I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31.
🕉️🕉️🕉️
Sanis
P
P
P
P
Apaan ?
Santai dong
Besok hari apa?
Sabtu
Ouh yaya
Lu nge chat cuma tanya itu aja ?
Gak juga sih
Mau ngajakin Lo ketemu
Iya tadi Lo bilang gitu
Jam berapa?
Juna tampak berpikir terlebih dahulu untuk besok dan apa yang akan ia katakan karena ia tau kalau Sanis kecewa dia tak akan bisa di hubungi lagi.
Juna baru saja ingin mengetik notif lain bertubi tubi datang dan membuat nya kaget karena tumben sekali ada yang spam selain teman teman gilanya itu.
Pancali
Kak Juna besok sibuk gak ?
Kalau nggak, ya aku mau ajak kakak jalan
Kalau sibuk yaudah gak apa-apa lain kali aja
Juna menghembuskan nafas gusar karena disisi lain juga ia mengajak Sanis juga pergi bersamanya, karena ada yang harus ia katakan pada Sanis dan berharap bisa membantunya.
Sayangnya Juna telah membaca pesan dari Pancali, ia menepuk dahinya dan kesal pada jarinya.
Akhirnya ia membalas pesan dari Pancali sedangkan Sanis ia juga menunggu balasan dari Juna yang tadi online.
Sanis meletakkan ponselnya di atas nakas dan menuju ke dapur untuk mengambil camilan karena ia merasa bosan dengan suasana rumahnya yang kurang ramai dan jika ia mengundang temannya mustahil ini sudah malam.
Kakaknya Raspati baru saja datang dengan basah kuyup, wajahnya terlihat berantakan. Sanis kaget dengan kedatangan kakak dan sahabatnya itu ke rumah dengan membawa kakaknya dalam keadaan seperti ini.
"Kak Iyan, kak Ras kenapa?" tanya Sanis pada Wayan yang menatap wajah Raspati dan menggelengkan kepalanya.
"Sanis tenang aja dia sedang sedih ada yang hilang dalam dirinya. eh bukan, dalam hatinya, mungkin kamu bisa minta penjelasan dari dia langsung okey," Sanis bingung maksud dari Wayan yang berlalu pamit pulang.
Ia heran dengan kakaknya ini tumben sekali melihat kakaknya bersedih hati.
"Kakak istirahat dulu ya," Raspati mengangguk sambil tersenyum, ia tau jika kakaknya belum saatnya untuk di tanya tanya dan Raspati tau itu, Sanis tau keadaannya dan akan menjelaskannya nanti.
"Nis, nanti kakak bakalan kasik tau semuanya tanpa ada yang tertinggal satupun." Sanis menganggukan kepalanya mengerti.
.................
Hari Sabtu yang cerah ini, Juna berangkat ke sekolah bersama Sanis untuk melihat pameran seni rupa di sekolahnya dan juga sanggarnya itu. Juna terlihat sendu sekarang, yang membuka lokernya itu dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dan memberikannya pada Sanis.
Sejak tadi ia hanya diam saja tak ada pembicaraan selain mengatakan 'iya' atau 'tidak'. Tentu saja kesal karena jawaban tersebut.
"Pegangin." Pinta Juna pada Sanis yang tersenyum, menerima kotak kecil itu. Beberapa saat kemudian Juna juga mengeluarkan alat lukisnya dari dalam lokernya.
"Lo mau kemana?" tanya Sanis pada Juna yang tidak menjawabnya sama sekali, sesekali menghela nafas gusarnya.
"Jun katanya lo ada yang mau di omongin, Lo mau ngomong apa ?" tanya Sanis yang ingat bahwa kemarin Juna ingin mengatakan sesuatu padanya. Nihil tidak ada jawaban dari Juna yang tetap sibuk dengan lokernya itu. Sanis merenggut kesal , sebenarnya apa yang terjadi pada Juna ?
Juna menarik Sanis keluar dari sanggar, gadis itu hanya menurut saja. Sedangkan Juna masih dengan diamnya dan anehnya Juna terasa sangat dingin sekarang.
"Kak Juna!" Panggil seorang gadis yang menyusul keduanya, Sanis tersenyum manis kepada Pancali yang menghampiri mereka berdua. Sanis menarik tangan Juna agar berhenti dan ingin bicara pada Pancali.
"Jun, di panggil nih."
"Kenapa Pancali, cepatlah aku sedang ada urusan." Tanpa melepaskan tautan tangannya dari jari tangan Sanis.
"Makasih ya, udah gantiin mantau hari ini. Ouh ya besok kakak ada waktu gak? Kalau mau aku ajak jalan-jalan nih sebagai ucapan terima kasih."
Juna menundukkan kepalanya dan menatap sejajar wajah Pancali yang kini tersenyum bersiap menerima jawaban dari Juna.

