Xi Bao seorang wanita muda dari anggota militer di abad 19, dia meninggal saat menjalankan tugas di medan perang, dan jiwanya melanglang buana sampai puluhan tahun, hingga bertemu dengan dewa keabadian.
Dan dewa keabadian memberi dua pilihan pada Xi Bao, untuk hidup kembali di raga orang lain atau jiwanya tetap melanglang buana tanpa arah.
Xi Bao yang sudah lelah akhirnya memilih untuk hidup kembali meskipun di raga orang lain.
Dan sebelum jiwanya masuk ke raga barunya, dewa keabadian memberikan gambaran seperti apa sosok raga baru yang akan ia tempatinya. Xi Bao sempat menyesal memelih hidup kembali, karna raga yang akan di tempatinya adalah milik seorang gadis muda yang sedang di butakan oleh cintanya pada lelaki yang jelas jelas tidak menyukainya, berbeda dengan dirinya yang tidak pernah perduli dengan yang namanya percintaan, karna sejak kecil Xi Bao sudah di didik untuk menjadi anggota militer, tidak ada kesempatan bagi dirinya untuk merasakan seperti apa rasanya jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakiya el Fahira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, akhirnya Xi Bao dan Brandon sampai di sebuah bangunan kuno yang terletak di pinggiran kota sebelah.
Xi Bao berdiri menatap bangunan di depannya dengan sudut mata sedikit basah, dia masih ingat betul kalau bangunan di depannya adalah kediaman Jendral Ji Xian, walau sedikit ada yang di rubah tapi simbol di atas pintu gerbang masih tetap sama dengan di kehidupannya dulu.
" Selama dua abad ini kenapa aku tidak tahu, kalau rumah Jendral Ji Xian ada di sini?" batinnya bertanya tanya.
'' Mari Nona Xi, kita masuk ke dalam '' tukas Brandon.
Xi Bao tersadar dari lamunannya dan menganggukkan kepalanya mengikuti Brandon yang berjalan di depannya.
Kedua mata Xi Bao terus menelusuri keadaan di setiap sisi kanan dan kiri, memang banyak yang di rubah, dari struktur bangunan yang sepertinya sudah di bangun ulang jauh lebih kokoh, tapi tetap tidak meninggalkan kesan di abad sembilan belas, dan sepertinya juga ada yang merawat rumah peninggalan Jendral Ji Xian.
Saat melewati area latihan Xi Bao menghentikan langkahnya, kedua matanya tidak sengaja menangkap sebuah kursi panjang yang terbuat dari batu, seketika ingatan tentang kehidupan pertamanya kembali melintas di kepalanya, dimana saat itu dirinya duduk di kursi itu untuk menemani Jendral Ji Xian yang sedang berlatih senjata api.
'' Nona Xi ''
Xi Bao tersentak lamunannya langsung buyar.
'' Ah Iya, ada apa, Tuan? ''
'' Saya lihat dari sejak kita datang, anda terus melamun?, apa ada yang sedang mengganggu fikran anda? ''
Xi Bao menggelengkan kepalanya. '' Tidak ada ''
Brandon menganggukkan kepalanya. '' Kalau begitu mari kita masuk ke dalam ''
Lalu Xi Bao dan Brandon melangkah masuk ke dalam rumah peninggalan Jendral Ji Xian, dan baru sampai di ruang tamu mereka sudah di sambut oleh seorang pria paruh baya yang muncul dari area dapur.
'' Selamat datang Tuan Ji '' sapa pria itu.
Brandon mengangguk tersenyum, lalu dia memperkenalkan Xi Bao pada pria paruh baya itu.
'' Paman, kenalkan, ini Nona Xi Bao, teman saya ''
Pria paruh baya itu membungkukkan bahunya sedikit untuk memberi salam hormat. '' Halo Nona Xi, saya Tufeng, yang di tugaskan untuk menjaga dan merawat tempat ini ''
'' Halo Paman '' balas Xi Bao.
Setelah mereka basa basi Tufeng kembali melanjutkan pekerjaannya, sedang Brandon membawa Xi Bao untuk berkeliling rumah peninggalan leluhurnya ini, walaupun sebenarnya di kehidupan pertamanya Xi Bao sudah berkali kali mengelilingi tempat ini.
'' Nona Xi, saya ingin memberi penghormatan pada leluhur saya, apa anda mau ikut? ''
'' Hem, saya ikut '' sahut Xi Bao.
'' Baiklah ''
Lalu mereka berdua pergi ke keluar ke belakang rumah, lalu mereka melewati jalan setapak yang di sisi kanan dan kirinya di hiasi kolam ikan.
Xi Bao tidak sengaja melihat gazebo yang terletak di atas kolam ikan, dan lagi lagi kembali teringat masa lalunya, tempat yang menjadi kenangan saat dirinya belajar seni bela diri melalui buku panduan yang di berikan oleh Jendral Ji Xian.
'' Ternyata bangunan itu masih sama '' gumam Xi Bao pelan.
'' Nona Xi, apa yang anda gumamkan? '' tanya Brandon yang berjalan di depan Xi Bao.
Xi Bao buru buru menggelengkan kepalanya, dan berucap dengan gugup '' Ah bukan apa apa ''
Brandon menganggukkan kepalanya, lalu melanjutkan kembali langkahnya.
Setelah menempuh waktu sepuluh menit, kini mereka berdua sudah tiba di sebuah makam yang di bangun dengan sangat mewah.
Lalu mereka berdua menyalakan dupa untuk memberi penghormatan pada Jendral Ji Xian.
Saat Xi Bao meletakkan dupa di depan makam, matanya tak sengaja mendapati tulisan di atas batu nisan yang sedikit berbeda, lalu dia mencoba membacanya lagi, dan seketika matanya membulat saat melihat namanya tertera di samping nama Jendral Ji Xian.
