Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Suara sepeda motor terdengar dari luar dan suara pria yang mengucapkan salam itu begitu ia kenali.
"Kakak, tumben pulang jam segini. " Putri mencium takzim tangan kakaknya. Biasanya Antoni akan pulang larut malam namun tidak untuk hari ini.
"Kakak ingin pulang cepat. " Jawabnya . Ia kemudian mencium takzim ibunya dan melirik gadis yang selalu datang ke rumah nya. Inka tersipu malu, tidak menyangka bisa bertemu Antoni disaat sekarang padahal waktu baru menunjukkan pukul lima sore. Itu artinya pria itu bolos kerja.
" Kak, apa kau sudah ijin mas Fafa? Dia biasanya tidak mengijinkanmu pulang secepat ini. Aneh sekali. " Inka tahu sifat kakaknya yang suka memerintah dan memberikan banyak tugas pada Antoni hingga pria itu harus lembur tiap hari.
" Aku sudah ijin. " Lalu Antoni masuk ke dalam kamarnya.
" Kakak mu memang menyebalkan, irit sekali saat bicara. "Gerutu Inka , namun ia langsung menutup mulutnya yang kelepasan bicara. Ia lupa ada ibu Antoni di samping nya.
" Antoni memang seperti itu , tapi sebenarnya dia cerewet juga saat bicara dengan keluarga nya sendiri. "Ucap bu Rahmi. Inka hanya mengulas senyum.
Beberapa menit kemudian Antoni keluar dengan wajah segar, bahkan bulir air masih terlihat di pucuk rambutnya
" Sexy sekali.... " Inka terpesona dengan sosok Antoni yang begitu tampan di matanya bahkan gadis itu melihat tanpa berkedip.
"Tutup matamu! " Putri melempar kain serbet tepat di wajah sahabat nya yang masih saja mengagumi kakaknya.
"Apaan sih! Rese banget jadi orang. " Inka langsung berdiri tidak peduli putri akan marah saat ia mendekati kakaknya itu.
"Aku siapkan makanan nya ya. " Dengan cepat Inka menyiapkan piring dan air minum untuk lelaki pujaan hati nya. Ia berani melakukan itu karena bu Rahmi sudah masuk ke dalam kamar nya sendiri.
" Lah, malah dia yang sibuk. " Putri terkekeh melihat Inka yang lihai menyiapkan makanan untuk kakaknya. Inka sudah mengenal dimana letak perabotan di rumah itu hingga ia dengan cekatan mengambilnya.
" Silakan... " Inka menggeser kursi agar bisa lebih dekat dengan Antoni dan pria itu masih diam saja tidak bicara. Ia hanya makan tanpa melirik gadis itu.
"Enak tidak masakan nya? " Inka mulai bertanya basa -basi karena Antoni masih saja diam.
" Sudah jelas enak lah, itu kan masakanku jangan mengklaim itu masakanmu ya. "Kali ini Putri yang menjawab dengan sinis.
" Kau jangan dekat dengan kakak ku, dia pasti akan mual saat kau disampingnya. "Ejeknya lagi
" Tanpa aku beri tahu juga kak Antoni pasti tahu kalau aku tidak bisa memasak, aku sadar diri, put. "Jawab Inka tanpa malu.
" Dan perlu kamu tahu saat aku di sisinya seperti ini maka kak Antoni akan lebih bersemangat lagi makan nya. Iya kan kak? " Inka meringis menampakkan deretan giginya yang rata. Antoni hanya menatap sekilas lalu menyelesaikan makanan nya.
"Aku masuk kamar dulu, permisi. " Antoni pamit kepada dua gadis itu.
" Tunggu dulu. "Inka menahan lengan pria itu. " Kakak akan mengantarku pulang kan? " Inka bertanya dengan penuh harap, ingin rasanya sesekali diantar oleh pria pujaannya
"Maaf, aku tidak bisa. " Antoni langsung pergi ke kamar setelah menjawab pertanyaan gadis itu. Tanpa melihat wajah kecewa dari Inka yang ditolaknya.
"Sudah tidak perlu kau pikirkan, kakak ku memang seperti itu. Besok aku kenalin dengan sahabatku yang tampan dan normal, yang pasti tidak seperti kakak ku yang kulkas itu. " Lirih Putri , ia berkata seperti itu agar Inka tidak bersedih.
Antoni mendengar ucapan adiknya walaupun terdengar sayup-sayup namun ia tidak peduli. Sekarang yang ingin dia lakukan adalah istirahat. Hari ini kepalanya begitu sakit, pekerjaan di kantor begitu banyak apalagi dia ikut menghandle proyek diluar kantor. Antoni membuka ponselnya, satu pesan dari sang adik yang memberi foto seorang gadis yang sedang tidur dengan mulut terbuka. Ia tersenyum simpul dan menonaktifkan ponselnya, jika itu tidak dilakukan maka bos gilanya pasti akan mengirimkan tugas secara terus menerus.
