NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18

...‎Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

‎Reinan terdiam cukup lama setelah mendengar cerita itu. Hatinya terasa sesak, seakan ikut merasakan luka yang Yuan bawa selama bertahun-tahun. Ia bisa melihat betapa beratnya beban itu, betapa dalamnya trauma yang Yuan simpan sendiri tanpa pernah membaginya.

‎Hanya Ibu, Ayah dan Yuan yang mengetahui peristiwa tragis itu. Orang tua Yuan menyembunyikan fakta pahit ini demi 'nama baik' keluarga terutama dari Media.

‎Perlahan, Reinan meraih tangan Yuan, menggenggamnya erat. "Yuan..." suaranya bergetar, "kamu sudah cukup lama menanggung semua itu sendirian. Sekarang kamu nggak sendiri lagi. Ada aku di sini."

‎Yuan menunduk, bahunya bergetar menahan tangis yang tersisa. Reinan lalu menariknya dalam pelukan, membiarkan Yuan bersandar penuh di bahunya.

‎"Aku gak akan pergi seperti hyung-mu dulu," bisik Reinan, lembut tapi tegas. "Mau sesulit apa pun ke depannya, aku akan tetap di sampingmu. Karena aku sayang kamu."

‎Yuan memejamkan mata, merasakan ketulusan itu. Untuk pertama kalinya sejak tragedi kakaknya, ia benar-benar merasa ada seseorang yang bisa menjadi tempatnya kembali. Ia mengecup kening Reinan dengan mata yang masih basah.

‎"Terima kasih," ucap Yuan lirih. "saya gak tahu gimana jadinya kalau sampai kehilangan kamu juga."

‎Reinan hanya tersenyum tipis, mengusap punggung Yuan, seolah berjanji dalam diam: ia akan menjaga cinta mereka, meski dunia di luar sana menentangnya.

‎Sepanjang perjalanan pulang, suasana mobil terasa hening. Tidak ada percakapan panjang, hanya suara mesin yang mengisi keheningan malam. Tapi genggaman tangan mereka tidak pernah lepas, seolah keduanya butuh memastikan bahwa satu sama lain benar-benar ada di sana.

‎Sesampainya di apartemen, Yuan tidak banyak bicara. Ia langsung menaruh kunci di meja, lalu menarik Reinan ke dalam pelukan panjang. Pelukan yang lama, hangat, dan penuh rasa takut kehilangan.

‎Reinan mengusap punggung Yuan dengan lembut. "Hari ini pasti berat banget buat kamu..." katanya pelan.

‎Yuan hanya mengangguk di bahu Reinan. "Tapi saya lega, kamu ada di samping saya."

‎Malam itu, mereka tidak melakukan banyak hal. Tidak ada film, tidak ada obrolan panjang. Hanya duduk berdua di sofa, bersandar satu sama lain. Kadang saling menatap, kadang hanya diam sambil merasakan detak jantung masing-masing.

‎Ketika akhirnya beranjak ke kamar, Yuan menarik selimut dan memeluk Reinan erat dari belakang. "Jangan pernah tinggalkan saya,Kim Reinan" bisiknya sebelum akhirnya tertidur.

‎Reinan menatap ke arah jendela, lalu tersenyum tipis. "Aku gak akan pergi," jawabnya, meski Yuan sudah terlelap.

‎Dan malam itu menjadi salah satu malam paling tenang setelah sekian lama, meski di baliknya ada luka lama yang baru saja terbuka kembali.

...****************...

‎Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai kamar, jatuh tepat di wajah Reinan yang masih terlelap. Yuan sudah lebih dulu terbangun, tapi ia tidak beranjak. Ia hanya berbaring menatap wajah Reinan yang tidur dengan tenang, sesekali tersenyum kecil melihat betapa polosnya ekspresi itu.

‎Perlahan, Yuan menyibakkan anak rambut yang jatuh di dahi Reinan, lalu mengecupnya pelan.

‎"Pagi, bintang kecilku," bisiknya, meski tahu Reinan belum bangun.

‎Beberapa menit kemudian, Reinan menggeliat pelan, membuka mata yang masih berat. Begitu sadar Yuan sedang memperhatikannya, wajahnya langsung memerah.

‎"Kamu dari tadi ngeliatin aku, ya?" tanyanya sambil menutupi wajah dengan selimut.

‎Yuan terkekeh kecil. "Hmm, baru aja. Kamu tidur nyenyak banget semalam."

‎"Ya iyalah, ada guling gratis," jawab Reinan sambil memeluk Yuan makin erat, pura-pura tidak mau bangun.

‎Akhirnya Yuan bangkit lebih dulu, menyiapkan sarapan sederhana roti panggang dan kopi. Reinan yang masih setengah mengantuk duduk di meja sambil menguap lebar.

‎"Kamu gak capek?" tanyanya.

