Menikah bukan berarti jodoh sudah bermuara pada tempatnya. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, namun tidak menyatukan.
Senja adalah perempuan korban dari perjodohan kedua orangtuanya, niat hati untuk mengabulkan keinginan orang tuanya, membuat Senja harus menelan pahit sekelumit kisahnya sendiri.
Seperti apa kehidupan Senja setelah menikah????
Akankah ia temukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYSEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biru is coming
SENJA
Entah apa kata yang tepat untuk menggambarkan diriku saat ini, Kesalahan? Atau kebodohan?
Dewo duduk termenung, melihat Senja dengan tatapan Sendu. Ibu Ina sendiri sudah menghilang entah kemana, setelah melihat kehadiran Dewo dirumah, Ia ingin sekali bersikap seperti induk angsa yang dengan sigap melindungi anaknya, jika ada yang mengganggu bahkan menyakiti.
Namun urung Ia lakukan, mengingat persahabatannya dengan Kedua orangtua Dewo yang sudah terjalin jauh sebelum mereka menjodohkan Senja dengan Dewo.
"Aku kesini karena kamu tidak hadir ke persidangan, apa karena laki-laki itu?" tanya Dewo sinis.
What the hell! Ingin sekali Senja mencibir sikapnya, Ia terlihat cemburu dengan Awan, Pantaskah? Dengan semua yang sudah Ia lakukan selama ini.
Tak pernah menerima pernikahan ini,
Tak pernah mengakui bahkan memperlakukan ku layaknya seorang istri,
Menghianati pernikahan, dan menghamili perempuan lain,
Dan sekarang, sorot matanya menyiratkan kebencian terhadap laki-laki yang sudah membantuku.
"Karena laki-laki itu, Nja?" bahkan Dewo menanyakan hal yang sama.
Senja menggeleng tanpa melepaskan tatapan-nya kepada pria dihadapannya yang terlihat sangat kacau, "Kenapa kamu kesini?"
"Kamu belum menjawab pertanyaannya aku, Senja!" Ia lemparkan ponselnya yang sedari tadi tidak berhenti berdering keatas Meja, kemudian berdiri seperti orang frustasi yang telah menangkap basah istrinya bermain api.
Senja masih duduk tanpa merespon sikap Dewo. raganya terlalu lemah untuk menanggapi. Dewo mendekatinya, duduk tepat disamping, "Apa karena dia, kamu ingin bercerai denganku?" tanya Dewo
Senja tergelak, "Kamu bercanda? Apa aku harus menjelaskan sebab aku ingin berpisah denganmu?" Ia tepis tangan Dewo dengan kasar dari bahunya.
Telinga Senja menangkap sayup suara dering ponselnya yang Ia simpan diatas nakas kamar, kemudian Ia pergi kekamar meninggalkan Dewo diruang tamu.
Ia ambil ponselnya dan memeriksa beberapa pesan yang masuk, Ia menghembuskan napas nya setelah membaca pesan dari Tika, "Memang sudah seharusnya," gumam Senja.
Selanjutnya Ia membuka pesan lainnya, banyak sekali pesan dari Hania, Alan, Risa dan yang lainnya, menanyakan keberadaan Senja, kenapa tidak berangkat mengajar dan masih banyak lagi. Ia balas satu persatu pesan dari rekan-rekannya, terutama meminta izin kepada Hania karena alpa-nya.
Terakhir nomor pria yang Ia simpan dengan nama Bapak Biru. "Obatnya jangan sampai lupa diminum, semoga lekas sembuh, kamu punya 1 murid spesial yang udah gak sabar mau ketemu," tanpa Ia sadari, Dewo sudah berdiri dibelakangnya, menatap tajam mulut ranum yang tengah menyunggingkan senyum termanis saat sedang membaca pesan.
"Dari siapa?" gerakan impulsif Dewo yang melingkarkan tangan kepinggang Senja, membuat Ia terlonjak kaget.
Ia melotot geram, "Apa-apaan kamu tuh, Mas!" Ia tepis tangan Dewo dari pinggangnya.
