Kisah ini berasal dari tanah Bugis-Sulawesi yang mengisahkan tentang ilmu hitam Parakang.
Dimana para wanita hamil dan juga anak-anak banyak meninggal dengan cara yang mengenaskan. Setiap korbannya akan kehilangan organ tubuh, dan warga mulai resah dengan adanya teror tersebut.
Siapakah pelakunya?
Ikuti Kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa?
Wajah Andi Anni terlihat pucat. Ia beranjak dari tempatnya, lalu bergegas pergi meninggalkan para tetangga yang masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Ia menuju kamarnya, mencari ponselnya dan mencoba menghubungi sang kakak yang sedari tadi padi ia abaikan.
Wanita muda itu menemukan ponselnya. Lalu membuka layarnya dan menghubungi Andi Enre dengan tangannya yang gemetar.
Panggilan tersambung, dan beruntungnya Andi Enre yang berada dilokasi tambang mengangkatnya.
"Assalammualaikum, Bang," ucapnya dengan gemuruh didadanya.
"Iya, ada apa, Dik?" tanya Enre dengan santai.
"Bang, bisa datang malam ketiga untuk acara doa ammak," ia mencoba mempengaruhi pria tersebut.
Andi Enre terdiam sejenak. Sepertinya ia melupakan acara mattampung yang seharusnya dihadiri oleh anak lelakinya.
"Kapan?" tanyanya dengan ragu.
"Malam ini, abang datang, ya," rayunya dengan bersungguh. Tidak ada cara lain ia harus dapat merebut kembali hati sang abang sudah dikuasai oleh wanita iblis tersebut.
Jujur saja ia sakit hati mengapa bisa sang kakak lelakinya melupakan acara tersebut, tetapi jika ia kasar, maka ini akan kacau.
Hati Andi Anni semakin tak menentu, ia merasa jika abangnya harus sadar dan mengetahui jika istrinya adalah seorang parakang.
"Iya, nanti abang usahakan," sahut Andi Enrr, ditengah suara deru mesin diesel yang sedang menyerap air dari sungai Saddang.
"Bang, jangan sampai tak datang," pesan Andi Anni dengan suara memohon.
"Ya," jawab Enre dengan datar. "Malam tadi kenapa tidak angkat panggilan abang?" pria itu mempertanyakan hal tersebut pada sang adik.
Andi Anni gelagapan. "Kan ponsel Anni mati, Bang," kilahnya.
"Kan abang ada kirim pesan, kenapa tidak dibalas?" cecarnya.
"Kassi sedang rewel, dan malam ini ada acara sedekah, jadi sibuk. Maaf--ya," Anni mulai merayu sang abang. "Memangnya kak Daeng Cening kenapa bisa sampai tertancap gunting?" tanyanya dengan nada hati-hati.
"Gak tau, tiba-tiba saja berteriak dan saat abang lihat, ada gunting yang tertancap dipahanya," jawab Andi Enre.
Andi Anni masih mencoba berfikir untuk mengolah katanya, agar tidak disalah artikan oleh sang kakak, ia harus bisa membuat Enre datang malam ini.
"Bagaimana keadaannya?" mencoba perhatian.
"Sudah mulai membaik, sebab ada perawat yang memiliki golongan darah B+, sehingga dapat mendonorkannya,"
"Oh, begitu. Aku tunggu abang malam ini," Andi Anni mengakhiri percakapannya, dan sambungan panggilan terputus.
Andi Anni menggenggam ponselnya. Wajahnya terlihat pucat dan ia sangat ketakutan.
Ia melirik Bombang yang saat ini berada diruang tengah, dan berupaya menidurkan gadis kecul mereka dengan menimangnya.
"Aku yakin, pasti itu gunting milik Ambo," gumamnya dengan lirih. Ia sangat berharap jika abangnya datang malam ini, dan Andi Enre harus tau semuanya, nika istrinya itu bukan manusia biasa, melainkan sosok yang sangat menyeramkan.
Wanita itu kembali ke dapur, duduk bersama warga lainnya. "Ambo, apakah gunting yang ambo pakai itu terbuat dari besi semuanya?" tanya And8 Anni dengan lirih.
"Ya, semuanya terbuat dari besi," wanita itu memasukkan bawang merah ke dalam mesin blender. "Kamu kemana tadi?" tanya Ambo dengan rasa penasaran.
"Menghubungi bang Enre. Aku minta ia datang malam ini. Semoga saja ia dapat terbebas dari pengaruh iblis tersebut," ucap Andi Anni penuh harap.
Semua yang hadir terlihat sangat gusar. "Apakah Daeng Cening akan ikut?" tanya Rumi--bibi penasaran.
"Tidak mungkin berani dia datang. Kan acara doa bersama, pasti kepanasan dia," sahut Andi Anni dengan yakin. Semoga saja Enre tidak mendengarkan ucapan wanita itu, dan datang tepat waktu.
