NovelToon NovelToon
Jalan Yang Terkurung

Jalan Yang Terkurung

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tulisan_nic

"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."

Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31 Rasa Perih Kalah Jauh Sama Deg-degan

Hari ini di sekolah tidak belajar di dalam kelas seperti biasanya.Perlombaan-perlombaan yang di adakan sekolah masih belum usai.Kali ini pertandingan Basket yang sangat di nantikan Arkan.

Terik matahari belum sepenuhnya naik, tapi lapangan sekolah sudah riuh.Suara peluit, teriakan siswa, dan gemuruh drum dari tim pendukung membuat suasana seperti turnamen besar, bukan sekadar pertandingan antar kelas.

“Woi Arkan! Gaspol, bro! Jangan kasih ampun!” teriak salah satu siswa dari tribun, membawa poster bertuliskan Class 8A Never Die!Tawa siswa lain langsung pecah.

Arina berdiri di antara kerumunan penonton, memegangi botol minum sambil berusaha mencari posisi terbaik. “Bisa minggir dikit nggak? Aku nggak kelihatan!” serunya pada Vivian dan Dita yang lebih dulu di posisi depan.Vivian tertawa. “Lihat aja nanti, Arina! Kalo Arkan menang, kamu yang paling heboh, ya?”.Arina mendengus kecil, pura-pura acuh. “Siapa juga yang heboh. Aku cuma nonton doang, kok.”

Dari sisi lapangan, pelatih meniup peluit. “Ayo! Siap posisi!”

Semua Tim berkumpul di tengah, saling menepukkan tangan. Arkan berdiri paling depan, wajahnya serius tapi matanya menyala penuh semangat.

Suara peluit panjang terdengar.Bola dilempar tinggi ke udara.

Semua mata serempak menatap ke tengah lapangan.

Arkan melompat paling cepat, tangannya menjangkau bola lebih dulu, menepukkannya ke bawah.“Nice start!” seru salah satu teman timnya.

Sorak-sorai makin keras.Seseorang di tribun mengibaskan bendera kelas, dan ibu-ibu yang datang menonton mulai berteriak, “Ayo nak! Semangat! Jangan kalah!”

Beberapa orang tua bahkan berdiri di pinggir pagar, ikut melambai-lambaikan tangan.Sekolah hari itu bukan cuma tempat belajar,tapi arena kebanggaan.

Arkan menggiring bola melewati dua pemain, memutar cepat, lalu shoot!Bola berputar di tepi ring,sebelum akhirnya jatuh masuk sempurna.

“Masuk!”

Lapangan langsung meledak.Teman-teman melompat, berteriak, sementara Arina menatap dengan mata berbinar tanpa sadar ikut tersenyum lebar.Tanpa sadar mulutnya meneriakkan nama "Arkan,kamu kereeeen!!!"

Arkan menoleh, mendengar teriakan itu yang ia tahu ternyata Arina yang menyuarakannya."Dia bilang aku keren?Ha..? Ngga salah",senyum simpul tercipta begitu saja seperti sedang mendapatkan undian,hati Arkan meluap-luap merasa bahagia.

Energinya berkumpul,bertambah berlipat-lipat hanya karena ucapan 'keren' dari Arina.

“Arkan! Cepet ke belakang!”Suara teman setimnya terdengar di tengah riuh penonton.

Arkan menggiring bola dengan kecepatan tinggi, tubuhnya berputar cepat tapi,

BRUG!!

Seseorang dari tim lawan menabrak bahunya cukup keras.

"Sial!! Main kasar ya!"gerutu hatinya.

Badan Arkan terhuyung, lututnya hampir kehilangan keseimbangan. Ia jatuh ke lantai lapangan, terdengar bunyi gesekan sepatu dan suara “Aduh!” pelan dari para penonton.

Bola terlepas dari tangannya, menggelinding ke tepi garis.

Beberapa detik semua orang terdiam sebelum peluit berbunyi.

Arina langsung menutup mulutnya, matanya membesar. “Arkan,Ya Allah kasian banget,dia jatuh.Sepertinya dia luka"gumam hatinya.

Vivian spontan berdiri, matanya fokus ke tengah lapangan."Wah curang tuh!"

Arkan bangkit perlahan, mengusap lengannya yang lecet. Di sikunya tampak goresan merah kecil, darah mulai muncul tipis.Guru olahraga mendekat, “Kamu mau diganti dulu?”

Arkan menggeleng cepat, suaranya serak tapi tegas.

“Enggak, Pak. Saya masih bisa.”

Sorak-sorai langsung pecah lagi.

“WOII!! Itu baru Arkan kita!!”teriak Dita semangat.

“8A GAS!!”di susul gemuruh serempak dari siswa pendukung tim Arkan.

Peluit kembali dibunyikan.Arkan menepuk pipinya pelan, menahan rasa perih di lengan. Keringatnya menetes, tapi tatapannya fokus.Satu operan, dua langkah cepat, dan kali ini dia membalas dorongan itu dengan tembakan jarak jauh yang mulus.

