Dalam satu hari Tiara kehilangan semuanya...
Orang tuanya yang meninggal secara mendadak, lalu tantenya yang menguasai harta peninggalan orang tuanya, dan terusir dari kamarnya sendiri.
Belum lagi sepupunya yang teramat sangat cantik, yang selalu merebut apapun yang Tiara suka, dan selalu membuat Tiara mendapatkan hukuman dari tantenya.
Dan ketika tiba saatnya ia mengambil alih apa yang seharusnya menjadi miliknya... Tiara harus mencari pria yang sangat berkuasa untuk membantunya, dan pria itu adalah Kenzou.
"Aku akan membantumu, tapi kamu juga harus membantuku..." ujar Kenzou.
"Membantu apa?" tanya Tiara.
"Menjadi kekasih bayanganku, untuk membuat sepupumu itu cemburu...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nicegirl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma Masa Lalu
Tiara mondar-mandir di dalam kamarnya, sambil sesekali menggigiti kuku jari tangannya. Ia merasa panik dan juga takut.
"Apa aku salah karena membiarkan Keizaa melakukan itu?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ya Tuhan... Bagaimana kalau sampai ketahuan? Aku lupa kalau Kak Zou sudah memintaku untuk menjaga Zaa, Kak Zou pasti akan marah sekali..."
Tiara melangkah ke jendela kamarnya, lalu menyibak tirainya, dan langsung menutupnya lagi saat kilat tiba-tiba menerangi gelapnya malam.
"Apakah akan turun hujan?" Ada bagusnya kalau hujan turun, setidaknya yang lain akan malas keluar kamar saat sedang hujan, tapi..."
Tiara bergegas mengambil tas ranselnya, lalu mengerang pelan saat ia lupa membawa ear phonenya.
"Ya Tuhan... Bagaimana ini?"
Cahaya kilat datang bersamaan dengan bunyi petir yang menggelegar, dan dengan panik Tiara langsung bergegas keluar kamar, berjalan di lorong villa untuk mencari tempat yang jauh dari jendela dan mampu meredam suara petir itu.
Tidak ada satu orang pun yang terjaga, semuanya sudah masuk ke kamarnya masing-masing. Tiara meneruskan langkahnya hingga ke ruang keluarga lantai atas.
Kilat dan petir, keduanya selalu membuat Tiara kembali ke malam itu, malam dimana kedua orang tuanya meninggal, juga membuat Tiara serasa kembali menjadi anak lima tahun itu lagi.
"Ya Tuhan, Please... Cukup hujan saja tanpa petir dan kilat...." pinta Tiara.
Tapi sepertinya Tuhan tidak sedang ingin berbaik hati padanya, karena tepat selesai Tiara berdoa, suara petir kembali menggelegar, membuat Tiara memekik pelan dan mencengkram sofa dengan erat hingga kuku jarinya memutih.
Tiara baru saja menghela nafas panjang ketika petir kembali menggelegar hingga memekakkan telinga, ia langsung terduduk sambil menutup kedua telinganya dengan tangannya.
Sementara itu, Kenzou yang terbangun karena suara petir tadi memutuskan untuk ke kamar Keizaa, sekaligus memastikan kalau adiknya itu berada di kamarnya.
Tapi saat Kenzou melewati ruang keluarga, ia mendengar suara rintihan seseorang, dan Kenzou langsung bergegas mendekati asal suara itu.
Dan ia tersentak kaget saat melihat Tiara yang sedang duduk di balik sofa. Wanita itu memeluk kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya di lututnya itu, dengan tubuhnya yang terlihat gemetar seperti orang yang tengah ketakutan.
"Kamu sedang apa di sini, Ara?" tanya Kenzou.
Tapi Tiara tidak meresponnya, Kenzou baru akan memanggilnya lagi saat suara petir kembali memekakkan telinganya, dan ia melihat Tiara yang semakin ketakutan, wanita itu semakin mengeratkan pelukannya di lututnya.
Ada apa dengannya? Apa Tiara sakit?
Dengan panik Kenzou langsung jongkok di depan Tiara,
"Ara..." panggilnya sambil menggoyangkan bahunya, tapi Tiara seperti berada di dunia lain, wanita itu sama sekali tidak meresponnya.
Badan Tiara kembali tersentak saat petir kembali menggelegar hingga menggetarkan lantai, dan rintihan pelan kembali keluar dari mulut Tiara.
"Mama... Huhuhu... Ara takut..." rintihnya.
Mama? Apa Tiara sedang memimpikan Mamanya? Apa gadis kecilku ini berjalan saat tidur?
Kenzou kembali menggoyangkan bahu Tiara, "Ra bangun... Kenapa kamu tidur di sini?" tanyanya, dan masih belum ada respon juga dari Tiara, malah badannya kembali bergetar hebat saat petir dan kilat datang secara bersamaan.
"Mamaaa... Papa... Jangan tinggalin Ara!!!" teriaknya histeris.
Ya Tuhan... Tiara bukan tidur, tapi sepertinya ada sesuatu yang membuatnya trauma pada kilat dan petir...