***
Dan benar saja Inka pulang dengan dijemput oleh Khaffi karena Antoni menolak untuk mengantar nya. Pak Ari tidak bisa menjemputnya juga karena sedang pergi bersama Inha.
"Tante aku pulang dulu, terimakasih untuk makanan nya. " Inka menunjukkan beberapa kantong makanan pemberian dari Bu Rahmi
"Iya, kamu hati-hati ya. Kapan-kapan main kesini lagi ya. " Bu Rahmi menyukai Inka karena gadis itu selalu sopan dan ceria. Suasana rumah nya terasa lebih hidup, walaupun Inka anak orang kaya namun ia tidak berpangku tangan, ia mau mencuci piring kotor bekas makan nya dan menyapu lantai.
"Tidak perlu ditawari juga setiap ada masalah juga si cerewet ini akan kesini mah! " Celetuk Putri
Inka hanya terkekeh, saat mendengar perkataan putri, dia memang benar hanya di rumah ini Inka bisa berkeluh kesah karena putri sahabat yang bisa dipercaya.
"Saya juga boleh main kesini juga kan tan? " Tanya Khaffi sembari mencuri pandang pada adik Antoni yang imut itu.
"Tidak!" Kali ini Inka dan Putri kompak menjawab. Mereka saling memandang dan tergelak tawa.
"Aku tidak menerima tamu pria buaya. " Ujar Putri
Khaffi tergelak tawa, putri seperti biasa selalu ketus saat bertemu dengan nya.
"Aku kira Nak Khaffi pacarnya Inka? " Tanya bu Rahmi
"Mana ada tan pria yang mau dengan gadis cerewet dan menyebalkan ini. Aku saja jemput terpaksa tan karena kami sepupu iihh. "
Inka mencubit pipi Khaffi dengan gemas.
"Sakit! " Keluh Khaffi sembari meringis kesakitan
"Syukurin, habis kamu ngeselin! "
"Tante, aku pulang dulu. Assalamu'alaikum." Inka pamit dan tak lupa mencium takzim tangan ibu Rahmi. Begitu pun dengan Khaffi, ia mengekor di belakang Inka lalu dengan cepat mengandeng tangan gadis itu menuju mobil. Beberapa kali Khaffi menggoda dengan merengkuh bahunya namun Inka menolak dan menjambak rambut Khaffi.
Antoni hanya melihat kejadian itu dari balik jendela yang berwarna gelap. Ia melihat Inka dan Khaffi dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasa.
Sepanjang perjalanan Inka menceritakan tentang pertengkaran nya dengan Inha. Ia berharap Khaffi bisa menjadi penghubung dan bisa membuat hubungan mereka baik lagi.
" Kau seperti tidak tahu Inha saja. "
" Besok juga kalian akan baikan, aku jamin itu. "
" Mungkin Inha sedang banyak pikiran, kau harus memaklumi nya. "
Itulah beberapa kalimat yang dilontarkan oleh Khaffi. Ia meminta agar Inka lebih mengerti dari adiknya.
" Aku selalu sabar, maka dari itu badanku kian melebar. "Ujarnya sembari mengunyah kue pemberian ibu Antoni
" Eh, bangke! Lu lebar itu bukan karena sabar Tapi emang doyan makan, rakus kaya tikus. "Sindiran Khaffi yang begitu pedas
" Seharusnya kau salahkan saja kue ini kenapa begitu menggodaku. Aku kan laper mata dan perut. Lihat sudah setengah aku habiskan karena ini sangat enak. Ini buatan mamanya Antoni. "
Khaffi hanya menghela nafas panjang nya, bagaimana bisa ia menyalahkan kue sedangkan benda mati itu tidak bisa bicara. Inka memang menyebalkan. Khaffi lalu melirik kue tersebut dan benar saja ,kue sudah habis setengahnya.
"Emang lu tukang ngemil tambah gembul, nanti lebaran haji aku sembelih di masjid . Untuk kurban idul adha. "
"Aku princess bukan sapi gelonggongan. " Sahut Inka sembari memukul lengan Khaffi.
"Suapin aku. " Pinta Khaffi, ia juga ingin merasakan kue buatan bu Rahmi yang terkenal enak. Dan tanpa ragu Inka menyuapi Khaffi yang sedang menyetir. Ini sudah biasa ia lakukan. Baginya Khaffi seperti kakaknya sendiri yang selalu melindunginya dan menjemputnya tanpa pamrih.
"Enak kan? "
"Iya, enak banget ini kue buatan emaknya Putri. " Khaffi memuji makanan itu karena benar adanya.
wkwkkwkw
🤭🤭