Bola berputar di udara, menyentuh ring, cling! masuk sempurna.Lapangan meledak oleh teriakan penonton.

“MASUK!! SKOR 31—29!!”

Arina berteriak paling keras tanpa sadar. “Arkan,Semangat!!”

Raut wajahnya lega, sementara Arkan hanya menatap dari jauh, senyum kecil menggantung di sudut bibirnya."Aku semangat terus Arina,apa lagi ada kamu".

Detik terakhir pertandingan bergulir cepat.Arkan masih bertahan, meski setiap gerakan membuat lengannya berdenyut.Ketika peluit panjang tanda akhir pertandingan berbunyi,semua orang tahu siapa pemenangnya.

“TIM 8A MENANG!!”

Lapangan langsung riuh, tepuk tangan membahana.Arkan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, wajahnya berkeringat tapi matanya bersinar.Arina ikut menepuk tangan, senyumnya lebar, lalu berbisik pelan, “Cowok itu meski suka aneh dan semaunya sendiri tapi dia keren juga…”

Arkan menoleh dari jauh, seolah mendengar, dan memberi acungan jempol kecil.Membuat Arina tersedak "Uhuk!"

"Aku bilang apa,dia itu seperti bisa baca pikiran,wah ...aku benar-benar harus berhati-hati".

Sementara Vivian,menatap dua sosok itu bergantian."Mereka berdua ini,sepertinya cocok.Tapi,gimana Evan?".Ada sesuatu di dadanya yang terasa aneh, tapi ia sendiri belum tahu namanya apa.

***

Setelah pertandingan,Arina dan kedua sahabatnya duduk di kelas.Menghalau penat setelah banyak berteriak di pinggir lapangan.Kelas tidak terlalu ramai,beberapa siswa masih ada di lapangan.

Ketika Arkan dan tim basket masuk,kelas jadi ramai.Arkan langsung saja duduk di bangku yang biasa ia tempati.Ia membuka botol minum yang ia bawa,meneguknya beberapa kali.Tapi air minum itu tumpah karna dia kurang berhati-hati, menyiram luka di sikunya yang tergores semen lapangan saat terjatuh tadi.

Ia meringis,kesakitan menahan perih.Lukanya masih merah,dan lebar.Arina menoleh,melihat Arkan begitu di jadi kasihan.Tidak tega membiarkan begitu saja."Pasti perih banget lukanya,dan harus di obati"Hatinya berbicara bersamaan dengan langkahnya mendekati.

"Arkan,ayo ke UKS.Luka kamu harus di obati" Arina langsung meraih tangan Arkan,setengah memaksa.Karna dia tahu "Arkan pasti nggak mau di obati kalau tidak di paksa"bisik hatinya.

Di perlakukan begitu,sontak pipi Arkan merona bukan main. Ada ledakan kecil di hatinya yang membuat dia tidak bisa berfikir apa-apa selain menuruti Arina.Kakinya melangkah,tapi matanya terpaku pada genggaman Arina di tangannya. Senyum kecil,muncul begitu saja di wajahnya yang menunduk.

Sampai di UKS,Guru piket mengambilkan disinfektan,obat merah,kapas dan kasa steril untuk Arina.Sementara Arkan duduk di bangku di depan ruang UKS.

"Arkan ayo masuk,aku bantu obatin tangan kamu"

Mendengar itu,kepala Arkan mengangguk-angguk.Menatap Arina dengan takjub.Cepat ia berdiri,sambil mengulurkan tangannya minta di genggam lagi.

Arina bukannya menggenggam malah berbalik.Masuk duluan ke ruangan.Arkan menurunkan tangannya yang terlanjur terulur "Bodoh ,Arkan apa yang kamu harapkan!" hatinya merutuki dirinya sendiri.

Di dalam ruang UKS,ada guru piket yang duduk di meja khusus depan pintu.Arkan masuk,di tunggu Arina di depan bed kecil yang di tersedia pada ruangan itu.

Arina sudah duduk di dekat bed,Arkan yang baru masuk langsung Arina suruh duduk,dia hanya bisa menurut.

“Sini aku lihat?”Suara Arina lembut . Arkan masih menunduk tidak berani melihat wajah Arina,apalagi jarak mereka dekat.Sudah pasti membuat pipinya merah sampai ke daun telinga.

“Cu..cuma lecet dikit kok.”

“Dikit apanya, Udah merah gitu,” Arina membuka kapas dan cairan antiseptik.“Aku bersihin bentar aja, tahan ya.”

Arkan mau protes, tapi belum sempat bicara...

“Aw!”Cairan antiseptik menyentuh lukanya, membuatnya refleks menarik tangan.