Enre harus kita bebaskan dari pengaruh wanita iblis tersebut," sahut Rumi yang juga merasa kesal.
"iya, kita harus membuatnya sadar, dia sudah terlalu jauh disesatkan wanita itu," Andi Anni semakin berharap.
Sementara itu, Daeng Cening bangkit dari sofa saat dua orang wanita datang secara bersamaan ke kediamannya.
Mereka membawa tas dan pastinya akan menginap dirumah itu. Penampilannya sangat sederhana, terlihat dari kampung yang jauh.
"Apakah kalian yang akan bekerja disini?" tanya Daeng Cening saat berada diambang pintu. Ia memindai kedua gadis itu dengan pandangan yang tak biasa.
Rasa lapar dan haus menjadi satu saat melihat keduanya.
Akan tetapi, hari masih cukup siang, dan ia akan beraksi saat malam hari.
"Iya, Nyonya. Kami yang akan bekerja dirumah ini," jawab gadis bernama Unru.
"Masuklah, kamar kalian berada dibagain belakang bersebelahan dengan dapur," titahnya.
"Terimaksih, Nyonya," sahut keduanya dengan patuh, lalu memasuki rumah, dan Daeng Cening menunjukkan kamar tempat mereka untuk tidur.
"Kamar kalian disini, dan mulailah bekerja. Kalian ada yang bertugas mencuci pakaian, menyetrika, dan membersihkan rumah sedangkan yang lainnya memasak dan juga membantu membersihkan rumah," Daeng Cening menjelaskan tugas keduanya.
"Baik, Nyonya. Kami akan mematuhi semua perintah," ucap keduanya secara serentak.
"Bagus," jawab Daeng Cening, dan memindai kembali keduanya, sebelum ia pergi meninggalkan mereka.
Daeng Cening tiba diruang santai, saat bersamaan, sosok pria berwajah kalem yang tadi baru saja bekerja dengannya datang membawakan makanan pesanan untuk Daeng Cening.
"Ini, Nyonya. Silahkan dimakan." pria berperawakan tinggi dan wajahnya yang cukup tampan membuat Daeng Cening memperhatikannya sejenak.
Sesaat ia memalingkan wajahnya lalu meraih dua kantong kresek yang diberikan kepadanya.
Ia membawanya ke sofa dan meletakkannya diatas meja.
"Tolong ambilkan saya piring dan mangkuk," titahnya pada pria tersebut.
"Baik, Nyonya," sahut sang sopir dengan patuh, llau berjalan menuju ke arah dapur.
Daeng Cening membuka satu kantong berisi Soto Makassar yang merupakan makanan favoritnya.
Kemudian ia membuka kantong kresek lainnya, dan saat ia mengetahui isinya, sontak saja ia berteriak histeris.
"Aaaaaaaaaaa...," pekiknya dengan suara yang begitu sangat keras.
Sang Sopir menghentikan langkahnya, ia tersenyum misterius, lalu bergegas mengambil mangkuk dan piring beserta sendok untuk diberikan kepada Daeng Cening.
Setibanya diruang santai, ia melihat wajah Daeng Cening pucat pasi, tubuhnya gemetar dengan kulit yang tiba-tiba membiru.
"Ada apa, Nyonya? Mengapa terlihat begitu sangat takut" tanya sang Sopir dengan nada yang sangat kalem.
" Mengapa apa ada garam kasar dan bambu kuning disitu?!" tanya Daeng Cening dengan wajah yang pucat.
"Oh, Maaf, Nyonya. Saya salah memberikan kantong kresek. Mungkin daya salah bawa saat dirumah makan tadi. Saya akan mengembalikannya ke sana," ucap sang pria dengan wajah datar.
"Cepat singkirkan benda itu dari saya!" titahnya masih dengan wajah yang pucat.
Sontak saja hal itu membuat sang Sopir tersenyum misterius. Ia bergegas mengambil garam kasar dalam jumlah banyak dan juga potongan batang bambu kuning.
"Baik, Nyonya. Saya akan menyingkirkannya." Sopir itu mengambil kantong kresek, lalu membawanya keluar dari rumah. Sedangkan Daeng Cening masih terlihat sangat ketakutan.
sukurin..
mudah-mudahan diampuni ya Cening .. karena kamu selama ini sudah menyekutukan Allah ..
benar-benar iblis tuh si Welang 😤😤
ooaalaah .... ternyata polisi Andre itu adalah kk nya si Ella toch istrinya si Takko 😱😱
jahat bgt tuh si welang 🤬🤬
kini Enre pun sdh terkena Ditinggal itu 😱
siapa pula yg mau mencuri Kitab Kuno dan Abu Parakang itu ,, psti orang jahat lg ajah 😡😡
Tp baru juga Daeng lepas dri ilmu hitam itu, ada lagi parakang baru hadehhh. 😇