"Capek sih... tapi pagi ini rasanya lebih ringan. Karena ada kamu," jawab Yuan dengan senyum tipis.

‎Suasana yang semalam berat, perlahan berganti jadi hangat. Untuk sesaat, luka masa lalu tidak terasa terlalu menekan-karena keduanya memilih untuk menjalani hari baru dengan cara yang sederhana tapi penuh arti.

‎Setelah sarapan selesai, Yuan merapikan piring sementara Reinan mengambil tas kerjanya. Suasana terasa lebih ringan, tidak sepekat malam sebelumnya.

‎Saat Reinan hendak memakai sepatunya, Yuan menghampiri dan berdiri tepat di depannya. Tatapan matanya lembut tapi tegas, seperti menyampaikan sesuatu tanpa kata-kata.

‎"Ada apa?" tanya Reinan bingung.

‎Tanpa banyak bicara, Yuan menunduk sedikit dan mengecup bibir Reinan dengan hangat. Hanya sebentar, tapi cukup membuat pipi Reinan memerah.

‎"Semangat jalani harimu, Kim Reinan," ucap Yuan dengan suara rendah.

‎‎Reinan tersenyum malu, menunduk sambil merapikan rambutnya. "Siap, Presdir Baek Yuan! Tapi jangan salah fokus di kantor, ya."

‎‎Yuan terkekeh, lalu menggandeng tangannya sebentar sebelum benar-benar melepasnya. "Tenang aja. Di kantor kamu tetap bawahan, tapi di luar... kamu milikku."

‎Dengan itu, mereka berangkat bersama. Di luar, dunia hanya melihat mereka sebagai atasan dan bawahan, tapi hanya keduanya yang tahu ada janji kecil di balik kecupan tadi. Sebuah semangat untuk tetap berdiri berdampingan, apa pun yang terjadi.

‎Begitu mobil mereka sampai di depan gedung Baekho Group, otomatis ekspresi keduanya berubah. Reinan menunduk sedikit, menarik napas panjang untuk masuk ke mode "karyawan", sementara Yuan kembali dengan wajah serius khas seorang direktur muda.

...****************...

‎‎Malamnya , jarum jam sudah lewat pukul sembilan saat suara pintu apartemen terbuka. Yuan melepas jasnya dengan wajah lelah, bahunya agak kaku setelah seharian lembur.

‎Aroma aneh menyeruak dari dapur-campuran gosong, asin, dan sedikit terlalu pedas. Yuan mengernyit.

‎"Reinan?" panggilnya sambil berjalan masuk.

‎‎Reinan muncul dari dapur dengan celemek kebesaran, pipinya belepotan sedikit saus. "Kamu pulang juga... aku coba masak."

‎‎Yuan melirik meja makan. Ada tiga piring berbeda: tumis sayur terlalu pucat, sup terlalu asin, dan ayam goreng yang agak hitam di pinggirnya.

ia menahan tawa. "Kamu masak? Yakin?" godanya sambil mengangkat alis.

‎Reinan langsung manyun, menyilangkan tangan di dada. "Iya, kenapa? Kalau nggak suka, yaudah... aku gak mau masak lagi deh."

Yuan mendekat, menarik pinggang Reinan dan mengecup singkat bibirnya. "Hei, siapa yang bilang gak suka. Saya cuma... terharu. Kamu mau repot-repot nunggu dan masak."

‎‎Reinan masih manyun, pura-pura ngambek. "Padahal aku udah latihan masak dari YouTube loh..."

‎‎Yuan tertawa kecil, lalu mengambil sendok dan mencoba supnya. Wajahnya langsung berubah, jelas kepedesan. Tapi dia tetap meneguknya lagi. "Hmm... rasanya... unik."

Reinan menatap curiga. "Unik apaan? Asin banget kan?"

‎Yuan mengangguk polos. "Asin, iya. Tapi ini rasa 'asin cinta'. Jadi saya harus habisin semuanya."

‎‎Reinan nggak tahan, akhirnya tertawa juga. "Dasar gombal."

‎Yuan pun menarik kursi dan duduk, memberi isyarat agar Reinan ikut. "Ayo, makan bareng. Masakan pertama pacarku, harus di apresiasi sampai tetes terakhir."

‎Reinan pura-pura sebal, tapi matanya berbinar. Malam itu mereka makan bersama, dengan tawa bercampur kehangatan meski masakan benar-benar payah, momen itu justru jadi kenangan yang manis.

‎Setelah makan malam penuh tawa (dan rasa asin yang terlalu ekstrem), Yuan membantu membereskan meja. Reinan duduk di sofa, masih manyun setengah bercanda. Saat Yuan selesai, ia langsung menjatuhkan diri di sebelahnya.

‎"Capek banget..." gumam Yuan sambil menyandarkan kepala di bahu Reinan.

