Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.
Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?
Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WANITA ITU BERNAMA MARILYN
Lima tahun Kemudian.
Setelah masa tahanan Marilyn berakhir. Wanita baya itu membawa serta Rain keluar dari penjara, tempat dia lahir dan dibesarkan.
Saat itu, Rain berusia hampir lima tahun.
Ketulusan Marilyn, menyayangi Zee dan Rain, membuat Zee merasa tenang melepaskan Putranya untuk tinggal bersama Marilyn.
"Marilyn,...berjanjilah padaku! untuk tidak mengatakan pada siapapun, bahwa Rain adalah putraku dan Reynald Wilson!" Pinta Zee, saat Marilyn dibebaskan.
"Aku berjanji, sayang. Jangan khawatir!" Marilyn mengusap air mata yang membasahi pelupuk mata Zevanya.
"Terimakasih Marilyn, aku hanya punya ini, kau bisa menjualnya, jika butuh uang!" Zee membuka kalung berlian di lehernya dan menyerahkan kepada Marilyn. Marylin menerima kalung itu dan menyimpannya didalam kantong pakaiannya.
"Satu lagi Marilyn, jika Rain menanyakan tentang aku, katakan saja padanya bahwa aku sudah di surga. Aku tidak mau Rain terluka nantinya, jika dia tahu mommynya seorang narapidana!"
Marilyn mengangguk dan memeluk Zee dengan erat.
Zee kemudian bersimpuh didepan putranya, dan membelai wajah mungil itu lembut.
"Rain,...jangan nakal ya, jangan merepotkan Grandma!" pesan Zevanya.
"Mommy, kamu tidak pulang bersama kami" tanya bocah itu.
"Nanti Mommy menyusul, setelah kerjaan mommy disini selesai." jawab Zee sedih.
Bocah kecil itu mengangguk, walaupun tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua orang dewasa dihadapannya itu.
Zee melepas kepergian kedua orang yang disayanginya itu dengan linangan air mata.
"Semoga kamu bahagia diluar sana, Rain!" bisik Zee dalam ratapnya.
******
Setelah bebas dari penjara, Marylin bekerja disebuah restoran cepat saji. Hidupnya berjalan dengan normal, dan Rain hidup dengan layak seperti anak-anak seumuran dengannya.
Namun, semua itu tak berlangsung lama. Marilyn dipecat dari pekerjaannya, setelah atasannya mengetahui latar belakang Marilyn, sebagai seorang mantan narapidana.
Marilyn mengalami kesulitan keuangan, untuk menghidupi dirinya dan ibunya serta Rain. Marilyn pun terpaksa menggadaikan kalung pemberian Zee untuk bertahan hidup, sebelum dia mendapatkan pekerjaan baru.
Siang itu, Marilyn sedang sibuk mencari lowongan pekerjaan disebuah situs online.
Tak sengaja, Marilyn membaca sebuah artikel lama, tentang seorang pria, bernama Reynald Wilson, yang baru saja kembali dari New York, setelah dirinya sembuh dari penyakitnya, pasca kecelakaan maut, yang menimpanya beberapa tahun yang lalu.
"Reynald Wilson, bukankan dia pria yang selalu disebut Zee sebagai ayah biologis putranya, Rain?" Batin Marilyn.
"Ya, benar dia Reynald Wilson, dia ayahnya Rain!" Gumam Marilyn, tersenyum senang.
Marilyn terus berselancar di dunia Maya, mencari informasi mengenai pria itu. Tak ada yang baru, semua hanya foto-foto lama yang ada di media sosialnya.
"Tidak salah lagi, Rain sangat mirip dengan pria itu, aku harus menemui pria itu secepatnya." Marilyn bersorak gembira.
Namun yang pasti, wajah pria itu sangat mirip dengan Rain, Marilyn yakin pria itu tidak akan menyangkalnya. Karena menurut cerita Zee, pria itu mencintainya dan menginginkan seorang anak yang lahir dari rahimnya.
"Maafkan aku, Zee! Aku terpaksa mengingkari janji. Aku tidak mau Rain menderita, aku yakin Tuan Reynald pasti akan mau menerima dan merawat Rain dengan tulus." Lirih Marilyn.
Awalnya Marilyn bimbang untuk menyerahkan Rain pada Reynald, namun karena dia tidak ingin Rain hidup susah bersamanya, Marilyn bertekad untuk mencari Reynald Wilson.
Setelah meyakinkan diri, Marilyn berangkat kekantor perusahaan milik Reynald. Menurut informasi yang dia dapat, Reynald menggantikan ayahnya, mengurus perusahaan RW Company. Dan pria itu sudah kembali sejak beberapa tahun yang lalu.
Marilyn berdiri di lobby perusahaan, menatap takjub perusahaan besar, yang berdiri kokoh dan terdapat logo besar bertuliskan RW Company. Dengan langkah pasti, Marilyn menghampiri resepsionis yang bertugas siang itu.
"Permisi, nona!" Sapa Marilyn sopan.
"Ya, apa ada yang bisa saya bantu, Nyonya!" Balas wanita ber tag name Lanny itu ramah.
"Apakan saya bisa bertemu dengan Tuan Reynald Wilson pemilik perusahaan ini." Tanya Marilyn sedikit ragu.
Wanita itu memindai tubuh Marilyn dari atas sampai kebawah.
"Apa anda sudah membuat janji, Nyonya?" Tanya resepsionis itu lagi.
"Belum, ...tapi tolong, izinkan saya bertemu dengan Tuan Reynald! Ada hal penting yang harus saya bicarakan." ungkapnya.
"Sebentar Nyonya, saya akan coba hubungi sekretaris beliau." Wanita bernama Lanny itu menghubungi seseorang lewat telepon.