"Kamu masih Istriku, Nja." ucapnya dengan mengusap lembut pipi Senja, "Aku masih berhak atas dirimu,"
Senja membuang muka malas, "Pulanglah, calon istrimu sudah menunggu!" ucap Senja ketus, "Aku pastikan hadir di persidangan selanjutnya,"
Dewo beralih menggenggam tangan Senja, "Tidak ada kah kesempatan untukku, Nja? aku ingin perbaiki semua, ingin memulai kembali denganmu,"
"Lalu Luna?? Anakmu dalam rahim Luna? Akan kau kemana-kan?"
Dengan gamblang Dewo menjawab, "Aku akan menikahi Luna sampai Ia melahirkan anak dia, lalu aku akan kembali ke kamu,"
Senja terkesiap mendengarnya, "Ini benar-benar diri kamu yang sebenarnya ya, Mas! Aku pikir kamu sudah benar-benar berubah, Nyatanya kamu masih sama! Memperlakukan orang semau kamu!"
Dewo menarik tangan Senja yang sudah berbalik badan dan siap melangkahkan kaki, " Karena aku mencintaimu, Nja!"
Plakkkk!!!!
Senja menampar Dewo, Rasanya ingin sekali senja muntah mendengar perkataan Dewo, "Dan aku sama sekali tidak mencintaimu, Mas! Aku mohon pergilah, sebentar lagi kamu akan menikah dengan Luna," ucap Senja menunjuk pintu keluar, "Jika ingin memperbaiki diri, mulailah dengan bertanggungjawab atas perbuatan kamu,"
Dewo menatap nanar, Ini pertama kalinya Senja menyentuhnya, bukan usapan lembut namun dengan tamparan. "Nja...."
Senja masuk kekamar dan membanting pintu, kemudian menguncinya, Ia ambrukkan tubuhnya diatas ranjang, menutupi wajah dengan bantal. Ia benar-benar merasa lelah, sudah cukup Ia merasa dicambuk hatinya mendengar tentang kehamilan Luna, sungguh Senja ingin segera terlepas dari semua ini.
Ttrrrdd..... Ttrrrdd.... Ttrrrdd....
Senja terjaga stelah mendengar getaran pada ponselnya, "Risa" begitu nama yang tertera dilayar, Ia langsung meng-swipe tombol hijau.
Iya, Ris...
***Nja, dirumah***??
Iya, kenapa?
***Aku didepan rumah Ibu kamu nih, dari tadi aku ketuk-ketuk gak ada yang nyaut***!
Senja langsung beranjak keluar kamar dan membuka pintu untuk Risa.
"Mamaaaaaa......" Biru menubruk tubuh Senja hingga keduanya jatuh bersama, "Hahahaha, Mama kaget ya,"
"Biru kok bisa kesini?" Senja kembali berdiri dan memapah Biru untuk duduk di Sofa. Ia melirik kedepan rumah, berharap orang yang Ia cari sudah pergi sejak Ia tinggal mengunci diri kekamar.
Biru menghampiri Senja yang berdiri di dekat jendela, "Mama cari siapa? Tadi Biru kesini sama Miss Risa,"
"Tahu nih anak, Lo! Seharian nggak mau ikut kelas, mewek mulu minta ketemu sama emaknya,!" gerutu Risa. "Tapi, Nja! Ini mah serius ni bocah kenapa jadi manggil elo Mama dah?! Tadi juga, siapa itu Tante nya Biru?" Risa mencoba mengingat,
"Viona," kata Senja, "Nah! Iya Viona. Tadi pagi pas Biru ngerengek nggak mau masuk kelas, dia bujuknya habis pulang sekolah mau dibawa kerumah Mama, gue pikir emak yang lahirin dia, Eh! Tahunya elo!" tukas Risa.
Senja mengabaikan ocehan Risa, temannya ini memang selalu penasaran dengan semua hal, alias kepo-an. "Gimana tadi sekolahnya? Kata Miss Risa tadi nangis?"
