NovelToon NovelToon
Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Perjodohan
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Ziyanada Umaira, biasa dipanggil Nada jatuh cinta untuk pertama kalinya saat dirinya berada di kelas dua belas SMA pada Abyan Elfathan, seorang mahasiswa dari Jakarta yang tengah menjalani KKN di Garut, tepatnya di kecamatan tempat Nada.
Biasanya Nada menolak dengan halus dan ramah setiap ada teman atau kakak kelas yang menyatakan cinta padanya, namun ketika Abyan datang menyatakan rasa sukanya, Nada tak mampu menolak.
Kisah mereka pun dimulai, namun saat KKN berakhir semua seolah dipaksa usai.
Dapatkan Nada dan Biyan mempertahankan cinta mereka?

Kisahnya ada di novel ''Kukira Cinta Tak Butuh Kasta"

Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ujian Keteguhan

Hujan baru saja berhenti. Aroma tanah basah menyeruak di udara, menyejukkan hati siapa saja yang sempat bersedih hari itu.

Abyan berdiri di bawah pohon flamboyan depan gang kontrakan Nada. Kemeja putihnya basah karena gerimis sisa hujan, tapi dia seperti tak peduli.

Tatapannya lurus menembus pintu rumah bercat abu itu. Hatinya lelah. Tubuhnya lelah. Tapi pikirannya terus mengulang suara Nada di benaknya, tenang, penuh keyakinan, dan entah kenapa, selalu berhasil menjadi obat yang paling manjur.

Beberapa jam lalu, Abyan berdiri di tengah dua keluarga besar yang menatapnya dengan mata kecewa. Ia telah berdiri sebagai pembangkang.

"Aku minta maaf, Kakek. Aku tahu semua sudah disiapkan. Tapi aku tidak bisa menjalani hidup atas dasar keterpaksaan. Aku... mencintai orang lain." Suaranya tak gemetar meski kakinya nyaris goyah.

Indira menangis, kedua orang tuanya marah tidak terima putri kesayangan mereka diperlakukan seperti ini.

Ibunda Abyan menunduk, sedangkan Ayahnya hanya memijat pelipis. Tapi Abyan tahu, ini langkah yang harus diambil. Sekali ini saja dalam hidupnya, ia harus jujur sepenuhnya, tentang hatinya.

Dan langkah jujur itu membawanya kemari. Kepada satu-satunya orang yang membuatnya tetap waras di tengah pertarungan batin yang begitu melelahkan.

Pintu kontrakan dibuka dari dalam. Nada, dengan jilbab cokelat susu dan kaus panjang yang sudah mulai pudar warnanya, tampak terkejut melihat Abyan di depan rumahnya.

“Masya Allah, Bang Byan… basah semua,” katanya pelan sambil buru-buru menyibak pintu.

“Masuk dulu, nanti masuk angin.” Abyan mengangguk tanpa suara.

Dia menapaki ubin rumah kontrakan sederhana yang hangat itu. Aroma khas bumbu seblak dan wangi teh manis menyeruak begitu pintu ditutup.

Nada menyodorkan handuk kecil yang biasanya digunakan Rosa jika kehujanan.

“Lap dulu, nanti aku buatkan teh.”

“Terima kasih…” Abyan menerima handuk itu dan menggosok rambutnya. Ia duduk di kursi rotan tua yang selalu bikin punggung sakit kalau duduk terlalu lama. Tapi saat ini, semua terasa nyaman.

Tak butuh waktu lama, Nada kembali dengan dua cangkir teh. Ia duduk berseberangan dengan Abyan, memandang pria itu dengan tenang.

“Capek?” tanyanya pelan. Abyan mendesah.

"Capek banget.”

“Kalau mau cerita, aku dengerin. Tapi kalau mau diam dulu juga nggak apa-apa.” Lanjut Nada, terkekeh di akhir kalimatnya. Abyan menatapnya. Matanya sembab.

“Aku menolak semuanya hari ini, Nad. Di depan Kakek, Ayah, Ibu, keluarga Indira… semuanya.” Nada terdiam, jemarinya mengelus pinggiran cangkir.

“Berarti Abang sudah memilih jalan Abang sendiri.”

“Aku udah coba sabar, bertahan. Tapi… makin lama makin sesak. Aku nggak bisa berpura-pura terus. Aku tahu ini bakal panjang prosesnya, tapi hari ini… aku cuma pengin denger suara kamu. Lihat senyum kamu. Itu aja udah cukup buat ngurangin lelahku.” Nada tersenyum pelan.

Tapi senyumnya bukan senyum kekasih yang menerima pernyataan cinta, melainkan senyum seorang sahabat yang penuh pengertian dan keteguhan.

