Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.
Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.
Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.
Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Tidak jauh dari peron kedatangan, di sebuah kafe yang terletak di lantai dua stasiun, Lee Lino sedang duduk dengan tenang, mengamati adegan itu dengan tatapan dingin dan penuh perhitungan. Ia menyesap kopinya dengan perlahan, menikmati pemandangan di bawahnya.
Lino tidak perlu menyamar. Dengan kacamata hitam dan hoodie yang menutupi sebagian wajahnya, ia tampak seperti mahasiswa biasa yang sedang menikmati secangkir kopi di pagi hari. Ia memegang cangkir kopinya dengan tangan yang tenang, tetapi pandangannya sepenuhnya tertuju pada adegan di bawahnya, pada Christopher dan Yujin yang sedang berpelukan erat.
Lino menyaksikan Christopher dan Yujin berpelukan dengan erat, melihat air mata Yujin yang mengalir deras, dan melihat tangan Christopher yang melindungi Yujin dari dunia luar. Ia melihat bagaimana Yujin bersandar pada Christopher, mencari kekuatan dan kenyamanan dalam pelukannya. Pemandangan itu membuatnya merasa muak dan marah.
Rasa cemburu yang dulu membakar Lino dengan api yang tak terkendali kini terasa berbeda. Itu bukan lagi api yang membara, melainkan kekuatan yang dingin dan tenang, sebuah tekad yang tak tergoyahkan untuk menghancurkan Yujin dan Christopher, untuk merampas semua kebahagiaan yang mereka miliki. Ia merasa seperti seorang dalang yang sedang menarik tali-tali boneka, mengendalikan hidup mereka sesuai dengan keinginannya.
Lino tersenyum sinis, senyum yang tidak mencapai matanya. Senyum itu adalah senyuman seorang psikopat, senyuman seorang pembunuh.
𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘭𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘦𝘳𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘶, 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳... 𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘣𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯... 𝘒𝘢𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘶𝘳𝘢-𝘱𝘶𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘢𝘩𝘭𝘢𝘸𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢... batin Lino, matanya menyipit karena amarah.
Lino mengangkat cangkir kopinya, membuat gerakan toast kecil ke arah pasangan itu dengan tatapan mengejek. Ia merasa seperti sedang merayakan kemenangan yang sudah pasti akan diraihnya.
𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘣𝘦𝘯𝘪𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢... 𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘮𝘣𝘪𝘭 𝘣𝘶𝘬𝘵𝘪 𝘧𝘪𝘴𝘪𝘬 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶... 𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘧𝘢𝘬𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘬𝘶... batin Lino, senyumnya semakin lebar.
Lino yakin dengan rencananya yang jahat. Ia tahu rahasia yang Yujin sembunyikan di balik trench coat longgarnya, ia tahu beban yang kini Yujin pikul adalah rantai yang mengikatnya pada Lino selamanya. Ia akan menggunakan rahasia itu untuk menghancurkan Yujin dan Christopher, untuk membuat mereka menderita seperti yang ia rasakan.
𝘋𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯𝘺𝘢... 𝘋𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯𝘺𝘢... 𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘵𝘢𝘩𝘶, 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢... 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘴𝘪𝘴𝘢-𝘴𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪... batin Lino, matanya memancarkan kebencian yang mendalam.
Lino melihat Christopher meraih tangan Yujin dengan lembut, membimbingnya keluar dari stasiun. Yujin terlihat lebih baik, lebih tenang, seolah-olah Christopher telah berhasil menghapus semua ketakutan dan kesedihannya. Pemandangan itu membuat Lino semakin marah, semakin bertekad untuk menghancurkan kebahagiaan mereka.
Lino melihat Christopher dan Yujin berjalan keluar stasiun, dan ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari kehancuran mereka. Ia akan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah bahagia lagi, bahwa mereka akan membayar atas semua yang telah mereka lakukan padanya.
𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪... 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢... 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢... batin Lino, senyum sinisnya semakin lebar.
Lino bangkit dari kursinya, mengambil tasnya, dan meninggalkan kafe dengan langkah tenang dan penuh keyakinan. Ia tidak akan mengikuti mereka secara langsung, ia tidak akan mengganggu pertemuan mereka. Ia akan memberi mereka ruang untuk kejatuhan yang tak terhindarkan, ia akan menunggu hingga Yujin, hancur dan ditinggalkan oleh Christopher, kembali merangkak ke pelukannya, memohon ampun dan cinta.
𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘸𝘢𝘬𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢... 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘣𝘶𝘳... 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘱𝘪𝘯𝘨-𝘬𝘦𝘱𝘪𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘯𝘨𝘶𝘵 𝘴𝘪𝘴𝘢-𝘴𝘪𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪... batin Lino, matanya memancarkan kegelapan yang menakutkan.
Lino berjalan keluar stasiun, ponselnya sudah di tangan. Ia harus mempersiapkan langkah selanjutnya dalam rencananya yang jahat: menyebarkan rumor tentang kehamilan Yujin secara anonim, tepat setelah Yujin dan Christopher selesai bertemu. Ia akan memastikan bahwa seluruh kampus tahu tentang kehamilan Yujin, dan ia akan memastikan bahwa Christopher tahu bahwa ia telah menjadi bahan tertawaan, bahwa ia telah ditipu oleh wanita yang ia cintai.
𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘢𝘬𝘬𝘶... 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘱𝘶... 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘭𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯... 𝘋𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘴𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘯𝘤𝘶𝘳𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢... batin Lino, tawanya teredam oleh suara bising stasiun.
Rencana final Lino adalah memastikan bahwa Christopher tidak hanya terkejut dan marah, tetapi juga tertekan oleh penghakiman publik atas Yujin. Ia ingin Christopher merasa malu dan jijik pada Yujin, dan ia ingin Christopher meninggalkannya di saat ia paling membutuhkannya, di saat ia paling rentan.
Lino tersenyum licik, membayangkan kehancuran Yujin dan Christopher, membayangkan penderitaan yang akan mereka alami. Hari ini, ia melihat perpisahan yang tulus, perpisahan yang penuh dengan air mata dan harapan. Besok, ia akan melihat perpisahan yang jauh lebih menyakitkan, perpisahan yang akan menghancurkan hati mereka berdua, dan itulah kemenangan sejati baginya, kemenangan yang telah ia nantikan sejak lama.
𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶... 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢... 𝘋𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘭𝘢𝘨𝘪... batin Lino, wajahnya dipenuhi dengan kebencian dan dendam.
Dengan langkah pasti, Lino berjalan menjauh dari stasiun, meninggalkan Yujin dan Christopher dalam kegelapan yang akan segera menimpa mereka, dalam badai yang akan segera menghancurkan hidup mereka. Ia tidak sabar untuk melihat mereka menderita.
.
.
.
.
.
.
.
ㅡ Bersambung ㅡ