Warga desa yang berasal didaerah pulau kecil yang terletak dibagian wilayah Timur mendadak dihebohkan dengan penemuan mayat dengan tubuh yang tinggal tulang belulang saja, karena bagian daging dan organ tubuhnya habis tidak tersisa.
Awalnya warga mengira jika korban dimakan hewan buas. Namun hal itu terbantahkan setelah beberapa warga menghilang dan ditemukan dalam kondisi yang sama dengan menyisakan tulang belulang saja.
Tak hanya itu, teror semakin merebak, dimana pelaku sudah menyerang mereka saat berada didalam rumah.
Siapakah sang peneror? Dan warga menyebutnya 'Hantu Suanggi, sebab berasal dari daerah pulau tempat dimana mereka tinggal berdekatan.
Apakah warga dapat menemukan sang peneror?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Upaya perlindungan
Ia mengikat kalung itu pada leher puterinya. Sedangkan sang gadis kecil masih dalam kebingungan.
Wajah manisnya masih menyiratkan berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Mengapa harus terjadi?
"Kenapa beta harus pergi jauh dari bapa? Beta mau tinggal bersama bapa," ucapnya dengan nada yang sangat sedih.
"Dengar anak, kita terkadang harus berpisah, demi sesuatu. Bapa ada tabungan, dan pakaj juga emas peninggalan dari ibumu." ia melepaskan sebuah kalung peninggalan sang istri, dan memasangkannya ke leher puterinya.
"Ingat, ini bisa dijual, dan akan menjadi bekalmu selama diperjalanan, pergilah jauh, dan tinggalkan tempat ini," ucapnya dengan terus memprovokasi puterinya.
"Beta tidak mau, beta ingin bersama Bapak," gadis kecil itu mendekap sang ayah. Ia tidak rela harus pergi.
"Adik, kemana adik beta?" ia bertanya dengan perasaan takut.
Lalu melepaskan dekapannya, dan berlari keluar menuju ruangan, tempat dimana tadi mereka terakhir bermain bersama.
"Bapa, dimana adik beta? Bapa...," pekiknya dengan suara tangisan yang cukup memilukan.
Ia hanya melihat, ada sisa darah yang tercecer dikantai, dan tubuhnya luruh kebawah.
"Adik, adik, adik, kenapa kamu pergi e. Siapa teman beta bermain?" ," ia kembali menangis, dengan suara ratapan yang memilukan.
Sedangkan untuk Gaba' Rama, ia sendiri tak lagi dapat menggambarkan, betapa hancurnya hatinya saat ini.
Puteri sulungnya sudah terpisah dari ibunya, kini dari adiknya, dan ia juga ingin memisahkan gadis kecil itu dari dirinya. Semua tidak dapat terelakkan.
Esok hari, ia akan mencari informasi, siapa lagi warga yang akan bermigrasi. Maka ia akan menitipkan puterinya, dan keselamatan gadis itu lebih penring, ketimbang harus bersatu, tetapi mati dalam teror mengerikan, yang kini sedang dialami oleh mereka dan juga warga.
Sedangkan untuk saat ini, ia sendiri tidak sanggup menyampaikan informsi pada istri Ma-Lek, jika suaminya sudah meninggal diserang Suanggi.
Kehadiran sang peneror tidak selalu memberi tanda. Ditambah lagi, ia dapat berkamuflase menjadi hewan apapun, yang ia kehendaki, untuk mengelabui mangsanya.
****
Ahmed, Yosua, dan seorang lainnya telah tiba dimuara, yang mempertemukan sungai kecil mereka dengan sungai yang lebih besar.
Mereka merapatkan rakit ketepian. Ketiganya menambatkan rakit mereka, lalu naik ketepian sungai.
Tangan-tangan mereka menggenggam para salawaku, sebagai bentuk pertahanan diri, jika nanti Suanggi tiba-tiba datang menyerang.
"Apakah sosok itu ada disekitar sini?" tanya Yosep, dengan mengedarkan pandangannya, menyapu setiap siai hutan yang penuh dengan misteri.
"Kita telusuri saja, mana tahu ada yang dapat dijadikan sebagai petunjuk,"Jawab Ahmed, dengan pandangan penuh awas.
"Bismillahirrahmanirrahim... Ucapnya dengan segala pengharapan, jika dirinya akan terlindungi dari serangan Suanggi yang saat ini sedang mereka buru.
Mendengar Ahmed berdoa, Yosep menggenggam kalung salibnya, lalu mengecupnya. "Oh, Tuhan, lindungilah aku," doanya dalam hati, lalu mengeratkan kedua jemari tanggannya, dan berdoa dengan khidmat.
Setelah mereka berdoa, ketiganya menyusuri tepi sungai, dan berhenti saat melihat sebuah motor sedang terparkir dibawah pohon, dekat dengan tali sling untuk penyeberangan.
"Itu sepertinya motor milik Pak Dokter," tunjuk Yosua ke arah benda yang dimaksudnya., dan berada disisi kiri.