Arina menatap tajam.Memegang lengan Arkan erat “Tahan dikit aja, nggak bakal mati kok.” Gerakan itu,berhasil membuat Arkan menuruti apa saja yang Arina lakukan.Tanpa berani menatap sedikit saja pada Arina.Dia menunduk,sambil menahan perih juga hatinya yang bergejolak tak karuan.

“Ya tapi perih, Rin…”

“Namanya juga luka, kalo nggak perih namanya bukan obat merah” jawab Arina cepat sambil menunduk serius.

Arkan terdiam. Lalu, tanpa sadar, dia malah tersenyum kecil.

Dari jarak sedekat itu,dia bisa melihat wajah Arina. wangi sampo yang samar, dan tatapan seriusnya yang nggak pernah dia lihat sebelumnya.

“Udah selesai,” kata Arina akhirnya,Luka Arkan sudah tertutup rapi dengan perban.

“Oh…” Arkan menatap perbannya. “Rapi juga.”

“Ya iyalah,orang aku kerjainnya hati-hati".

Arkan menggaruk tengkuknya yang nggak gatal. “Hmm… makasih ya.”

Arina berdiri, menutup kotak P3K. “Sama-sama. Tapi jangan ngebut-ngebut lagi di lapangan.”

Arkan mengangguk. “Kalo kamu nonton, aku susah buat kalem.”

Arina menatapnya sebentar, bibirnya terbuka, tapi tak ada kata keluar.Sampai akhirnya dia cuma berdehem kecil. “Aku balik dulu. Dadah.”

Arkan menatap punggung Arina yang menjauh, lalu menunduk sambil menyentuh perbannya.Senyum tipis muncul lagi.

“Perihnya… kalah jauh sama deg-degannya barusan,” gumamnya pelan.

*

*

*

~Salam hangat dari penulis🤍

1
checangel_
Banyak yang impossible menjadi possible, begitulah skenario realita kita 😄
Tulisan_nic: hidup penuh kejutan ya 🤭
total 1 replies
checangel_
Mati rasa itu terkadang melelahkan, tetapi ada kalanya butuh didengarkan 😄
checangel_
Real ✅, terkadang mental health atau trauma bisa bersarang dari akar yang tidak hanya dari orang luar, tapi bisa dari orang dalam juga termasuk 'keluarga atau orang tua itu sendiri'
Tulisan_nic: Terimakasih sudah memahami🤍🫶
total 3 replies
miu@
aku juga capek
checangel_
Seberapa akurat keyakinan itu /Shy/
checangel_
الجمعه،
Tak ada kata lagi terucap👍🙏
checangel_: /Smile//Pray/
total 2 replies
checangel_
Seberat itu ya janji 🤧
checangel_: Dua kata berbeda, tapi sama dalam tindakan 🤧
total 2 replies
checangel_
Memaafkan memang selega itu, apalagi kata maaf itu diterima dengan lapang, rasanya seketika sedang berada di pantai yang tenang 😄
Tulisan_nic: memaafkan sedamai itu memang🫶
total 1 replies
checangel_
Diam saja deh, lebih baik gitukan😂😂
checangel_
Apalagi kalau orangnya nggak enakan, kata tolak jarang terucap tuh/Facepalm/
checangel_
Pasti luka batinnya dalam banget nggak sih itu /Sob/
checangel_: Sabar, luka batin itu bisa sembuh kok perlahan /Smile/
total 2 replies
checangel_
Tim pembaca aja 😂
checangel_
Begitulah kalau sedang kasmaran, bahkan luka dalam perban pun langsung membaik nggak tuh😂😂
checangel_: 😂😂🤧saking realnya, semua luka terobati dengan sendirinya, ono-ono wae/Facepalm/
total 2 replies
checangel_
Siapa nih yang dulu seperti Arina?😂
Tulisan_nic: aku,aku/Scream/
total 1 replies
checangel_
IPA adalah mapel yang menyimpan banyak cerita, dari mulai impian, rasa pantang menyerah, dan menjadi pelajaran terpaporit dari yang lain, but that is the past again 😅😂
checangel_
Author /Sob/, ceritamu teralu real ndak sih 🤧, pengin nangis aku😭
Tulisan_nic: kamu benar banget/Whimper/
total 7 replies
checangel_
Vivian kamu butuh tempat curhat lagi nggak? Sepertinya luka batinmu sudah sangat dalam, sabar-sabar ya Vivian, pasti berat itu dan memang berat banget sih 🤧
checangel_
Allah, author, dan pembaca ini juga mengakui ketulusanmu, Arina😄
Tulisan_nic: Tenang aja Arina,kami tahu gitu kan ya😄
total 1 replies
checangel_
Gimana tuh rasanya jadi tempt curhat, Arina? 😅
Tulisan_nic: iya,pasti Arina denger curhatan nya ambil kedap kedip🤭
total 1 replies
checangel_
Kamu menulis apa Mba Arina, secepat itukah tulisanmu?😭
checangel_: Tapi emang gitu, aku juga pernah nulis cepat saking disuruh cepatnya😂
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!