Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. lulus tes olimpiade
sementara di rumah kecil Ibu Susan, laki-laki yang baru menjadi suami dari Ibu Susan Itu tampak sedang duduk dan bersandar. mereka juga sudah memperbaiki dan membiarkan bantal menjadi sandarannya agar terasa lebih empuk.
terlihat, laki-laki yang seusia dengan Pak Surya itu memandang anak perempuan dan juga wanita yang katanya telah menjadi istrinya ini. dia cukup tercengang mendengar cerita kalau mereka telah dinikahkan secara paksa.
dia bahkan tak bisa berkata-kata lagi mendengar semua informasi yang telah diceritakan oleh Ibu Susan. dia mendengar cerita itu dengan diam namun dengan hati yang bergejolak karena dinikahkan secara paksa oleh para warga itu. laki-laki itu juga memandang dengan sendu saat wanita itu bercerita dengan mata yang berkaca-kaca. dia dapat merasakan kalau perempuan ini tertekan akibat paksaan dari para warga.
padahal dia hanya berniat menolong saja dan memberikan tempat bernaung sampai dia sembuh. tapi bisa-bisanya para warga di tempat ini membiarkan warganya menikah dengan laki-laki yang tidak dikenalinya. walaupun dia juga tahu kalau dirinya bukanlah orang yang jahat, tapi permasalahan seperti ini rasanya cukup tidak adil bagi seorang ibu yang memiliki anak seperti Ibu Susan ini.
bahkan dia juga mendengar dari mulut Ibu Susan sendiri, kalau seandainya dia sudah bisa bertemu dan menghubungi keluarganya, mereka bisa bercerai. lagi pula pernikahan mereka ini hanya terjadi di bawah telapak tangan saja. cukup menjatuhkan talak saja, status Mereka pun langsung berubah.
Laki-laki itu duduk termenung. dia masih mencoba menormalkan sedikit perasaan terkejut yang di dengarnya. Ibu Susan dan tita yang melihat hal itu memilih untuk diam, dan memberikan kesempatan kepada laki-laki itu untuk menenangkan perasaannya.
(hah!! Mengejutkan sekali. Aku yang sudah menduda selama bertahun-tahun, akhirnya menikah. Tapi, menikah secara paksa oleh para warga. Kasihan juga wanita ini Dengan anaknya. Kalau mereka sampai menolak, maka mereka akan di usir dari desa.) batinnya.
(menurut ku, mereka sengaja menekan wanita ini, pasti ada yang sengaja dan memang ingin melihat wanita ini menderita. Apa lagi, mereka belum tau dan mengenali ku.) batinnya lagi.
(huf!! tapi syukurlah aku telah diselamatkan.. Tidak ada salahnya juga aku membalas kebaikannya. lagi pula dalam waktu dekat ini, aku masih belum bisa ke mana-mana. kondisi dan keadaanku saja masih sangat lemah seperti ini.) batin laki-laki itu lagi.
(aku juga harus bersyukur dan berterima kasih, karena wanita ini mau menyelamatkanku tanpa ragu.) batinnya lagi yang sudah mulai tenang dari gejolak emosi sesaat di dalam hatinya.
dia memilih untuk lebih bersyukur dan berjanji akan memperlakukan mereka dengan baik di masa depan. namun semua itu biarlah waktu yang menjawab semuanya.
dia hanya perlu duduk dengan tenang dan menerima uluran tangan serta kebaikan Ibu Susan dengan putrinya dengan baik. dan juga fokus untuk kesembuhannya.
saat laki-laki itu duduk dan memandang ke arah ruangan yang sempit ini, dia melihat anak perempuan istri dadakannya ini tampak sedang belajar dengan serius. bahkan tangannya tak henti-hentinya mencoret-coret kertas kosong yang ada di depan matanya.
dia mengamati dengan seksama dan kemudian mengerutkan keningnya. ternyata anak perempuan ini juga cukup pekerja keras.
"Apa yang kamu kerjakan nak..?" laki-laki itu tiba-tiba mengeluarkan suaranya walaupun masih terdengar sangat lemah. dan tita yang memiliki indra pendengaran yang tajam langsung mengangkat wajahnya dan menoleh.
"Saya sedang belajar..tu-an.." jawabnya dengan sedikit keraguan. takutnya nanti akan menyinggung laki-laki ini. dia menilai dan melihat bahwa rahang serta perawakannya cukup berwibawa.
sementara laki-laki itu tersenyum.
"panggil senyaman kamu saja nak.. kamu tidak perlu ragu." jawabnya dengan senyum yang teduh. dan kita yang mendengar penuturan itu hanya bisa mengganggu.
