saat jarinya menyentuh bibir Rachel.
"Ah, apakah aku sudah gila?" Racau jasper ,ia segera bangkit dari tidurannya.
"Pasti ada yang salah dengan otak ku," Jasper menyalakan kran dan mencuci wajahnya.
*poin bagus dalam novel ini adalah membuat aurora sadar dan melepas jasper untuk bahagia dengan Rachel dan dia mencari kebahagiaan nya sendiri novel ini termasuk berani beda dengan novel lain yang sangat melaknat pelakor dan dibuat jadi wanita hina dan dibinasakan
*poin negatif di novel ini author masih membawa keegoisan wanita yang selalu membenarkan semua kelakuan pemeran utama wanita (Rachel) dan semua perbuatan laknat Rachel dibenarkan
* istri tapi berhubungan mesra dengan pria lain
* istri yang memberi harapan pada pria lain
* istri yang tidak menghargai kehormatan dirinya dan suami dan bahkan mertuanya yang sangat menerimanya kehadirannya
* istri yang gampang berduaan, ngomong mesra dan kontak fisik dengan pria lain
* wanita yang tidak pandai bersyukur ditoolong, derajjatnya diangkat, diterima baik di keluarga mertuanya tapi dia berkhianat masih mencari dan berhubungan dengan pria lain
yang jadi masalah adalah novel ini, Rachel, author, tidak menganggap salah kelakuan Rachel, malah seolah membenarkannya, tidak pernah rasa merasa bersalah, tidak pernah Rachel menyesal dengan apa yang dia lakukan dengan Han, tidak pernah Rachel minta maaf pada suaminya, tidak pernah Rachel berjuang untuk suami dan rumah tangganya
Saya suka !
positif
*sebagai karya novel udah sangat bagus
*moment harunya dapat
*segi penulisan sangat baik dan mudah dipahami
*alur cerita dan cerita kreatif
*(ini penting) novel adil memperlakukan PELAKOR dan PEBINOR (Hans dan aurora) (beda dengan novel lain yang memuja PEBINOR tapi melaknat PELAKOR, tidak adil)
negatif
*novel ini masih bawa keegoisan wanita, novel masih membenarkan semua kesalahan pemeran utama wanita dan selalu memandang salah pada pemeran utama pria
*jasper melakukan banyak kesalahan pada Rachel (semua udah pasti tau) , dan dia dibuat menyesal, minta maaf, mengejar maaf, dan berjuang dapat kesempatan, dan dibuat sedikit menderita (kan adil kalau begini
*(ini yang jadi masalah) Rachel tidak lebih baik dari pada jasper dan ini daftar kesalahan Rachel, kebohongan, cara licik, gampang dekat denga pria lain, dia juga sama tidak menghargai perasaan suami dengan dekat dengan pria lain, Rachel todak bersukur punya mertua yang baik menerimanya dengan tulus tapi dia malah gampang pergi jalan dan berkencan dengan pria lain, seorang istri curhat berduaan dengan pria lain, mengumbar aib suami pada lelaki lain, begitu banyak kesalahan Rachel tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali dan tidak pernah minta maaf pada suaminya (tapi pada pria lain dia gampang minta maaf) dan yang jadi masalah paling utama dan sangat ironis adalah karena novel ini malah dan juga membenarkan semua kesalahan rachel