"Ya, coba kita lihat kesana!" pria satunya angkat bicara, dan mereka berjalan menuju kearah sana, untuk memeriksa. Setelah tiba ditempatnya, mereka dikejutkan, jika motor itu adalah milik Tommy, yang menghilang sejak pagi.
"Itu sepertinya tas untuk obat-obatan," Ahmed menunjuk ke arah tepi sungai yang berada tak jauh dri tempat mereka. "Biar aku yang memeriksanya." pria itu bergegas turun, lalu memeriksa tas yang dicurigainya sebagai milik Tommy.
Ia melihat ada jejak kaki manusia, dan juga jejak sepatu milik pria diatas pasir.
"Lihatlah, Suanggi sedang menari malam tadi, dan ini adalah jejak bekas tariannya." ia mengamati pergerakan telapak kaki itu, yang berpindah-pindah, dan terkadang tidak sepasang, sebab ia banyak menggunakan kaki kanannya, dan mengangkat kaki kirinya, hingga berjarak cukup berjauhan.
Yosua ikut berlari ke arah sana. Mereka memperhatikan jejak kaki tersebut, dan benar saja, itu adalah jejak tarian Suanggi, yang mana artinya ia sedang bersuka ria, karean berhasil memangsa korbannya.
Dan Tommy? Jejak kaki itu? Hal ini menandakan, jika pria itu diculik oleh Suanggi.
"Ini tas miliknya, dan juga motor itu, dimana ia melihat Suanggi sedang menari, dan menghampirinya. Bahkan mereka menari bersama, jika dilihat dari jejak kakinya," Ahmed memperhatikan tentang jejak tersebut, dan menyimpulkan, jika Tommy benar diculik.
"Ya, sepertinya Pak Dokter sedang terjerat dengan pesona gadis itu, dan akhirnya, harus diculik dengan sangat mudah," Yosep menimpali, dan membenarkan pendapat Ahmed.
"Kita harus lebih waspada. Sebab Suanggi bisa muncul kapan saja. Sebaiknya kita bawa semua perlengkapannya, dan juga motornya, kita laporkan pada Gaba' Rama, jika Pak Dokter tidak dapat diselamatkan," pria satunya angkat bicara.
Ahmed terdiam. Ia terlihat berfikir, dan mencoba mencari petunjuk lainnya.
"Apakah kalian pernah mendengar sebuah lembah yang ada diapit dua pegunungan disana?" tanya pria itu kepada kedua rekannya.
Yosua dan pria itu menggelengkan kepalanya. "Aku belum pernah mendengar tentang hal itu," ungkapnya dengan sangat jujur.
"Lihatlah ke arah pegunungan itu." tunjuk Ahmed ke arah bagian timur. "Disana ada sebuah lembah yang curam, dan konon kabarnya, ada sepasang suami istri yang hidup menyendiri disana, dan tidak pernah berbaur dengan manusia lainnya," Ahmed memandang dua puncak gunung yang berdiri menjulang tinggi.
"Apakah dia yang menjadi Suanggi?" tanya Yosep dengan rasa penasaran.
"Kita tidak tahu. Tapi, apakah kalian tidak merasa pensaran, untuk menjelajah kesana, kita harus membuktikan, apakah mitos tentang wanita tua yang ada didasar lembah itu benar adanya, atau hanya sebuah dongeng pengantar tidur," Ahmed menantang kedua rekannya, untuk menguji adrenalin mereka, dan menemukan Suanggi.
Yosep menganggukkan kepalanya. "Kita kesana. Lagipula kita sudah sejauh ini," pria itu memantapkan niatnya, dan siap membasmi Suanggi yang sudah merasahkan mereka dan juga warga.
"Beta ikut. Kita cari iblis itu sampai dapat, dan bakar saja rumahnya, jika benar kita menemukannya disana." pria satunya terlihat sangat bersemangat.
Kemudian mereka sepakat untuk pergi, dan menggunakan motor milik Tommy, untuk mencapai tempat itu.
Ahmed yang pernah tinggal ditepi pantai dan perkotaan, menjadi pengemudinya, dan mereka berbonceng tiga untuk menuju ke lembah yang mereka curigai sebagai tempat bersarangnya Suanggi.
Sesutu sedang memperhatikan mereka, dibalik batang pohon damar, dan ia menyeringai dengan sangat sinis.
Tidak mudah bagi mereka untuk menemukannya, dan meskipun mereka berusaha semaksimal mungkin, dan ia terlalu percaya dengan kemampuan, dan juga kesaktian yang dimilikinya.
"Jangan harap kalian dapat menemukanku!" gumamnya dengan nada penuh kesombongan.
mkne jgn mudh di hasut lahh kann mbalek kann
itulah yg terjadi pada si ibu nya milea
tp klo di lihat dr ilmu hitam nya ngeri juga e awk baca nya masa iya makan dan minum darah hiii smoe licit tuh tulang kekk kucing makan tulang aja. 🫣🫣🫣