" Tidak mungkin ragaku juga di makamkan bersama Jendral Ji Xian " batinnya tidak percaya.
'' Tuan Brandon, kenapa di batu nisan tertulis dua nama? '' tanya Xi Bao yang sudah bisa mengontrol rasa terkejutnya.
Brandon yang baru selesai berdoa untuk leluhurnya, dia langsung melihat nama yang di tulis di atas batu nisan, dan benar saja ada dua nama di sana, dia juga tidak kalah kagetnya melihat nama XI BAO yang tertulis di samping nama leluhurnya.
'' Saya juga kurang tahu '' jawab Brandon.
'' Hah, kok bisa? '' dahi Xi Bao mengerut heran.
Brandon menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, untuk menghilangkan rasa canggungnya.
'' Sebenarnya ini baru kedua kalinya saya datang ke sini, saya juga tidak pernah memperhatikan nama di batu nisan '' ungkapnya.
Xi Bao mendengus, keturunan macam apa Brandon ini, masa sama leluhurnya saja tidak perduli.
'' Memangnya mendiang Kakek anda tidak pernah cerita masalah ini? '' tanya Xi Bao.
Lagi lagi Brandon menggelengkan kepalanya. '' Sepertinya mendiang kakek saya juga sama seperti saya, cukup menghormati leluhur saja, tidak perduli dengan cerita masa lalunya ''
Xi Bao menepuk jidatnya mendengar pengakuan Brandon.
'' Mungkin Paman Tufeng tahu jawabannya '' tukas Brandon.
'' Ya sudah, ayo cari dia, saya penasaran ''
'' Hem, ayo ''
Dan mereka berdua langsung bergegas meninggalkan area makam, tapi Xi Bao sempat menoleh ke belakang, dia benar benar benar penasaran kenapa namanya juga ada di batu nisan Jendral Ji Xian.
Saat ini Xi Bao dan Brandon duduk di teras depan, di depan mereka Tufeng dengan expresi serius, setelah mendapat pertanyaan dari Brandon tentang nama di batu nisan itu.
'' Bagaimana Paman, apa paman tahu? '' tanya Xi Bao tak sabaran.
'' Saya kurang tahu jelas Nona, tapi dari cerita yang saya dengar, ketika Nona Xi Bao gugur dalam peperangan di abad sembilan belas, Jendral Ji memakamkannya di tempat itu, dan setelah itu Jendral Ji menulis wasiat, jika dirinya meninggal makam dan batu nisannya di satukan dengan Nona Xi Bao " jelasnya panjang lebar.
Xi Bao menelan ludahnya mendengar kebenaran dari Tufeng, walaupun Tufeng kurang yakin dengan cerita yang di dengarnya, tapi dirinya percaya kalau cerita itu benar adanya, raga Jendral Ji dan dirinya ada di satu liang pemakaman.
" Jendral Ji, aku minta maaf, karna tidak pernah tahu kalau kamu ternyata memang setulus itu " batin Xi Bao.
Flash back of
Di akhir abad sembilan belas, terlihat seorang wanita duduk di gazebo membaca buku tentang gerakan bela diri, wanita itu yang tak lain adalah Xi Bao, dia begitu fokus dengan buku yang di bacanya, sampai tidak sadar dengan kedatangan seseorang yang berdiri di sampingnya.
Xi Bao terkejut saat buku yang di bacanya tiba tiba ada yang mengambil, dan saat mendongakkan kepalanya ternyata pelakunya adalah Jendral Ji Xian.
'' Jendral, kembalikan buku itu, aku belum selesai bacanya '' tukas Xi Bao mencoba mengambil bukunya dari tang Jendral Ji Xian yang di angkat ke atas.
Tapi karna perbedaan tinggi keduanya sangat jauh, tinggi Jendral Ji Xian seratus sembilan puluh centi, sedangkan Xi Bao seratus enam puluh tujuh, dan membuat Xi Bao kesulitan untuk meraihnya, karna sadar tidak mungkin bisa menggapai buku yang di pegang Jendral Ji Xian, jadi Xi Bao naik ke atas kursi tapi kaki kanannya tergelincir.
Akhhh
'' Hati,, hati ''
Jendral Ji Xian dengan sigap menahannya, lalu mendudukkannya di atas kursi.
'' Xi Bao, hati hati, kalau sampai jatuh dan kakimu patah bagaimana? '' tegur Jendral Ji Xian tegas, namun terselip rasa hawatir di sana.
'' Jendral lupa, aku ini anggota militer, jangankan hanya tergelincir dari atas kursi, jatuh dari tebing juga aku tidak akan apa apa '' cetus Xi Bao.
Ctak
Aduh
'' Jagan sembarangan kalau bicara '' tegur Jendral Ji Xian marah.
'' Bukan sembarangan, itu sebuah kenyataan '' sahut Xi Bao.
'' Tapi aku tidak bisa kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu '' tukas Jendral Ji Xian.
'' Memangnya kenapa?, bukannya itu sudah menjadi resiko seorang anggota militer '' sahut Xi Bao.
Jendral Ji Xian menganggukkan kepalanya. '' Aku tahu, tapi aku tetap tidak bisa melihat kamu terluka ''
'' Ah, sudahlah, aku mau ke camp, malas berdebat dengan Jendral ''
Flash back off
Xi Bao tanpa sadar menatap makam Jendral Ji Xian dengan air mata merembes di kedua pipinya.
" Jendral Ji, jika ada kesempatan kedua untuk bertemu anda, saya berjanji akan menebus semua ketulusan yang anda berikan pada saya "
semangat/Determined//Determined//Determined/
tidak nikmat 😂ceritamu bagus thorrr lov u lanjut😘
up
up
LAGI kk