NovelToon NovelToon
JEJAK LANGKAH DI UJUNG USIA

JEJAK LANGKAH DI UJUNG USIA

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Romantis / Fantasi / Kaya Raya / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: M syamsur Rizal (Rizal)

menceritakan seorang guru yang ingin hidup sederhana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M syamsur Rizal (Rizal), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

menahan amarah

Saat mereka keluar dari rumah itu, Jimy merasakan kebebasan yang selama ini dirindukannya, namun kebebasan itu terasa hampa. Beban berat yang menghimpitnya seolah terangkat, digantikan oleh kehampaan dan luka yang menganga. Masa depan memang penuh ketidakpastian, namun tanpa Sella di sisinya, ia merasa kehilangan arah. Walaupun hatinya masih terasa perih, dikhianati oleh orang yang dicintainya, ia mencoba tegar, namun air mata mengalir tanpa bisa dicegah.

"Kak Jimy, berpikirlah terbuka. Wanita seperti itu tidak pantas untukmu," ucap Hana lembut, berusaha menjangkau hati Jimy yang terluka. Ia menggenggam tangan Jimy erat, menyalurkan kekuatan dan dukungan, namun ia tahu, luka Jimy terlalu dalam untuk disembuhkan dengan kata-kata.

"Adik Hana, terima kasih atas hiburanmu," jawab Jimy lirih, mencoba menyunggingkan senyum meski pahit terasa. Senyum itu tak sampai ke matanya, yang masih menyimpan kesedihan mendalam, seolah jiwanya telah patah menjadi berkeping-keping.

"Oh ya, Ayah, aku balik ke kantor dulu, ya? Jadi, aku tidak bisa menemani Anda lebih lama," kata Jimy, menyembunyikan kesedihannya di balik nada ceria yang dipaksakan. Ia berbalik, tak ingin ayahnya melihat air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya, karena ia tahu, ayahnya akan merasakan sakit yang sama.

Jimy melangkah pergi, meninggalkan Andre dan Hana, namun langkahnya terasa berat, seolah kakinya terikat rantai tak kasat mata. Hatinya masih dipenuhi gundah, merasa gagal, bukan hanya sebagai kekasih, tapi juga sebagai manusia.

"Nak..." Andre meraih bahu Jimy, menghentikan langkahnya. "Anakku yang baik, jangan bersedih. Ayah akan lampiaskan amarah ini," ucap Andre penuh tekad, matanya memancarkan kemarahan yang terpendam, namun di balik kemarahan itu, tersirat kesedihan yang mendalam. Ia merasakan sakit yang sama dengan Jimy, melihat anaknya terluka, dan ia tidak tahu bagaimana cara menyembuhkannya.

"Tidak apa, Ayah. Sampai di sini saja. Aku masih ada urusan," jawab Jimy, lalu bergegas pergi, tak ingin ayahnya melihat kerapuhan hatinya, karena ia tahu, ayahnya akan hancur melihatnya seperti ini. Ia tidak ingin ayahnya melakukan sesuatu yang akan memperkeruh suasana, karena ia tahu, amarah ayahnya bisa sangat berbahaya.

Andre mengepalkan tangannya, menyimpan dendam membara terhadap Sella dan ibunya. "Mereka akan membayar atas apa yang telah mereka lakukan pada anakku," gumamnya dalam hati, suaranya bergetar karena amarah dan kesedihan. Matanya berkilat marah, namun juga tersirat kesedihan yang mendalam, karena ia tahu, luka Jimy tidak akan mudah sembuh.

"Kak Jimy kelihatannya sangat sedih. Masalah Paman dan ibuku, aku jadi segan memberitahunya," Gumam Hana, merasa bersalah. Ia tahu, Jimy sedang terluka, dan berita tentang ibunya akan semakin menyakitinya. "Huh, cuma bisa cari waktu lain lagi," tambahnya lirih, merasa tidak berdaya.

"Hana, kau pulang saja dulu. Aku mau mengurus sesuatu," kata Andre, berusaha menyembunyikan amarahnya di depan Hana, karena ia tidak ingin Hana terlibat dalam masalah ini. Ia ingin melindungi Hana dari kegelapan yang akan ia hadapi.

"Oke, Paman Andre. Nanti malam jangan lupa pulang untuk makan," jawab Hana, tak ingin membantah meski hatinya merasa khawatir. Ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Andre, namun ia tidak berani bertanya lebih lanjut, karena ia tahu, Andre sedang berusaha melindunginya.

Hana pun meninggalkan Andre dan pulang lebih dulu, dengan hati yang dipenuhi kekhawatiran dan rasa bersalah. Setelah kepergian Jimy dan Hana, Andre segera menghubungi seseorang, dengan nada bicaranya dingin dan penuh perintah, seolah ia telah berubah menjadi sosok yang berbeda.