"Ara, Sayang... Manisku... Tenanglah ada aku di sini..." bujuk Kenzou sambil duduk di depan Tiara.
Kenzou meletakkan kedua tangannya di atas bahu Tiara, "Ara... sadarlah... Dan lihat aku...."
Tiara masih juga tidak meresponnya, sesekali isakan kecil keluar dari paru-parunya, dan punggungnya masih terlihat bergerak maju mundur.
"Ya Tuhan, Ra... Apa yang membuatmu sampai seperti ini? Hatiku sakit melihatmu seperti ini, Ra..." desah Kenzou pelan sambil meraih Tiara dan memeluknya.
Tiara mulai tenang di dalam pelukan Kenzou, dan Kenzou terus mengusap lembut punggung Tiara sambil mengeluarkan kata-kata yang menenangkannya.
"Katakan apa yang membuatmu takut? Aku akan mengatasinya untukmu... Aku akan selalu ada untukmu... Katakan, Ra... Apa yang menyebabkanmu seperti ini?"
Duar!!!
Suara petir kembali terdengar, tidak sekencang sebelumnya, tapi tetap mampu membuat Tiara terguncang, ia melepas pelukannya di lututnya dan beralih memeluk Kenzie, meski kedua matanya masih terpejam erat.
"Jangan pergi Ma... Pa... Jangan tinggalin Ara... huhuhu...." isaknya lagi.
Hanya kata-kata itu saja yang keluar dari mulut Tiara, dan Kenzou langsung bisa menarik kesimpulan kalau Tiara pasti sedang kembali ke saat orang tuanya meninggal.
Apakah saat itu sedang hujan badai?
Kenzou kembali teringat pada kejadian di kafe saat mereka di Bali. Tiara pernah langsung memeluknya saat tiba-tiba terdengar suara petir. Dan Kenzou semakin yakin, petir itulah yang Tiara takutkan.
"Ara... Ara... Lihat aku..." ujar Kenzou sambil menjauhkan sedikit badannya untuk melihat wajah Tiara.
Karena trauma itu harus dihadapi, bukan ditakuti. Kalau Tiara berhasil mengatasi traumanya, wanita itu tidak akan terus ketakutan seperti ini tiap kali ada kilat dan petir.
Kelopak mata Tiara mulai bergerak, Kenzou tahu Tiara sudah mulai kembali dan meresponnya, hanya saja tubuhnya masih menolak untuk bekerjasama.
"Buka pelan-pelan matamu, Manis... Dan lihatlah aku... Aku akan menjagamu dari siapapun yang menakutimu... Aku akan menyingkirkan siapapun yang berniat menyakitimu... Jadi bukalah matamu, Ara. Dan lihat aku...." bujuk Kenzou.
Perlahan mata Tiara terbuka, lalu beringsut mundur saat mendapati dirinya yang terlalu dekat dengan Kenzou.
"Ke... Kenapa Kakak ada di sini?" tanyanya sambil mengerutkan keningnya.
Alih-alih menjawab Kenzou malah kembali menarik Tiara dan memeluknya,
"Syukurlah kamu sudah tidak ketakutan lagi...." ujarnya lembut.
"Memangnya aku kenapa? Dan kenapa aku berada di sini?"
"Kilat dan petir... Kenapa kamu takut dengan kilat dan petir?" tanya Kenzou sambil membelai lembut rambut Tiara.
Tiara langsung teringat dengan apa yang terjadi, ia ingat kenapa sampai ke ruang keluarga ini. Refleks Tiara ingin melepaskan diri dari pelukan Kenzou, tapi tangan Kenzou menahannya.
"Lepaskan aku, Kak... A... Aku sudah tidak apa-apa..." pinta Tiara.
"Kamu sudah tidak apa-apa, tapi aku masih merasa tidak tenang selama kamu tidak menceritakan apa yang menyebabkanmu trauma seperti itu." ujar Kenzou.
"Aku akan menceritakannya, tapi tolong lepaskan aku, Kak. Aku jadi sulit bernafas...."
Dan Kenzoupun langsung melepas pelukannya, lalu menatap penuh Tiara,
"Ceritakan sekarang..."
Alih-alih menjawab Tiara malah bertanya, "Kita hanya berpura-pura pacaran, Kak... Kenapa Kakak baik sekali padaku?"
Kenzou mengangkat kedua bahunya, "Karena kamu sahabatnya Keizaa, dan kamu adalah pacarku, meski hanya pura-pura..." jawabnya dengan santai.
"Kalau aku hanya pacar bayanganmu, jangan biarkan aku terlanjur menyayangimu... Karena kalau aku tidak mampu pergi darimu, itu karena Kakak yang membuatku menyayangimu...."
Dear Readers...
Mau satu bab lagi? Jangan lupa vote, like, komen dan hadiahnya yaa biar Nice semangat nambah Updatenya....😁
Terima kasih and happy reading..
sungguh mantap sekali ✌️ 🌹 🌹
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘 😘