“Aku ngerti, Bang Byan. Berani jujur pada keluarga itu nggak gampang. Tapi kamu tahu? Orang yang jujur pada dirinya sendiri, berarti dia menghargai hidup yang Allah kasih.” Abyan menunduk.

“Aku takut mereka nggak bakal maafin aku.”

“Manusia bisa marah. Tapi kasih sayang keluarga… nggak gampang hilang. Mungkin mereka kecewa sekarang, tapi satu waktu, saat mereka lihat kamu bahagia dengan pilihanmu, pelan-pelan mereka akan paham.”

Abyan menatap mata Nada. Ada kekuatan di sana. Seperti samudra yang tenang tapi dalam, yang menelan semua badai dengan anggun.

“Kamu nggak marah?” tanya Abyan pelan.

“Aku narik kamu ke tengah pusaran ini. Tanpa status, tanpa jaminan. Tapi kamu yang terus jadi tempat aku pulang.” Nada tertawa pelan.

“Marah? Justru aku bangga. Bukan karena Abang memperjuangkan aku, tapi karena Abang akhirnya memperjuangkan hidupmu sendiri.”

Abyan memejamkan mata. Kata-kata Nada meresap seperti hangat teh yang ia teguk.

"Tapi kamu tahu, Nad… aku masih belum tahu akhirnya kita bakal gimana. Aku cuma tahu, di antara semua ketidakpastian, kamu satu-satunya yang pasti.” Nada tersenyum lagi. Kali ini lebih dalam.

"Aku juga nggak tahu akhirnya. Tapi selama kita terus jalan dengan jujur dan berusaha… hidup akan kasih kejutan yang layak untuk diperjuangkan.”

Malam itu mereka tidak bicara soal cinta. Tidak juga tentang masa depan. Tapi justru di sanalah cinta tumbuh semakin dalam di hati masing-masing, dalam bentuk paling matang, ketulusan tanpa syarat.

Beberapa Hari Kemudian

Nada kembali sibuk. Pagi kerja di hotel sebagai kepala cleaning service, siang rapat daring dengan dosen pembimbing, sore bantu membuat bumbu seblak, malam koreksi laporan keuangan warung.

Warung seblaknya kini buka setiap hari. Dia dan Rosa sudah melatih dua pekerja wanita. Mbak Atik yang jadi juru masak, dan Rini yang melayani pembeli.

Rosa mengambil alih setelah pulang kerja, dan Nada memastikan semuanya berjalan sesuai SOP kecil yang ia susun rapi di binder ungu.

Saat malam, di meja kontrakan, Nada memeras jeruk limau sambil mengaduk bumbu seblak buatan sendiri. Tangannya sibuk, tapi pikirannya tenang. Ia menikmati hidupnya meski penuh tantangan, setidaknya ia tahu bahwa semua ini hasil keringat dan ketekunan.

Sampai suatu sore, saat ia sedang mengatur stok bumbu, seseorang datang ke warung. Seorang pria tua dengan tongkat hitam mengkilat. Bajunya rapi. Tatapannya tajam tapi tak kasar.

Rosa menyambutnya dengan ramah. “Selamat sore, Pak. Mau pesan seblak?” Pria itu tersenyum simpul.

“Boleh saya bicara dengan Nada?” Nada yang mendengar namanya langsung keluar.

Ia menatap pria itu dan langsung tahu ini Kakek Akbar. Dada Nada berdebar, tapi wajahnya tetap tenang.

“Silakan duduk, Pak,” katanya sopan. Mereka duduk di bangku panjang depan warung.

“Anak muda zaman sekarang memang luar biasa,” kata Kakek Akbar membuka percakapan.

“Pintar meracik bumbu, sekaligus meracik hati cucu saya.” Nada tersenyum tipis.

"Saya tidak pernah meracik hati siapa pun, Pak. Saya hanya berusaha jadi versi terbaik dari diri saya.”

“Cerdas.” Kakek Akbar memandangi warung kecil itu.

“Seblak ini yang bikin cucu saya susah tidur?” Nada menunduk sopan.

“Seblak ini yang membantu saya bertahan, Pak. Dan mungkin juga... yang mengajarkan saya untuk terus belajar.”

"Silakan diminum, Pak." Rosa datang membawa segelas teh hangat dengan bolu pisang buatan yang baru saja diangkatnya dari loyang.

"Nad, dia ..." bisik Rosa, wajahnya merasa gak asing, namun Rosa lupa siapa orang tua itu.

"Pak Predir." balas Nada tak kalah berbisik.

Rosa membulatkan matanya, jika yang bertamu ke kontrakan mereka adalah presdir Nirwana Hotel, berarti beliau adalah kakek dari Abyan.

Hening sebentar. Kakek Akbar menatap tajam.

“Kalau saya minta kamu menjauh dari Abyan, kamu akan lakukan?”

