Merupakan seri kelanjutan dari Novel Benua Teratai Biru vol pertama.
👉 bagi yang baru mampir, silakan baca novel pertama dengan judul yang sama.
_____________
Dunia Kultivator. Yang kuat menindas yang lemah, yang lemah menjadi abu sehingga semua orang berusaha untuk menjadi kuat.
Qing Ruo adalah seorang pemuda yang memiliki takdir langit terlahir dengan fisik yang lemah. Kelemahannya itu menjadi bahan ejekan teman sebayanya.
Tiba-tiba keberadaannya yang dipandang sebelah mata mengejutkan semua orang.
Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? simak dan ikuti terus Sang Penguasa Benua Teratai Biru Vol 2. Semoga tetap suka.
👉 Update setiap hari jam 04.00 WIB.
👉 Mohon tinggalkan jejak, like dan komen.
Terima kasih 🙏.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Singgah dalam perjalanan.
Di tempat lain.
Zilong yang sedang duduk di sisi She Mei Lu yang sedang berkultivasi tiba-tiba merasakan cincin penyimpannya bergetar.
" Ada pesan dari saudari Fangyin," gumamnya sambil membalas pesan giok jiwa itu.
" Zilong er, ada apa?" tanya Qing Riyue yang tanpa sengaja melihat tindakannya.
" Nenek buyut, ada pesan dari nona Mo Fangyin."
" Oh, putri wakil pemimpin puncak gunung timur itu, ada apa?" sambil tersenyum kecil saat melihat Zilong yang salah tingkah.
" Nenek buyut, dia ingin mengajaku mengambil misi bersama," jawabnya jujur.
" Hm..., lalu..?"
" Nenek, buyut, aku hanya bilang bahwa aku pergi dalam waktu yang lama."
" Lalu ....?"
" Nenek buyut, lalu apa lagi, dia hanya mengatakan hal itu saja." dengan salah tingkah.
Qing Ruyue tersenyum kecil. Sikap Zilong yang lucu itu sedikit menghiburnya.
" Baik, nenek buyut percaya padamu."
" Bibi, juga percaya," ucap She Mei Lu menimpal tanpa membuka matanya.
" Hais bibi..."
" Sudah... sudah, istirahatlah," ucap Qing Ruyue dengan lembut.
" Baik nenek buyut." mengambil sikap kultivasi.
*****
Tiga minggu kemudian. Di Perbatasan wilayah bagian barat.
Di atas punggung ular bersayap putih.
" Saudara Jine Han, dan saudara semuanya, tetap berhati-hati," ucap Hu Shan melepaskan Zin, Zan, Xie Liu, Xie Wu dan Jine Han, kelompok pertama yang bertugas melakukan penyelidikan di sekitar wilayah perbatasan Barat menuju jantung Benua Teratai Biru,
" Baik," jawab mereka bersamaan sambil melompat dari atas punggung ular bersayap putih tersebut.
Setelah Jine Han dan kelompok pertama turun, kini tersisa Tu Hai. Xie Qi, Xie Jiu, Xie Ba, dan Hu San, yang merupakan kelompok kedua yang bertugas memasuki wilayah barat hingga ke kota Perak.
" Saudari She Yi, terus bergerak," ucap Hu Shan.
" Baik," jawab She Yi lalu bergerak dengan kecepatan puncaknya.
*****
Di tempat lain. Dua minggu kemudian.
Dua ekor Qilin Api yang merupakan hewan langit tingkat dewa surga yang terus bergerak itu tiba-tiba bergerak dengan pelan lalu berhenti.
" Mingzhi, Zhoudao," beristirahatlah!" sambil membuka dimensi dunia jiwa.
" Ruo er, ada apa?" tanya Qing Ruyue heran.
" Nenek, kemarilah!"
Qing Ruyue yang penasaran lalu menghampiri Qing Ruo.
" Nenek." sambil meraih tangannya.
" Apakah nenek mengenal kota itu?" sambil menunjuk kota besar yang ada di hadapan mereka.
Qing Ruyue menganggukan kepala.
" Nenek, aku ingin membawa nenek menemui seseorang."
" Ruo er, nenek benar-benar tidak ingin." sambil menatap Qing Ruo tegas.
" Apakah nenek tahu siapa yang ada di sana?"
" Aku tahu semua perkembangan yang terjadi di kota ini."
" Bagus. Nenek, ada kesalahpaman yang begitu besar di antara kalian."
" Ruo er, nenek benar-benar...."
" Nenek, mereka sangat merindukan nenek, mari ikut aku. Aku akan membuktikannya."
Tanpa dapat melawan, Qing Ruyue hanya bisa bergerak pergi saat Qing mengurung tubuhnya serta semua orang dengan perisai ruang dan waktu.
" Swhus...." bola perisai transparan itu melesat dengan kecepatan tinggi memasuki sebuah istana indah dan megah.
Zilong dan She Mei Lu hanya bisa terdiam saat melihat sang kaisar yang duduk di atas takhtanya langsung mengusir semua orang.
Tindakan sang kaisar yang begitu emosional itu mengejutkan semua orang. Tanpa membatah, para Jenderal dan para menteri yang ada di dalam ruangan itu langsung bergegas meninggalkan ruangan.
setelah Semua orang pergi, Sang Kaisar langsung bersujud di hadapan Qing Ruyue sambil menangis tanpa berani mengangkat kepalanya.
Tindakan sang Kaisar benar-benar membuat Zilong dan She Mei Lu saling berpandangan.
" Apakah pantas seorang Kaisar bersikap seperti ini?!" ucap Qing Ruyue dingin.
" Nenek buyut, Dia seorang Kaisar yang sangat memalukan!" ucap Zilong menimpal.
Tiba-tiba Qing Ruo dan Qing Ling tertawa terbahak-bahak.