‎Reinan meliriknya, lalu berkata pelan, "Yuan..."

‎‎"Hm?"

‎"Bisa nggak, kamu tuh kalo manggil diri sendiri jangan 'saya' terus , aku tuh berasa masih sama pimpinan sampai rumah pun. Coba bilang Aku gitu."

‎Yuan mengangkat kepalanya, menatap wajah Reinan serius. "A-aku..." Ia mencoba mengucapkannya, tapi terdengar kaku sekali, seakan kata itu bukan gaya bicaranya.

‎Reinan terkekeh melihat ekspresinya. "Ya ampun, kayak lagi belajar bahasa baru tau gak. Ayo coba sekali lagi."

‎Yuan menarik napas, menatap Reinan. "A-aku... sayang... kamu."

‎Reinan langsung menutup wajah dengan bantal, wajahnya memerah. "Bisa aja nih kamu bikin saltingnya..."

‎Yuan tersenyum tipis, tangannya menarik bantal agar bisa melihat wajah Reinan lagi. "Aku memang butuh waktu terbiasa, tapi... untuk kamu, aku bisa."

‎Hening sebentar, lalu Reinan teringat sesuatu. Ia bangkit mengambil sebuah amplop kecil dari laci, lalu menyerahkannya. "Oh iya, aku ada hadiah buat kita."

‎Yuan mengernyit penasaran. Begitu dibuka, isinya dua tiket masuk Lotte World.

‎Reinan tersenyum lebar. "Weekend ini, kita bersenang-senang bareng, ya"

‎Yuan terdiam sebentar, lalu menarik Reinan ke pelukan. "Kamu bener-bener tahu caranya bikin aku lupa semua beban."

‎Reinan menepuk punggungnya lembut. "Berarti janji, ya. Weekend nanti, kita pergi"

‎Yuan mengangguk, lalu mengecup keningnya. "Janji."

‎Malam itu mereka berbaring di sofa, berbincang ringan sampai akhirnya tertidur dengan senyum yang sama-sama mengembang.

...****************...

‎Weekend akhirnya tiba. Yuan datang dengan pakaian santai, berbeda sekali dari sosok pimpinan yang biasanya dingin dan formal. Jaket denim sederhana dan sneakers putih membuatnya terlihat lebih muda.

‎Reinan langsung terpesona. "Astaga... jadi ternyata bos besar kalau gini mirip anak muda biasa juga ya."

‎Yuan melirik sambil bersilang tangan di dada.

‎"Terus aku tua gitu?"

‎"Sedikit, tapi gak apa-apa tetap cakep kok" reinan tersenyum jahil.

‎Mereka masuk ke Lotte World dengan wajah penuh semangat. Begitu melihat wahana roller coaster, Reinan langsung menunjuk heboh. "Kita naik itu!"

‎Yuan menaikkan alis. "Kamu yakin? Itu lumayan ekstrem."

‎Reinan menyeringai penuh tantangan. "Takut ya?"

‎Tentu saja Yuan tidak mau kalah. Mereka pun naik. Tapi begitu roller coaster meluncur dengan kecepatan penuh, Reinan berteriak sekencang-kencangnya, sementara Yuan malah tertawa puas.

‎Begitu turun, Reinan masih goyah jalannya. "Astaga... rasanya jiwaku ketinggalan di atas sana."

‎Yuan menahan tawa, lalu merangkul bahunya. "Padahal tadi yang nantangin duluan."

‎"Yaudah, gantian! Sekarang kita naik yang romantis aja!" kata Reinan sambil menyeret Yuan menuju wahana Ferris wheel atau bianglala

‎Di dalam kabin, suasana jadi lebih tenang. Dari atas, mereka bisa melihat pemandangan kota Seoul. Reinan mendesah lega. "Ini baru namanya kencan."

‎Yuan menatapnya lembut. "Kamu beneran kayak anak kecil, tahu nggak?"

‎"Kalau aku anak kecil, berarti kamu jadi apa?"

‎"Orang tua yang harus ngawasin."

‎‎Reinan langsung manyun. "Jahat banget."

‎Yuan tertawa, lalu mendekat. Tangannya menggenggam tangan Reinan erat. "Nggak, maksudku... aku seneng bisa lihat sisi kamu yang begini. Ceria, spontan, bikin aku lupa semuanya."

‎Mata Reinan melembut, lalu ia tersenyum malu. "Kalau gitu... jangan pernah lepasin tangan aku, ya."

‎Di saat itu, kabin Ferris wheel berhenti sebentar di puncak tertinggi. Yuan menatap wajah Reinan yang disinari cahaya sore, lalu tanpa banyak bicara, ia mencium bibirnya dengan lembut , melumatnya tipis-tipis.

‎Reinan berbisik pelan "Kalau gini... aku nggak mau turun." sambil membalas setiap ciuman yuan.

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!