NovelToon NovelToon
Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Roller Coaster Kehidupan Jennifer

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Nikahmuda / Hamil di luar nikah / Mafia / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:755
Nilai: 5
Nama Author: Inge

Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.

Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?

Mari baca cerita novel ini ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sadar

Dilike ya guys 😁

Dikomen ya guys 😊

Divote ya guys 😁

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Gumpalan awan berbentuk tipis transparan dengan tampilan filamen seperti sutra membentang di langit jingga. Cahaya sang mentari sore hari bersinar lembut menyinari kota Washington DC. Angin berhembus cukup kencang menyelimuti setiap orang yang melakukan aktivitas, termasuk Jennifer, Ronald, Richard, dan Lucky yang sedang melakukan perjalanan.

Waktu terus berputar mengiringi perjalanan mereka dari gedung The 2 R Food and Drink menuju ke apartemen yang telah dibeli oleh Ricardo untuk Richard di kawasan Georgetown, Washington DC dengan menggunakan mobil keluarga keluaran Mercedes Benz berwarna hitam. Mobil itu menembus keramaian kota Sunderland.

Kota Washington DC adalah ibu kota Amerika Serikat, menjadikannya pusat kekuasaan politik, pusat pemerintahan dan pusat budaya. Kota ini menawarkan kekayaan sejarah dan budaya yang ditunjukkan melalui monumen, museum nasional yang sebagian besar gratis (seperti Smithsonian), dan berbagai festival sepanjang tahun. Selain itu Washington DC merupakan tempat berdirinya lembaga-lembaga seperti Gedung Putih, Capitol, dan Mahkamah Agung. 

Kota ini memiliki banyak monumen dan situs bersejarah yang menyoroti sejarah Amerika, seperti Monumen Lincoln dan Capitol Hill. Terdapat lebih dari 100 museum, termasuk koleksi gratis dari Smithsonian yang mencakup National Museum of Natural History, National Air and Space Museum, dan National Portrait Gallery. Memiliki pusat teater, galeri, dan festival seni pertunjukan yang ramai, dengan banyak festival budaya yang diadakan sepanjang tahun. Rumah bagi Perpustakaan Kongres, yang memiliki salah satu koleksi bahan penelitian internasional terbesar di dunia. 

Setelah memakan waktu setengah jam di perjalanan, akhirnya mereka berhenti di lahan parkiran sebuah apartemen yang mempunyai arsitektur sederhana namun klasik. Ronald, Richard dan Jennifer membuka pintu mobil, lalu turun dari mobil. Mereka melangkahkan kakinya menuju ke unit apartment milik Richard. Masuk ke dalam, menyusuri salah satu koridor apartemen yang berada di lantai tiga.

Mereka menghentikan langkah kakinya di depan sebuah pintu di ujung koridor itu. Menempelkan sebuah kartu di layar pemindai samping kanan pintu. Setelah pintunya berbunyi, Richard menekan handle pintu ke bawah. Mendorong pintu itu hingga pintunya terbuka. Mereka masuk ke dalam unit apartment itu. Interior unit apartment itu bergaya klasik dan didominasi dengan warna cream dan emas.

Sofa di ruang tamu apartemen itu terbuat dari kulit dan kayu jati dengan ukiran yang rumit. Di sudut ruang tamu terdapat guci kuno. Di setiap sisi dinding ruang tamu ada lukisan. Jennifer berjalan menuju ke kamar utama unit apartment itu melalui pintu yang sudah terbuka. Tercengang melihat dekorasi kamar itu. Kamar dengan gaya klasik Eropa. Kamar itu, didominasi warna emas dan putih gading.

Masuk ke tengah ruangan. Di hadapan Jennifer ada sebuah tempat tidur berukuran king size berwarna emas dan memiliki ukiran yang mendetail. Setiap sudut tempat tidur itu ada tiang emas dan hiasan kelambu putih. Di samping kanan kiri ranjang itu ada nakas yang di atasnya ada lampu hias kuno. Berjalan mendekati ranjang besar itu. Menduduki tubuhnya di tepian tempat tidur. Tempat tidur itu sangat nyaman diduduki.

"Ternyata kamu di sini Jennie," ucap Richard sambil berjalan masuk ke dalam kamar utama.

"Kamarnya sangat bagus Kak Richard," ucap Jennie polos.

"Memang sangat bagus," ucap Richard sambil berjalan menuju ke jendela kaca yang besar dan berbentuk klasik.

"Richard, ternyata unit apartment ini sudah dihuni. Tadi aku ke dapur, sudah ada beberapa bahan makanan dan aneka minuman di dalam kulkas," ucap Ronald sambil berjalan menghampiri Richard.

"Menurut kamu siapa penghuninya? Sedangkan kuncinya kita pegang," ucap Richard sambil memandang kota Washington DC.

"Daddy, Daddy kan sering tidur di luar kalau ada pekerjaan yang menumpuk," ucap Ronald sambil menghentikan langkah kakinya di belakang Richard.

"Kak ada sebuah buku," ujar Jennifer setelah membuka laci nakas sebelah kanan ranjang. "Dear my Diary, hari ini aku bahagia karena aku akan mendapatkan sebuah apartemen yang sangat bagus. Apartemen ini terletak di tempat elit pusat ibu kota negara ini. My Ricardo telah memberikan apartemen setelah sepuluh tahun anniversary hubungan asmara kami, kami ak —" lanjut Jennifer membaca sebagian kecil isi dari diary itu setelah dia membukanya secara acak.