"Maaf nyonya, kata sekretarisnya, Tuan Reynald sedang sibuk, tolong tinggalkan nomor telpon yang bisa kami hubungi," kata Lanny.
"Baiklah..." Marilyn meninggalkan nomor ponselnya pada resepsionis itu dan pamit untuk pergi.
Marilyn meninggalkan nomor ponselnya, dia kembali pulang dengan perasaan kecewa. Namun, dia juga tidak ingin buru-buru. karena dia yakin, Reynald Wilson akan menghubunginya.
******
Reynald duduk di kursi kebesarannya, dengan wajah yang tampak dingin dan datar.
Rey dinyatakan sembuh secara fisik oleh dokter yang merawatnya selama di New York, setahun setelah kecelakaan yang menimpanya.
Namun secara psikis, Rey masih mengalami trauma yang dalam, sejak wanita yang dicintainya pergi, di saat dia membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Reynald sekarang, bukan lagi Rey yang lembut dan penyayang tapi Rey sangat dingin dan temperamen.
Rey tidak bisa memikirkan hal yang berat, karena itu akan memicu rasa sakit kepala yang tak tertahan. Jika sakit itu menyerang, Rey akan marah dan mengamuk tanpa alasan.
Abraham masih setia mendampingi Reynald melewati masa-masa sulit pria itu. Walaupun dia sudah menikah dengan Xena, dan dikaruniai seorang putri cantik berusia 2 tahun yang diberi nama Rayna.
Sementara hubungan Rey dengan orang tuanya, masih tetap dingin dan makin renggang. Karena keegoisan Daddy Ronald dan Mommy Jenny.
"Abraham, apa jadwalku siang ini?" Tanya Rey siang itu, setelah selesai istirahat makan siang.
"Hanya pertemuan dengan CEO dari Jepang di Hotel La Fiesta," Jawab Abraham.
"Jam berapa?"
"Jam 15.00 sore ini."
"Baiklah...!"
"Rey, ...tadi sekretaris Helen bilang, ada seorang wanita bernama Marilyn mencari mu, katanya penting." lapor Abraham.
Reynald mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat nama itu. Dia tidak mengenalnya.
"Coba lihat CCTV yang ada di lobby!" Perintah Rey.
Abraham mengecek CCTV di lobby perusahaan dan mengambil gambar wanita yang bernama Marilyn.
"Kamu mengenalnya, Rey?" Abraham mengamati wanita itu dengan seksama.
Rey menggeleng. " Coba kamu selidiki, siapa wanita itu! Dan apa tujuannya mencari ku?" perintah Reynald.
"Baiklah, setelah pertemuan dengan Mr. Nakamura, aku akan menghubunginya. " Jawab Abraham. Reynald hanya diam.
Keesokan harinya dikantor.
"Abraham, kau sudah mendapatkan informasi tentang wanita itu?" Tanya Reynald, saat Abraham sampai di kantornya.
"Sebentar aku akan menghubunginya, dari kemaren ponselnya tidak aktif," jawab Abraham.
Abraham menghubungi nomor ponsel yang ditinggalkan Marilyn di resepsionis. Dan mengaktifkan loud speaker. Agar Rey bisa mendengar percakapan mereka.
"Halo ...!" Terdengar suara wanita bernama Marilyn itu diujung telponnya. Suaranya terdengar sedikit bergetar.
"Hallo, nyonya Marilyn, apakah benar anda ingin bertemu dengan Tuan Reynald?" tanya Abraham.
"Iya Tuan, saya Marilyn. Saya kemaren kekantor anda, tapi kata resepsionis Tuan Reynald sedang sibuk." Jawab Marilyn.
"Ada keperluan apa, anda mencari Tuan Reynald?" Tanya Abraham lagi.
"Maaf sebelumnya, Tuan! Saya ingin bicara tentang putra Tuan Reynald dan kekasihnya Zevanya Meghan." Kata Marilyn.
Reynald dan Abraham kaget, kedua nya saling pandang.
Rey mencoba mengingat sesuatu, saat terakhir kalinya, Rey bercinta dengan kekasihnya. semalam sebelum kecelakaan itu terjadi, dan mereka melakukannya beberapa kali, tanpa pengaman. Kalau tebakannya benar, saat ini anak itu berumur sekitar 5 tahun.
"Apakah yang anda katakan itu benar, Nyonya,? Anda tidak berbohong kan?" Teriak Rey.
"Benar Tuan, ini tentang Rain...!" Jawab Marilyn.
"Rain? Siapa Rain?" Reynald tampak bingung.
"Dia putra anda, Tuan!" jawab Marilyn kemudian.
"Anda tidak sedang mencoba memeras kami, Nyonya?" seru Abraham.
"Saya tidak berbohong, Tuan. Kalau anda tidak percaya, silahkan datang kerumah saya!" Kata Marilyn kemudian.
"Awas saja, kalau anda mencoba menipu kami, Nyonya! Kami akan menuntut Anda " kata Abraham mengancam.
"Anda bisa melakukan tes DNA, jika anda tidak yakin, Tuan."
"Katakan! Dimana alamat anda, Nyonya?" Rey tampak bingung.
Marilyn pun menyebutkan alamatnya.
"Kita berangkat sekarang, Abraham!" Titah Rey bergegas meninggalkan kursi kebesarannya.
Abraham pun dengan langkah lebar berusaha mengejar bos sekaligus sahabatnya itu.
Sepertinya, Reynald tidak sabar untuk melihat seperti apa putranya itu.
Sepanjang perjalanan, Reynald memijit kepalanya yang terasa sakit. Abraham memberikan obat penghilang rasa sakit pada Reynald.
Bersambung.
Pingin nangis/Sob//Sob/