"kalau begitu, karena.. Tuan juga sudah menikah dengan Ibu saya, bisa kapan saya panggil Tuan sebagai ayah.. setidaknya sampai Tuan sembuh dan kembali nanti ke keluarga Anda tuan.." ucapnya dengan sedikit harapan dan sekaligus penuh dengan keraguan.
dari lubuk hatinya yang paling dalam, Dia sangat menginginkan sosok ayah hadir dalam kehidupannya. namun di masa lalu dia tidak bisa mendapatkannya, karena ayahnya tak hanya memilikinya seorang, melainkan ayahnya juga masih memiliki anak yang lain.
Lagi-lagi, laki-laki itu tersenyum lemah.
"tidak apa-apa nak.. panggil saja ayah seperti yang kamu mau." setelah laki-laki itu berkata, senyum di bibir tita pun langsung terbit. jujur saja, dalam hati dia cukup senang.
"baiklah ayah.. terima kasih banyak.." laki-laki itu juga ikut senang melihat raut wajah senyum yang tulus muncul dari bibir anak gadis dari istri dadakannya ini.
Ibu Susan yang berada di dapur juga ikut melihat interaksi mereka, rumah mereka yang sudah dialiri aliran listrik tentu saja tak menyulitkan Ibu Susan dalam menangkap ekspresi putrinya yang terlihat bahagia.
(maafkan Ibu nak.. karena ketidakmampuan Ibu membuatmu harus kehilangan sosok ayah dalam dirimu. maafkan Ibu karena Ibu tidak sanggup menggantikan sosok itu..) batinnya dengan mata yang berkaca-kaca. namun dengan cepat dia menormalkan ekspresinya dan juga mengusap matanya, untuk menghilangkan jejak di sana.
"ayah.. Aku... baru saja mengikuti tes olimpiade.. dan kemungkinan dua hari lagi hasilnya akan keluar.. ayah... tolong dukung tita ya yah.." ucapnya, yang lagi-lagi masih merasa ragu. tapi dia butuh support dan dukungan itu walaupun hanya beberapa kata saja.
sementara laki-laki yang dipanggil ayah itu langsung membulatkan matanya sempurna.
"waw!! ternyata anak ayah hebat.. lanjutkan nak. ayah yakin doa ibumu pasti tidak akan sia-sia. teruslah berjuang, sampai akhirnya nanti kamu bisa meraih apa yang kamu inginkan."
"terima kasih banyak ayah.." dan lagi-lagi raut wajah senyum langsung tercetak jelas di wajahnya. jujur, malam ini bagi tita terasa sangat berbeda. Dia merasakan kalau suasana rumahnya terasa sedikit hangat dan berbeda dari biasanya. mungkin karena keberadaan laki-laki yang dipanggil ayah oleh Tita ini.
******
Tak terasa, tiga hari berlalu Dengan cepat, bahkan laki-laki yang namanya adalah tuan Edwin perlahan-lahan kondisinya juga mulai membaik. Dia bahkan sudah bisa bangun dan berjalan sendiri. Kadang, dia juga akan membantu menyapu dan membereskan sesuatu.
dan siang ini, Ibu Susan juga sudah mulai berjualan lagi di kios. tadi Tuan Edwin meminta untuk ikut, namun Ibu Susan malah menolak permintaan itu dan menyuruh suami dadakannya atau lebih tepatnya suami sirihnya ini untuk tetap berada di rumah.
dan siang ini, terlihat Tita juga baru saja pulang dari sekolah dengan wajah yang berbinar-binar.
"assalamualaikum!!" Tuan Edwin yang sedang menyapu halaman dan membersihkan beberapa batang rumput yang tumbuh di samping halaman rumah mereka Langsung merespon.
"waalaikumsalam.. eh anak ayah sudah pulang.." ucapnya membuat tita tersenyum. tita mendekat dan menyalami tangan ayah barunya itu.
"ayah, Ibu mana!!" dalam waktu 3 hari saja, Tita sudah lancar memanggil laki-laki ini sebagai ayahnya. dia tentu harus menghormatinya bukan.
"Ibu masih berada di kios dan berjualan ikan. kalau kamu mau menyusul ibu, kamu ganti baju dan makan siang lah terlebih dahulu. tadi ayah sudah memanaskan ikannya agar tidak terlalu dingin." ujar Tuan Edwin dengan ramah. dan Tita juga dapat melihat ketulusan di mata Tuan Edwin.
"mmm.. baiklah kalau begitu yah.. oh ya ayah.. hasil tes olimpiade sudah keluar yah, dan tita adalah salah satu peserta yang lulus untuk masuk ke babak selanjutnya.!!" ucap tita dengan mata yang berpinar-binar.
Tuan Edwin yang mendengar penuturan itu juga tak bisa tidak ikut bahagia. ternyata anak ini cukup kuat dan tidak mudah menyerah. bahkan Tuan Edwin sudah dapat melihat tekad itu dari sorot matanya.
"hebat sekali anak ayah!! ayah bangga padamu nak.!! hahaha!!" ucapnya Sambil tertawa dengan penuh kebanggaan.