Nada menatap mata pria tua itu. Dalam tatapannya, tidak ada ketakutan, hanya ketulusan.

“Kalau permintaan itu demi kebaikan Abyan, saya akan pertimbangkan. Tapi kalau hanya karena saya bukan dari keluarga terpandang, saya mohon maaf. Saya juga punya harga diri.” Kakek Akbar terdiam.

"Berani juga kamu.”

“Saya harus berani, Pak. Hidup saya bukan sandiwara. Saya kerja, kuliah, usaha. Saya tidak sempurna, tapi saya tidak hidup dengan niat buruk.”

“Lalu, kamu cinta cucu saya?”

Nada terdiam. Lama. Lalu ia menjawab dengan suara pelan tapi mantap,

"Saya menghargai Pak Abyan. Saya bangga sama dia. Tapi cinta bukan sekadar rasa. Cinta adalah pilihan untuk mendukung, bahkan ketika tak diberi tempat.”

Kakek Akbar menatap tajam. Tapi di sudut bibirnya, ada senyum kecil.

“Kalau kamu saya pecat dari hotel, apa kamu akan mundur dari hidup Abyan?” Nada menghela napas.

"Saya akan sedih kalau kehilangan pekerjaan saya. Apalagi saya bekerja di sana melalui serangkaian tes yang tidak mudah. Saya juga tidak tahu sama sekali jika hotel itu adalah milik keluarga Pak Abyan. Selama ini saya merasa bekerja dengan profesional, tapi jika Bapak Presdir sebagai pemilik dan pemegang keputusan sudah bertitah, saya bisa apa?. Tapi itu tidak akan mengubah cara saya mendukung Pak Abyan. Dengan atau tanpa status.” Kakek Akbar tertawa pelan.

“Baik. Kita lihat seberapa jauh kamu bisa bertahan. Dunia ini keras, Nak. Tapi kamu lebih keras dari yang saya duga.” Nada tersenyum tipis.

"Saya hanya perempuan biasa, Pak. Tapi saya tidak akan berpura-pura menjadi orang lain hanya demi diterima.” Kakek Akbar bangkit.

“Kita akan bertemu lagi. Dan waktu akan jawab semuanya.”

Nada menunduk sopan. “Saya tunggu, Pak.”

Pria tua itu pergi, meninggalkan warung kecil dengan aroma seblak dan semangat seorang gadis yang tetap berdiri, meski dunia mencoba menjatuhkannya.

1
Kuntar Retno Rukmini
Ceritanya bagus. Ada nilai2 kehidupan yg bisa jadi teladan. Ada pemikiran2 gadis muda yg bersikap dewasa. Tetapi penyebutan nama kadang2 keliru.
Rahmawati
abyan terlalu lemah, tuh Indira lagi mantau kalian, entah apa lagi yg dia rencanakan
Rahmawati
Indira sampai nyari nada ke garut hanya utk nyelakain nada
Yhanie Shalue
semoga Indira gagal nyakitin nada,, dan abyan segera tahu rencana liciknya,, nada segera sembuh dan bs kerja lg
terimakasih double up nya kak🥰
Nurhartiningsih
lama update nya
Yhanie Shalue
kak Laila,, ditunggu up nya ya kak🥰
Yhanie Shalue
nada mulai goyah ni,, jangan ya nada ya, abyan sudah rela jd garda terdepan buatmu,, hargai usaha dia untuk memilikimu😌
Rahmawati
aduh gimana sih nada, cintamu jgn bercabang ke arfan ya.
kira kira apa lagi rencana indira
Lita
*yang
Rahmawati
pak walikota perhatian bgt sama nada, apa masih menyimpan rasa sama nada
Yhanie Shalue
duch2 pak abyan hrs extra hati2, sainganmu x nie tdk bisa diremehin ga cm jd walikota tp dia jg susah py rasa dari waktu msh sekolah,, semangat mengejar cinta sejati 😍
lanjut kak
Rahmawati
kasian nada jd korban kebencian indira
Teh Fufah
novel author yang satu ini kata2 nya begitu indahhh
Yhanie Shalue
indira2 sekuat ap kamu akan menghancurkan nada,, tapi dia orang baik pasti dia bakal dikelilingi orang2 baik juga
adelina rossa
lanjut kak semangat buat nada semoga orang yang bikin fitnah segera ketahuan...
Indri anti
nada keren meski orang tak punya semangat dan pemikirannya is the best
Rahmawati
indira mau jebak nada ya, nada km harus hati-hati
Rahmawati
nadaa bergerak dalam diam, tetap semangat nada
Rahmawati
kakek akbar jg sebenarnya kagum sama nada
nurjen
lanjut tetap semangatt aku mau /Smile//Smile//Smile//Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!