"Lihat sikon!" Desis Juna yang berlalu pamit kepada Pancali yang hanya diam membeku, gadis itu senang karena jawaban Juna dianggap menerima ajakannya antara iya atau tidak.

Pancali menatap punggung Juna dan Sanis menjauh darinya, dan menarik sudut bibirnya.
"Udahlah Sanis, besok Lo akan punya dunia baru lagi," gumam Pancali yang masuk kembali ke dalam sanggar seni itu.
"Juna kita mau kemana ?" tanya gadis itu sekali lagi entah pendengaran cowok itu tiba-tiba tersumbat sehingga tak mendengarnya sama sekali.
"Sanis jadi gue punya beberapa masalah, dan gue rasa lo bisa bantu gue."
"Astaga bilang dong Jun,"
"Ya kali, gue bilang di depannya Pancali. Sebenarnya ini masalahnya sama Pancali.",
"Pancali? Dewayu?" Juna mengangguk membenarkan bahwa ia memiliki masalah pada gadis cantik tadi.
"Ada apa? Apa bapaknya tau kalau dia suka sama Lo?" Juna menyentil dahi gadis itu yang mengaduh dan menggosok dahinya itu.
"Bukan! Gue belum selesai ngomong." Juna kembali menarik Sanis ke parkiran sekolah dan membawanya ke sebuah kaffe.
"Selain itu ada janji sama mbok Candra juga disini, sambil kita pesen makanan deh. Lo mau besarin tuh pipi? Biar bisa tarik tiap hari." Sanis menatap Juna dengan tatapan kesalnya, dan memukul lengan kekarnya itu sedangkan Juna hanya tertawa melihat tingkah gadis ini.
"Jun, bawain tas mbok Candra bentar ya. Baru beli nih. Pegang aja jangan lepas!?"
"Iya mbok, tapi taruh aja disana." Tolak Juna yang melepas tas hijau itu dari lengannya seakan keberatan membawanya karena ia adalah laki-laki dan tas itu biasanya di bawa oleh perempuan.
Kakaknya itu tetap memaksakan Juna untuk membawanya dan kakaknya pamit pergi berkumpul dengan teman-temannya, dan tasnya katanya nanti nyusul ke rumah.
"Udah gak usah lihatnya kayak gitu," sinis Juna pada Sanis yang tersenyum padanya lesung pipinya membuat semakin manis.
"Penurut sekali Lo ya," gadis itu tertawa dan menusuk nusuk lengannya dengan jari lentiknya itu.
"Jadi apa masalah Lo itu ?" Tanya Sanis pada Juna yang tersenyum licik pada Sanis
"Lo kepo banget sih ya, oke gue paham pasti Lo pengen bantu gue."
Sanis memutar bola matanya malas, cepat memberikan kode cepat pada Juna
"Jadi gini ya Nis, gue kan gak mau nih sama yah dia yang tadi itu. Caranya biar dia jauh dari gue itu jawabannya cuma Lo,"
"Kok gue? Apa hubungannya?"
"Ada hubungannya Nis, yah biar dia jauh dari gue gak enak di kejar anak pejabat gini."
"Lo mauin aja sana kan bagus ya Jun. Sama gue gak menjamin ketenaran Lo nanti," Sanis meminta Juna agar tidak bersamanya lagi, untuk mendapatkan lagi ketenaran yang hilang selama bersama dengan Sanis.
"Gue gak mau tenar lagi, gue mau hidup kayak Lo aja gak ada yang tau siapa gue dan pokoknya gak ada yang nyelipin nama gue sama orang itu-itu aja."
"Udahlah Juna, jangan gue. sebenernya capek hidup di antara mereka, yang menganggap gue merebut Lo dari mereka itu." Jawab Sanis dengan menghela napasnya, bukannya ia tak ingin membantu Juna tapi dengan menjauh dari kebiasaan tersebut akan membuat Sanis mundur dan mundur.
"Jadi Lo gak mau bantu gue?" Sanis menatap Juna lagi dengan tatapan sendunya.
"Jadi intinya Lo mau membuat gue jadi perisai?" Tanya Sanis pada Juna yang, memejamkan matanya sejenak.
"Setidaknya lo yang bisa meredam masalah yang terjadi sebenarnya."
"Apa yang terjadi Jun? gue gak ngerti."
"Ini ada hubungannya sama Dinda, lalu Pancali dan gue juga ikut dalam masalahnya."
"Apa mereka ada rencana licik?"
"Bisa saja, dan kenapa besok gue mau di ajak sama Pancali karena ada alasannya."
"Gue mau tau alasannya, tapi setelah ya Lo kencan sama dia."
.
.
.
.
.
Bersambung......
Disini bakalan banyak ada peran Pancali dan seterusnya
Apa yang akan terjadi pada Juna dan Sanis selanjutnya??