"Siapa pemilik diary itu?" tanya Richard datar.

"Kak Liona, Kak Richard," jawab Jennifer polos.

"Sialan!!! Ternyata hubungan gelap mereka sudah bertahun-tahun!!" ucap Ricard marah.

Ronald membalikkan tubuhnya, lalu berucap, "Tolong buka halaman pertamanya Jennie."

Sedetik kemudian Jennifer mengikuti permintaan Ronald, lalu membaca, "Hai my diary! Hari ini aku ke pemakaman Liana. Aku jadi teringat dengan penderitaan dia karena telah mencintai orang yang salah. Aku juga dulu mencintai orang itu, tapi aku mengalah demi Liana dan aku melihat kelakuan bejat dia sehari-hari sehingga aku tidak menyukainya. Sungguh kejam hidup kakakku itu. Dia harus bunuh diri karena cinta butanya. Orang itu adalah Ronald Sean Mo—."

"Tolong hentikan!" ucap Ronald kesal.

"Wah, ternyata si Liona terobsesi dengan keluarga kita sehingga dia bisa mengencani dua anggota keluarga kita dan mencintai semua pria di keluarga kita. Dasar wanita jalang!! Pantas dia dibunuh," ucap Richard kesal.

Ronald merasakan getaran dari smartphone miliknya. Dia merogoh kantung dalam jaket kulitnya. Mengambil smartphone miliknya dari kantung dalam jaketnya. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab sambungan telepon itu. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.

"Hallo ada kabar apa Ed?" tanya Ronald serius.

"Saya sudah menemukan siapa pembunuh bayaran itu."

"Siapa Ed?"

"Felicia."

"Felicia si mata hijau?"

"Iya."

"Kamu tahu di mana alamat tempat tinggalnya?"

"Tahu, nanti aku kirim lewat pesan. Mau langsung kita tangkap, Tuan?"

"Nanti aku kabari."

"Baik Tuan."

Tak lama kemudian, Ronald menjauhkan benda persegi panjang itu dari telinga kirinya. Menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu. Menaruhnya di tempat semula. Ronald membalikkan badannya, lalu berjalan ke samping kanannya Richard. Menoleh ke Richard yang sedang menatap tajam ke arah pemandangan kota Washington DC.

"Aku sudah tahu siapa pembunuh bayaran itu," ujar Ronald serius.

"Siapa?"

"Felicia si mata hijau. Apakah kamu mau segera menangkapnya?"

"Iya, aku ingin tahu siapa yang menggunakan jasanya untuk membunuh si jalang dan Daddy," jawab Richard tanpa menoleh ke Ronald.

"Baik."

"Kakak aku mau ke kamar mandi," ucap Jennifer sambil beranjak berdiri.

"Aku antar," ucap Richard sambil membalikkan tubuhnya.

"Nggak perlu Kak," ucap Jennifer sambil berjalan menuju ke pintu kamar mandi yang sudah terbuka.

"Aku sekalian geledah kamar ini," ucap Richard sambil berjalan mengikuti Jennifer.

Jennifer berjalan masuk ke dalam kamar mandi, lalu menutup pintu kamar mandi itu. Sementara Richard berjalan menuju walking in closed. Dia membuka dua pintu lemari secara acak. Dia menggelengkan kepalanya berulang kali ketika melihat beberapa mini dress digantung di dalam lemari itu. Lalu menutup kedua pintu itu. Berjalan santai sambil mengedarkan pandangannya. Dia melihat beberapa koleksi tas branded dan aksesoris branded.

Rasa marah dan benci Richard kepada Liona bertambah setelah melihat apartemen dan isi apartemen ini. Dia menjadi sedih ketika mengingat tubuhnya Rosalinda yang sedang tak berdaya di dalam ruang ICU. Berjalan keluar dari dalam walking in closed. Berjalan mendekati Ronald yang sedang telepon. Menghentikan langkah kakinya di samping kirinya Ronald. Menatap lagi menatap pemandangan kota Washington DC pada sore hari.

"Ok, aku tunggu kabar berikutnya, thanks Ed," ucap Ronald santai.

"Ronald, kita tukaran apartemen ya," ujar Richard serius ketika Ronald menjauhkan benda pipih itu dari telinga kirinya.

"Memangnya kenapa?" tanya Ronald bingung sambil menyentuh ikon merah untuk memutuskan sambungan telepon itu.

"Aku tidak mau menerima bekas dari si jalang itu," jawab Richard ketika Ronald menaruh benda persegi panjang itu di saku dalam jaket kulitnya.

"Apakah ada barang - barangnya di dalam apartemen ini?" tanya Ronald sambil menoleh ke Richard.

"Ada, bahkan semuanya adalah barang-barangnya."

Kringgg ... Kringgg ...

Bunyi dering dari smartphone milik Richard. Ricard merogoh saku dalam jas kerja. Mengambil smartphone miliknya, lalu mengerutkan keningnya ketika melihat nomor rumah sakit tempat Rosalinda dirawat. Dengan gerakan cepat, Richard menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon itu. Mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga kirinya.

"Ini dengan Tuan Richard Lawrence?"

"Iya, ada apa Pak?"

"Nyonya Rosalinda Lawrence sudah sadar."

1
Inge Gustiyanti
Sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!