"Aku mau kita bertemu. Ada yang ingin kutanyakan," ucap Andre datar, tanpa basa-basi, karena ia tidak punya waktu untuk basa-basi. Ia tidak sabar untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, pertanyaan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Andre segera menuju taman terdekat untuk menunggu orang yang telah dihubungi, dengan langkah yang mantap dan penuh tekad. Tak lama kemudian, seorang wanita menghampirinya dengan langkah anggun, namun di balik keanggunannya, tersirat kekuatan dan ketegasan.

"Guru," ucap perempuan itu, menunduk hormat kepada Andre, karena ia tahu, Andre adalah sosok yang sangat ia hormati dan kagumi. "Ada apa Anda mencari saya?" tanyanya dengan nada sopan, namun di balik kesopanannya, tersirat kekhawatiran. Ia merasakan aura yang berbeda dari gurunya, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, dan ia takut, sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Duduklah," jawab Andre singkat, tidak ingin membuang waktu dengan basa-basi. "Kalian mau mengadakan acara di vila nomor satu Yunsi?" Tanya Andre dengan nada tegas, sorot matanya menyelidik, mencoba membaca kebenaran di balik kata-kata wanita itu. Ia ingin memastikan kebenaran dari informasi yang didengarnya, karena ia tahu, informasi itu akan mengubah hidupnya selamanya.

"Masalah ini memang keputusan kami sendiri," jawab Nisa Safira, berusaha tenang, karena ia tahu, gurunya tidak akan menyukai keputusan ini. "Kami hanya ingin memberikan guru sebuah pensiun yang sempurna," tambahnya dengan nada tulus, berharap gurunya mengerti maksud baik mereka.

Di kejauhan, Julia sedang berjalan santai sore itu sambil membawa anjing peliharaannya, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Matanya tak sengaja menangkap sosok Andre yang sedang duduk berdua dengan seorang wanita, dan hatinya langsung diliputi amarah dan kecurigaan, seolah ada pisau yang menusuk jantungnya. Ia merasa dikhianati, sahabatnya telah merebut Andre darinya, dan ia tidak bisa membiarkannya.

"Bukankah itu Andre? Kenapa bersama seorang wanita?" gumam Julia, hatinya mulai panas, dan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Jangan-jangan dia punya wanita lain! Bagus! Baru saja menikah dengan Lena sudah berbuat seperti ini! Akan kubongkar kau, pria brengsek!" Ucap Julia penuh marah, matanya menyala-nyala, dan ia mengepalkan tangannya erat-erat. Ia tidak akan membiarkan Andre menyakiti Lena, sahabatnya yang paling berharga.

Namun, Andre belum menyadari kehadiran Julia yang menatapnya tajam dari kejauhan, karena ia terlalu fokus pada percakapannya dengan Nisa Safira, percakapan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

"Kenapa tidak bilang padaku dari awal?" Tanya Andre dengan nada kecewa, karena ia merasa tidak dihargai, murid-muridnya telah mengambil keputusan tanpa melibatkan dirinya. Ia merasa dikhianati, dan luka itu terasa sangat perih.

"Kami sudah tahu, kalau kami beritahu lebih awal, Anda pasti tidak akan setuju," jawab Nisa Safira, mencoba membela diri, karena ia tahu, gurunya adalah orang yang sederhana dan tidak suka menjadi pusat perhatian.

"Aku memang tidak akan setuju," tegas Andre, suaranya meninggi, menunjukkan kekecewaan dan kemarahannya. Ia merasa dikhianati, murid-muridnya telah melanggar prinsip yang selama ini ia pegang teguh, dan ia tidak bisa memaafkan mereka.

"Guru, Anda sudah menyembunyikan identitas bertahun-tahun. Umur Anda juga sudah setua ini. Sudah waktunya membiarkan seluruh dunia tahu siapa Anda," ujar Nisa Safira, berusaha meyakinkan Andre, karena ia ingin gurunya mendapatkan pengakuan atas jasa-jasanya selama ini. Ia ingin gurunya merasakan kebahagiaan dan kebanggaan atas apa yang telah ia lakukan.

Andre hanya menarik napas dalam, mencoba menenangkan gejolak emosi di dalam dirinya. Hatinya bergejolak, antara keinginan untuk tetap rendah hati dan keinginan untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Ia merasa dilema, tidak tahu mana yang harus ia pilih, dan ia takut, pilihan yang salah akan menghancurkan hidupnya.

Nisa Safira menatap gurunya dengan sedikit getir, merasakan kesedihan dan kebingungan yang dirasakan gurunya. "Guru, apakah Anda menyalahkan kami? Kalau Anda benar-benar tidak mau, kita batalkan saja," ucap Nisa Safira pelan dan terbata-bata, merasa bersalah telah mengambil keputusan tanpa persetujuan gurunya. Ia tidak ingin mengecewakan gurunya, karena ia sangat menghormati dan mencintainya.