Biru mengangguk, "Biru nggak mau sekolah, Biru mau jagain Mama," jawabnya "Papa mana? Kata Onty Vio Papa disini," Biru mendudukan diri dipangkuan Senja, menanyakan keberadaan Papa-nya.
"Nja, gue ambil minum ya, haus banget!" ucap Risa sembari berlalu kedapur.
Senja mengusap lembut rambut Biru yang basah kena keringat, "Papa sudah pulang tadi siang, berarti Biru nggak pamit sama Papa kalau mau kesini?" bocah itu hanya menggeleng, menyandarkan kepalanya didada Senja.
Tak selang lama, Risa kembali keruang tamu dengan menenteng minuman Isotonik dan beberapa cemilan dari kulkas, "Ibu kemana, Nja?"
"Ke kebun mungkin, Biru kenapa bisa kamu bawa kesini?" tanya Senja menyelidik, "Kamu nggak izin dulu sama orangtuanya?"
Risa mengangguk, Ia menunjukan mulutnya sendiri yang penuh dengan makanan, setelah mengunyah habis, baru Risa menjelaskan kepada Senja.
"Tadi pas Biru masuk tu udah ngerengek mulu, sampai jam sekolah mau abis, dia masih nggak mau ikutin pelajaran, nggak ikut main," ujar Risa.
"Terus aku tanya kenapa? Dia bilang mau kerumah Mama aja, sampai jam pelajaran selesai, Biru gak dijemput-jemput, Ampe pegel aku nungguin ya!" Risa tersungut menceritakan-nya.
"Ya udah, aku telfon aja nomor yang ada di kontak wali murid, ternyata yang angkat Viona, dia bilang lagi ada rapat penting, udah telfon bokapnya Biru tapi gak diangkat-angkat, kata Viona minta tolong suruh bawa ke rumah Mamanya,"
"Laah, gue bingung dong Mamanya dia siapa?! Pas gue nanya ke Biru Mama nya siapa? Rumahnya mana?! Eh dia bilang Mamanya ya elo! mangkanya gue bawa dia kesini," Risa menjelaskan dengan penuh emosi.
Senja tertawa cekikikan mendengar Risa yang menjelaskan secara detail, nggak kebayang seperti apa paniknya dia menghadapi situasi seperti tadi, "Kenapa nggak kamu anter Biru ketempat Model itu, Sa? Kan kamu juga tahu," ucap Senja meledek.
Risa menepuk pelan keningnya, "Iya juga ya, kenapa gue nggak kepikiran, kan gue bisa sekalian minta tanda tangan," jawabnya asal, "Efek dari kelaperan nih pasti!" gerutu Risa.
Senja menatap Biru yang ternyata sudah terlelap di pangkuannya, "Seneng banget sih tidur dibadan aku," ucap Senja mencubit pelan pipi chubby Biru. "Kamu makan dulu aja gih, di meja makan masih ada nasi sama lauk garang asam, aku taruh Biru dulu kekamar,"
Risa tersenyum sumringah mendengarnya, "Asikkk, akhirnya kesampaian makan garang asam Buk Ina lagi," ucapnya kegirnagan
Sejak Senja menikah dengan Dewo, Risa jadi jarang mengunjungi rumah Bu Ina. Biasanya, Ia dan teman-temannya suka bermain dirumah Senja, dan menyantap hidangan yang sengaja Bu Ina siapkan untuk mereka.
Setuju banget mak, mencintai orang yg Sama dg waktu yg lama dan harus setiap hari tanpa lelah Dan bosan.
Mantap mak pesannya. Angkàt topi untukmu.
Alamak.......mantap banget kata²nya Thor.
"I know... Tapi, jika suatu saat kamu merasa ingin memulai kembali berpetualang, aku ingin kamu tahu, ada aku dan Biru yang siap menemanimu untuk kembali berpetualang, mencari seperti apa rupa kebahagiaan dan membangun tempat untuk kata Pulang,"
Bukan kata dan rayuan gombal tapi juatru kata² oenuh makna ini yg bikin hati aq juga ikut meleyot Bang Awan.