" Zilong er, Tunjukkan sikap hormat mu. Berlutut sekarang!" ucap Qing Ruo dan Qing Ling sambil menahan tawanya.
" Ayah...,Ibu...?"
" Apa kamu tidak mendengar kata-kata ayahmu."
" Aku mendengar ayah, hanya saja kaisar ini terlalu lemah, dan Sikap yang ditunjukkannya juga aneh." sambil berlutut di hadapan sang Kaisar.
Sang Kaisar tanpa dapat menahan diri lalu berdiri, dan menghampiri Qing Ruyue.
" Kakak Xin Hye, aku merindukanmu!" ucapnya lalu memeluk Qing Ruyue sambil menangis.
Qing Ruyue terdiam. Kerinduan, kesedihan dan kehangatan merasuk dalam hatinya. Pelukan hangat yang ditunjukkan oleh sang Kaisar benar-benar membuatnya terharu.
" Adik Moshu...." tiba-tiba kata-katanya tercekat dengan air mata menetes dari pipinya.
" Ayah..." ucap Zilong terkejut sambil menatap Qing Ruo.
Qing Ruo yang masih menahan tawanya itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
" Zilong er, dia adalah Xin Moshu, adik bungsu nenek agung," ucap Qing Ling sambil tersenyum.
" Ayah, ibu..., kalian mengerjaiku."
" Kakek buyut, ampuni aku, ampuni kelancanganku," ucapnya memohon.
Rengekan suara Zilong yang memohon-mohon itu mengalihkan keharuan antara Qing Ruyue dan Xin Moshu.
" Kakak, terima kasih." ucapnya sambil melepaskan pelukannya sambil menatap Qing Ruyue dengan lekat.
" Kakak, sepanjang tahun aku telah mencarimu ke berbagai tempat, hingga aku lelah dan kembali ke kota Xin, dan tanpa sengaja bertemu Ruo er." sambil menatap Qing Ruo yang masih menahan tawanya.
" Aku telah mendengar pergerakan dan pergolakan di kekaisaran Dongnan, tapi aku tidak tahu jika Ruo er terlibat dalam masalah ini," ucap Qing Ruyue menatap Qing Ruo dengan senyumnya yang tulus.
" Kakak Hye, bukan sekedar terlibat, tetapi ini semua adalah ulahnya."
" Kakek buyut, ampuni aku," ucap Zilong terus memohon.
" Bocah brisik kamu menganggu saja," ucap Xin Moshu mulai mengerjainya.
" Nenek buyut, apakah dia benar-benar adik nenek buyut? Mengapa aku tidak tahu, bahkan tidak pernah mendengar namanya, jangan-jangan dia...?" sambil menatap Qing Ruyue yang hampir tertawa itu.
" Bocah apa maksudmu?"
"Kalau anda kakek buyutku, pasti akan menerima hormatku..."
Xin Moshu terdiam sesaat lalu menatap Qing Ruo.
" Ruo er, apakah dia benar-benar putramu?"
" Kakek buyut, aku Qing Zilong. Putra Qing Ruo. Jika tidak percaya, mari kita bertarung!" tantangnya masih dalam keadaan berlutut.
" Oh..., bukankah ketika di Gunung Makam Pedang namamu Liong Xi? Apakah kamu ingin berbohong!?" ucap Xin Moshu menggodanya.
" Kakek buyut mengenaliku? Itu berarti aku sangat terkenal. Hormat pada kakek buyut Xin Moshu," ucapnya sambil memberi hormat dan bersujud sebanyak tiga kali.
" Kamu..." ucap Xin Moshu dengan kata-kata tercekat.
" Ahk...." ucapnya sambil berdiri.
" Kakek Buyut, lututku sudah pegal." lalu duduk pada kursi.
" Kursi begitu banyak, tapi kami bahkan tidak di persilakan untuk duduk." sambil mengoceh.
" Dasar bocah nakal," ucap Xin Moshu sambil menggelengkan kepalanya lalu menatap She Mei Lu yang dari tadi terdiam.
" Qing Youyu memberi hormat pada kakek Xin Moshu," ucapnya dengan hormat.
" Kakak Hye, dia...?"
" Dia adalah kakak Ruo er," jawab Qing Ruyue.
Xin Moshu menatap She Mei Lu dengan hangat.
" Youyu er, Maafkan kakek yang telah mengabaikanmu sebelumnya."
" Bibi, kemarilah, jangan bicara padanya. Dia memang sengaja melakukannya," ucap Zilong menimpal.
" Zilong," ucap Qing Ruo sambil menatapnya.
" Ya ayah, maaf."
" Bukan pada ayah, tapi pada kakek buyutmu."
" Tapi ayah..."
" Sekarang!"
" Kakek buyut, maaf," ucap ketus.
" Kurang Ikhlas..." ucap Qing Ruo.
" Kakek... buyut..., maaf..." dengan suara lambat.
" Maafmu, dan hormatmu sebelumnya juga aku terima," jawab Xin Mishu.
" Terima kasih kakek buyut."
" Ayah, berapa lama kita akan berada di tempat ini?" ucapnya tiba-tiba.
" Zilong er, ada apa? "
" Ayah, aku bosan di tempat ini."
" Mengapa bisa demikian? kan kita baru saja tiba."
" Ayah, Aku ingin keluar mengajak bibi untuk mencari makan, dan jalan-jalan di kota ini." Sambil melirik ke arah Xin Moshu.
" Hais..., aku lupa," ucap Xin Moshu sambil memanggilkan beberapa pelayan untuk membawakan makanan dan minuman ke tempat itu.
Qing Ruyue hanya tersenyum kecil, sikap arogan dan tindakan konyol Zilong, benar-benar dapat menghibur hatinya.