“Hhmmm… wangi,” lirih seorang pria tua usai menceruk leher gadis yang ada di depannya.
Menatap lamat. Diam-diam mengagumi iras cantik mempesona milik gadis ranum tersebut. Tersenyum miring, sembari membayangkan hal indah yang selanjutnya akan ia lakukan ketika sudah berhasil membuat gadis itu sadar.
Membelai rambut. Ujung helai lurus itu kemudian di pilin, memainkannya. Tak lupa juga ikut ia endus, menikmati sensasi aroma segar yang menguar. Cukup menguji adrenalin, mendegupkan detak jantung dua kali lipat dari biasanya.
“Kau sangat cantik, Naira. Sudah sejak dulu aku menunggu saat-saat seperti ini bisa bersamamu.” Lelaki tua itu kembali berujar, lirih dengan suara serak, akibat tekanan batin yang kian membuncah. Tak sabar ingin melahap habis makan malamnya yang kali ini sudah ditunggu sejak lama.
Apa yang selanjutnya akan terjadi pada Naira? Penasaran ingin tahu cerita selengkapnya? Kalau begitu yuk ikuti segera kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F A N A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMTK — BAG 31
“Dimana anak itu?” tanya Fatimah saat ini tidak melihat keberadaan Naira di sana.
“Dia bersama Boy,” kata Andi.
“Boy? Boy Williams maksudmu?” tanya Fatimah lagi yang lantas langsung disambut anggukan oleh Andi yang saat ini berada tepat di depannya.
“Gila, sejak kapan mereka berdua mulai dekat? sudah aku sangka anak itu pasti pandai menggoda, dan semoga saja cucunya Halbert terpikat dengannya,” kata Fatimah.
“Mereka sudah menikah,” kata Andi yang sontak membuat raut sinis Fatimah seketika tercengang.
“A- apa?!”
“B-bagaimana bisa?! secepat ini?!” tanya Fatimah sungguh sangat kaget.
Andi sendiri hanya mengedikkan bahunya. tidak menjawab pertanyaan Fatimah. langsung pergi dari hadapan istrinya itu, masuk ke dalam kamar meninggalkan Fatimah yang saat ini sedang terduduk di atas kursi yang terdapat di ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga tersebut.
Dan tentu ditinggal begitu saja membuat Fatimah sama sekali tidak terima. Langsung ikut bangkit dari duduknya, menyusul Andi yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam kamar. Menarik lengan suaminya, lantas menuntut tanya atas apa yang barusan pria itu sampaikan kepadanya.
“Kamu belum menjawab pertanyaanku, Pak! Barusan kau bilang gadis pembawa sial itu sudah menikah dengan Boy, bagaimana bisa?!” sergah Fatimah.
Sungguh ia sama sekali tidak menyangka jika pernikahan antara putrinya dengan cucu dari seorang pengusaha kaya itu akan berlangsung dengan begitu cepat. Satu hari setelah pertemuannya kembali dengan Boy yang sudah sangat lama tidak pernah bersua itu.
Tanda tanya ikut menjalar di dalam hati serta pikiran Fatimah. Pasti ada udang di sebalik batu tentang apa yang saat ini sedang dijalani oleh Putri angkatnya itu. pernikahan ini sungguh cepat, tidak mungkin hal ini terjadi begitu saja. pasti ada yang diuntungkan dari salah satunya, yang mana hal itu diyakini oleh Fatimah jika yang saat ini mengambil keuntungan dari pernikahan tersebut adalah Boy Williams.
“Jangan bilang jika gadis sia lan itu hanya dijadikan istri sementara oleh cucu si Halbert itu!” dengkus Fatimah. Sungguh tidak menyangka jika nasib Naira akan begitu sial bertemu dengan keluarga Williams.
“Kau ini bicara apa Fatimah! Kenapa jadi menuduh yang tidak-tidak?! Boy dan Naira menikah secara resmi hukum agama dan negara. Boy benar-benar memperistrinya, bukan untuk dijadikan tameng seperti apa yang barusan kau ucapkan. Meski terkesan sederhana, namun pernikahan mereka sakral. Seharusnya kau mendoakan yang baik-baik untuk putrimu, bukan malah berpikiran yang tidak tidak seperti ini!” ucap Andi yang sungguh kesal mendengar apa yang barusan diucapkan oleh Fatimah yang menurutnya sama sekali tidak masuk akal itu.
“Ck, jangan terlalu naif, Pak. Mana ada seseorang bisa menikah dalam waktu sesingkat ini jika bukan karena ada maunya. Aku tau kau sudah menjual anak sia lan itu pada si Boy. Jadi, aku juga tidak akan terlalu ambil pusing atas apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh pemuda itu padanya. Toh, saat ini kita juga sudah mendapatkan kembali apa yang dulu sempat dirampas oleh si tua Halbert. Meski harus mengorbankan Naira, tapi ini sudah seharusnya. Gadis itu membayar setiap kesi alan dalam kehidupan kita yang sudah ia buat. Jadi, aku hanya ingin menunjukkan jika apapun yang terjadi pada anak itu aku tidak jadi masalah. Selama ia bisa membawa kembali kehidupan kita seperti dulu.” kata Fatimah menggebu-gebu.
