NovelToon NovelToon
Khilaf Semalam

Khilaf Semalam

Status: tamat
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Tamat
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Dilarang keras memplagiat karya!!!

Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -


Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.

Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.

Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.

Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.

'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 23 Firasat

Happy reading

May, aku menerima tawaran Oma-mu untuk menjadi dokter relawan. Malam ini juga, aku akan berangkat ke Desa W untuk menemui mu.

Dira segera mengirim pesan ke nomor Humaira begitu tiba di rumah.

Tanpa menunggu waktu lama, balasan pesan dari Humaira terkirim ke gawainya.

Ok, sip. Aku sampaikan ke Oma.

Tapi aku minta satu syarat, balasnya.

Apa?

Tolong, jangan beri tahu siapa pun mengenai hal ini.

Kenapa? Kamu nggak enak sama pimpinan Rumah Sakit Sehati?

Bukan. Aku hanya ingin pergi dan menghilang, May. Nanti, aku jelasin alasan ku.

Baiklah. Aku tunggu di rumahku. Jika kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk menghubungi aku.

Oke

Dira kembali menyimpan gawainya ke dalam tas, lalu bergegas menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamar.

Tekadnya sudah bulat.

Pergi dan menghilang dari kehidupan Dariel. Melupakan semua kenangan yang pernah mereka lewati bersama dan menjadi dokter relawan.

Selesai berkemas, Dira meninggalkan gawainya di atas meja tanpa terlupa menghapus semua chat dan riwayat panggilan telepon. Ia tidak ingin keberadaannya kali ini terendus oleh siapa pun, terlebih Dariel.

Dira berjalan pelan agar langkah kakinya tak terdengar oleh Milah. Namun tanpa disangka, ternyata Milah sudah berdiri di depan pintu dan bersiap untuk menutup pintu itu.

"Loh, Mbak. Mau ke mana? Kenapa Mbak Dira bawa tas punggung?" Milah menghujani Dira dengan rentetan pertanyaan. Wanita paruh baya itu mengendus gelagat mencurigakan yang ditunjukkan oleh Dira.

"Aku mau berangkat bertugas, Mbok." Dira menjawab tanya disertai seutas senyum yang sedikit dipaksa.

Andai bisa memilih, ingin rasanya ia tetap berada di sini. Namun kini tidak ada pilihan selain pergi dan menghilang.

Mungkin untuk sementara, atau selamanya.

"Mbak Dira bertugas di mana?" Milah kembali bertanya.

"Aku belum tau pastinya di mana, Mbok."

"Loh --"

"Tolong sampaikan pada Ayah dan Bunda ... malam ini aku pamit. Insya Allah, aku akan sering mengirim kabar, Mbok."

"Kenapa harus malam ini yang berangkat, Mbak? Kenapa ndak besok pagi saja?"

"Mbok, keadaan di tempat tujuan sudah sangat genting. Jadi, aku harus pergi malam ini."

"Tapi, Mbak --" Lidah Milah serasa kelu, manik matanya terbingkai sendu. Ia sungguh tidak rela membiarkan Dira pergi malam ini. Seolah mereka akan berpisah untuk waktu yang cukup lama.

Ingin mencegah. Namun bibirnya terkunci. Terkalahkan rasa yang memenuhi rongga dada dan membuat tenggorokannya tercekat.

"Mbok, nitip Ayah dan Bunda ya. Jaga kesehatan Simbok dan selalu doakan aku." Dira tersenyum samar dan memeluk tubuh Milah.

Milah pun membalas pelukan Dira dan seakan berat untuk melepas.

"Mbak, jangan pergi," bisiknya lirih disertai air bening yang menetes dari kedua sudut netra.

"Aku harus pergi, Mbok." Dira berusaha menahan tangis yang ingin tertumpah dengan melipat bibirnya dan mengeratkan pelukan.

Ia harus terlihat tegar di depan Milah, agar wanita paruh baya itu tidak bersikukuh mencegahnya pergi.

"Aku pamit ya, Mbok."

Perlahan Dira mengurai pelukan, lalu menyeka wajah Milah yang basah.

Lantas melangkah pergi dengan hati yang terasa remuk redam. Meninggalkan Milah dan kedua orang tuanya yang teramat dicinta.