"Aku juga tidak bermaksud menyalahkan kalian. Awalnya aku memang tidak suka acara seperti ini, tapi belakangan ini terjadi beberapa masalah yang membuatku merasa tidak bisa terus rendah hati lagi. Acara tetap lakukan seperti biasa. Nanti akan kukenalkan Jimy pada kalian," ucap Andre, akhirnya menyetujui rencana para muridnya, karena ia merasa inilah saat yang tepat untuk memperkenalkan Jimy kepada dunia. Ia ingin Jimy mendapatkan pengakuan dan dukungan dari orang-orang yang ia hormati.

"Akhirnya kami bisa mengenal junior!" Seru Nisa Safira senang, matanya berbinar-binar, karena ia tidak sabar untuk bertemu dengan Jimy dan berbagi pengalaman dengannya. Ia ingin Jimy menjadi bagian dari keluarga mereka.

"Awalnya aku tidak ingin dia melanjutkan jalan lamaku, tapi sepertinya aku salah. Kalian para seniornya dukung dia, ya? Dia itu terlalu polos," ucap Andre, tampak khawatir pada Jimy, karena ia tahu Jimy masih muda dan belum berpengalaman, ia membutuhkan bimbingan dari para seniornya. Ia ingin Jimy mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya.

"Guru, Anda tenang saja. Kami pasti akan berusaha membantunya agar dia menjadi orang yang lebih sukses dari kami," janji Nisa Safira antusias, berusaha meyakinkan gurunya, karena ia akan melakukan yang terbaik untuk membantu Jimy meraih kesuksesan. Ia ingin Jimy menjadi kebanggaan gurunya.

Tiba-tiba, Julia melabrak Andre dan Nisa Safira dengan langkah marah, matanya menyala-nyala, dan air mata mengalir deras di pipinya.

"Bagus sekali, Andre! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Julia emosi, suaranya menggelegar di taman, memecah kesunyian sore itu. Ia merasa dikhianati, Andre telah berselingkuh di belakang Lena, dan ia tidak bisa membiarkannya.

Andre terkejut melihat Julia, dan wajahnya pucat pasi, karena ia tahu, ia telah melakukan kesalahan besar. Ia tak menyangka akan bertemu dengannya di sini, dan ia takut, Lena akan tahu tentang kejadian ini.

"Kau benar-benar tidak berperasaan! Tidak punya hati! Bisa-bisanya kau berkencan dengan wanita lain di taman! Apa di hatimu masih ada Lena?!" Teriak Julia, meluapkan emosinya yang selama ini terpendam, karena ia sangat menyayangi Lena, dan ia tidak ingin Lena terluka.

"Bukan begitu..." Andre mencoba menjelaskan, suaranya tercekat, karena ia tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi yang sebenarnya. Ia merasa bersalah, dan ia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya.

"Kau siapa? Jaga ucapanmu, atau..." Ucap Nisa Safira tegas, melindungi gurunya dari amarah Julia, karena ia tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti gurunya. Ia siap menghadapi siapa pun yang berani mengancam gurunya.

"Kau... Kau yang siapa? Apa kau tahu pria tua ini sudah..." Teriak Julia, menunjuk Andre dengan jari telunjuknya, karena ia ingin membongkar kebohongan Andre di depan wanita ini. Ia ingin wanita ini tahu, Andre adalah pria yang tidak setia.

Namun, Julia merasa familiar dengan wanita yang bersama Andre. Ia mencoba mengingat-ingat, menajamkan ingatannya, karena ia merasa pernah melihat wanita ini sebelumnya.

"Kenapa kau... Sedikit familiar," Ucap Julia, mengerutkan keningnya, mencoba mengingat di mana ia pernah bertemu dengan wanita ini. Ia merasa ada sesuatu yang aneh, dan ia harus mencari tahu kebenarannya.

Andre segera berusaha menjelaskan pada Julia agar tak terjadi kesalahpahaman dengan Lena, karena ia tak ingin rumah tangganya hancur karena kesalahpahaman ini. Ia mencintai Lena lebih dari apa pun, dan ia tidak ingin kehilangan dia.

"Julia, jangan salah paham. Dia hanya muridku. Ini tidak seperti yang kau pikirkan," jelas Andre dengan nada memohon, karena ia berharap Julia percaya padanya. Ia ingin Julia mengerti, ia tidak pernah berniat menyakiti Lena.

Namun, Julia mengabaikan ucapan Andre, dan terus berusaha mengingat siapa wanita itu. Tiba-tiba, matanya membulat, mulutnya terbuka lebar, karena ia terkejut menyadari siapa wanita yang bersama Andre.

"Kau... Ups... Anda adalah ahli negara Larsa, Nisa Safira?!" Ucap Julia terkejut sekaligus senang bertemu dengan tokoh terkenal dari Larsa, karena ia sangat mengagumi Nisa Safira. Ia tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini.

"Benar, ini aku," jawab Nisa Safira tenang, tersenyum ramah pada Julia,

1
reza indrayana
bikin bapeerRr... ( aku sludah pernah nonton filmnya Thor )💙💛💙😘😘😘
angelwings
Mantap betul! Terimakasih, author!
Vikale5
Terhibur sekali!
M syamsur Rizal (Rizal): terimakasih suport nya kakak🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!