Kairos Lim, aktor papan atas yang terpaksa menghadapi badai terbesar dalam hidupnya ketika kabar kehamilan mantan kekasihnya bocor ke media sosial. Reputasinya runtuh dalam semalam. Kontrak iklan dibatalkan, dan publik menjatuhkan tanpa ampun. Terjebak antara membela diri atau menerima tanggung jawab yang belum tentu miliknya. Ia harus memilih menyelamatkan karirnya atau memperbaiki hidup seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama Hancur
"Astaga Kai apa yang kamu lakukan?"
Kepala manajer Park hampir meledak melihat kondisi apartemen Kairos yang jauh dari kata bersih. Botol dan kaleng bir berserakan di mana-mana, belum lagi sampah cemilan. Sedangkan pemiliknya masih asik minum sendiri sambil terisak pilu.
"Kamu sudah gila?" Manajer Par merebut gelas di tangan Kairos. Ia sama sekali tidak takut bahkan ketika melihat Kairos merengut.
"Aku tidak gila manajer Park, aku sedang sedih." Suara tagisan Kairos semakin kencang layaknya anak kecil yang kehilangan sesuatu. "Hanna mengakhiri hubungan kami padahal aku tidak sanggup kehilangannya. Apa aku harus mengalah dan membiarkan semuanya mengalir seperti air sungai?"
"Terserah padamu, aku muak mendengar masalah percintaan kalian," omel manajer Park.
Wanita itu sibuk memungut sampah di apartemen Kairos, kepalanya pusing jika melihat sesuatu berantakan. Bahkan cemilan yang masih Kairos makan wanita itu rebut hingga ruangan bersih seperti semula. Yang tersisa hanya pemiliknya berbaring di karpet bulu.
Isakan masih menjadi alunan dalam swpi. Nama Hanna terus terdengar dan permintaan maaf tidak pernah reda Kairos ucapkan.
Manajer Park menghela napas panjang melihat kesengsaraan Kairos yang sudah dia anggap adiknya sendiri. Ia mengambil selimut dan membungkus tubuh pria itu, kemudian pergi tanpa memberitahu alasan kenapa dia datang ke apartemen tersebut.
Di belahan dunia lainnya, seorang wanita sama hancurnya, tetapi ia ditemani oleh sahabatnya.
"Sejujurnya aku tidak mau putus dengan Oppa, ucapan itu keluar dari mulutku begitu saja," lirihnya yang sudah tidak sanggup menopang kepalanya sehingga menumpunya di atas meja beralaskan tangan Park Minho.
"Aku kesal padanya, kenapa dia mencurigai appa. Aku membenci diriku sendiri oppa," lanjutnya.
"Aku akan menelepon Kai untuk menjemputmu, kamu bisa memanfaatkan mabukmu ini untuk meminta maaf."
"Jangan, aku tidak mau bertemu oppa." Cegah Shin Hanna dengan sisa tenaganya.
"Kalian saling mencintai kenapa malah membuat semuanya semakin rumit?" batin Park Minho.
"Hanna-ya?"
"Hm."
"Kembalilah pada Kai, saat ini hanya kamu yang dia percaya. Tetap di sisinya agar dia tetap kuat. Tanpamu dia bisa hancur terlebih setelah kematian Han Sena. Kamu tidak tahu kan kalau dia menderita gangguan kecemasan? Dalam lubuk hatinya paling dalam, dia mempercayai bahwa Han Sena meninggal karena dirinya."
"Oppa bicara apa? Aku tidak mendengarnya."
"Ayo pulang."
Park Minho berdiri, melepas cardigannya dan memasang pada tubuh mungil Hanna. Mengendong wanita itu di punggung sebab sudah tidak bisa berjalan lagi. Beruntung tempat yang mereka tuju lumayan sepi sehingga tidak takut akan berpapasan dengan seseorang.
Usai mengantar Shin Hanna pulang, ia pun kembali ke apartemennya. Melepas kemeja yang terkena muntahan sang sahabat.
"Aku menginginkan hubungan kalian berakhir tapi tidak bisa melihat kalian menderita seperti ini," gumam Park Minho. Ia duduk di bibir ranjang sambil menatap bingkai foto mereka bertiga saat masih berada di bangku SMA
Sudut bibirnya tertarik saat teringat pertama kali mereka kenal satu sama lain. Dulu mereka belum menjadi trainer meski begitu tidak bebas melakukan apapun sebab pekerjaan orang tua masing-masing.
Minho saat itu hampir saja dikeluarkan dari sekolah akibat fitnah seniornya. Beruntung Shin Hanna dan Kairos datang dan bersaksi untuknya. Setelah kejadian itu mereka menjadi teman sampai saat ini.
Pria itu melirik ponselnya dan mendapatkan pesan dari Kairos.
Jika kamu memang sahabatku maka jangan langsungkan pertunangan.
"Hais Shibal." Park Minho melempar ponselnya ke ranjang tanpa ingin membalas pesan sahabatnya.
Pagi harinya Park Minho bersiap-siap untuk memulai harinya seperti jadwal yang di tentukan oleh sang manajer. Hari ini jadwalnya sangat padat bahkan untuk mencuri waktu saja sulit untuknya.
Pergi pagi pulang pagi sudah menjadi rutinitas Park Minho. Pertunangan yang semula berjarak satu bulan kini tersisa dua minggi lagi. Namun, selama itu pula dia tidak menemui Kairos untuk membahas permintaan sahabatnya.
"Minho, aku tidak menyangka berita pertunanganmu dengan nona Shin akan membuat namamu semakin naik," ujar manajernya yang begitu bahagia nama Park Minho yang dulunya tidak populer kini melambung tinggi berkat drama yang dia mainkan dan berita pertunangan.
Park Minho senyum canggung, berita tersebut tidak terlalu membahagiakan untuknya.
"Semuanya sudah beras, aku bisa pergi sekarang kan?" tanya Park Minho tanpa menyahuti kabar baik tersebut. Dia berdiri, mengambil jaket dan ponselnya yang tergeletak di atas meja. Dia baru saja menyelesaikan syuting terakhir untuk drama Mystical You.
"Kamu mau kemana lagi? Tolong jangan gegabah dan membuat namamu ...."
"Aku tahu batasan manajernim," balas Park Minho sebelum benar-benar menghilang. Berbeda dengan Shin Hanna dan Kairos, dia tidak begitu akur dengan manajernya. Terkadang apa yang dia ingin dan sang manajer selalu bertentangan padahal menurutnya tidak akan merugikan siapapun.
Park Minho melajukan mobilnya sembari menyetel salah satu lagu Shin Hanna. Ikut bernyanyi dan melepaskan stresnya yang terpendam selama ini.
Setelah sampai di Grand Hannam, ia tidak lupa memasang topi juga kacamatanya agar tidak di kenali oleh siapapun. Berjalan santai menuju unit Kairos Lim.
"Bahkan untuk menemuimu saja aku harus menunggu dua minggu," celetuk Kairos tanpa menoleh pada Park Minho yang baru saja tiba.
Tatapan Kairos masih tertuju pada layar tv yang menayangkan film kartun favoritnya.
"Bagaimana rasanya? Menjengkelkan bukan? Aku mengalami hal yang sama jika ingin menemuimu dulu," balas Park Minho dengan nada sombongnya.
"Untuk merayakan pertemuan kita aku membawa ceker ayam pedas dan soju." Meletakkan kresek di atas meja.