Selamat tinggal, Mbok Milah, Ayah, Bunda .... Jika Allah mengizinkan, kita pasti akan bertemu lagi. Mungkin di dunia ini, atau ....

"Mbak Dira! Mbak! Jangan pergi!"

Dira melajukan kuda besi, mengabaikan suara teriakan Milah dan menerjang dinginnya angin malam, tanpa menghiraukan tubuhnya yang terasa lelah karena seharian menunaikan tugas sebagai seorang dokter.

"Mbak Dira, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Simbok merasa, Mbak Dira sengaja pergi dari rumah? Bukan pergi karena tugas."

Milah menghela napas dalam dan menyeka wajahnya yang kembali basah.

Tak berselang lama, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah.

Tentu saja Milah sangat hafal dengan suara itu. Pastinya suara mobil milik sang majikan.

"Tuan, Nyonya. Kenapa baru pulang?" Milah menyapa dan sekedar berbasa-basi.

"Iya, Mbok. Pesta ulang tahun Dariel meriah banget dan banyak tamu yang diundang. Ini saja kami terpaksa bolos karena pestanya belum selesai." Nisa menjawab sambil menutup pintu mobil.

"Owh --"

"Dira sudah pulang, Mbok?" Nisa ganti bertanya.

"Su-sudah, Nyah. Tapi langsung pergi lagi."

"Loh, pergi ke mana?"

"Eng anu. Lebih baik Tuan dan Nyonya masuk ke dalam dulu. Ada amanat yang harus saya sampaikan."

"Amanat dari siapa?" Firman turut bertanya.

"Dari Mbak Dira, Tuan."

"Ada apa dengan Dira, Mbok? Kenapa dia menitipkan amanat? Tidak biasanya Dira seperti itu."

"Eng, anu, Tuan."

Firman menghela napas panjang, lalu mengayun langkah. Disusul oleh Nisa dan Milah yang berjalan tepat di belakangnya.

Sebagai seorang ayah, Firman memiliki firasat yang kurang mengenakan tentang Dira.

Entah mengapa, saat ini Firman sangat mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu.

Sama seperti Firman. Nisa pun memiliki firasat yang kurang mengenakan. Perasaan nya diliputi kecemasan dan ketakutan.

🌹🌹🌹

Bersambung

1
Ririn Rira
Hari sial memang nggak ada di kalender Ndra 😂
Ririn Rira
Aku ketawa Andra kamu nggak seberuntung Dariel
Ririn Rira
Berbeda faham tidak menjadikan putus hubungan meski ada sekat yang boleh dan tidak boleh. Bahkan itu yang membentuk saling menjaga dan menghormati. Aku udah ngerasain punya keluarga beda faham kaya nenek sama kakek kandung aku kristen protestan.
Ririn Rira
Plot twist banget
Ririn Rira
Ya ampun simbok masih terkenang
Ririn Rira
Akhirnya kalian bisa menikah.
Ririn Rira
Dariel aku terharu 🥰 ternyata beneran kamu
Ririn Rira
Kabar baik dan kabar buruk yang datang. Semoga Dariel cepet di temukan dan Dira bisa pulang berkumpul kembali.
Ririn Rira
berkendaraan dalam keadaan kalut itu memang nggak baik. Kaya nya mama Dariel kecewa, malu dan nggak mudah goyah maka nya mau minta menggugurkan
Ririn Rira
Subhanallah kak, adem banget ini. serasa ikut pengajian ustadzah 🥰🥰
Ririn Rira
Ngakak aku bagian ini meninggalkan perusahaan malah merintis di negara orang buat tahu tempe
Ririn Rira
Kirain Dira bakal ke negara perang itu
Ririn Rira
Dira sengaja menepi.
Ririn Rira
Dira pergi, Dariel syok karena pengumuman itu.
Ririn Rira
Dariel kamu lagi yang datang sebagai penyelamat keadaan genting 🥰
Ririn Rira
Dariel bahas hamil terus nih, kode kah? 😅
Ririn Rira
😂 mumet juga percintaan simbok ini ya
Ririn Rira
Benar kak
Ririn Rira
Syukurlah Dariel datang tepat waktu takut banget si Arga terkabul niat nya
Ayuwidia: Makasih udah setia hadir, Kak Ririn 🥰
total 1 replies
Ririn Rira
Ternyata dia penjahat kelamin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!