DENDAM LAURA, Istri Yang Tersakiti

Suara mobil berhenti membuat Beti yang sedari tadi duduk di ruang tamu, berdiri. Ia buru-buru mendekat kearah pintu utama rumah saat tau jika sang pemilik mobil adalah suaminya. Dan benar saja saat ia membuka pintu, dirinya sudah di suguhi dengan wajah tampan miliki Maikel. Beti tersenyum kearah suaminya, namun senyum itu memudar kala tubuhnya tiba-tiba terdorong kesamping oleh seseorang yang baru saja datang.

Beti menatap jengkel kearah seseorang itu apalagi saat mendengar suara mendayu yang membuatnya mual seketika.

"Hai sayang, bagaimana harimu di kantor? Apakah melelahkan atau justru membahagiakan?" tanya Laura sembari memberikan pelukan hangat kepada Maikel.

Maikel tersenyum mendapat perhatian kecil dari istri mudanya itu.

"Biasa saja sayang. Tidak ada yang spesial di kantor. Dan jika kamu tanya aku lelah atau tidak, maka akan aku jawab sangat lelah. Maka dari itu aku memintamu untuk memijit ku nanti," ujar Maikel dengan mencubit pelan hidung Laura.

Laura terkikik geli mendapat perlakuan manja dari sang suami. Dan saat dirinya ingin membalas ucapan dari Maikel, lengannya sudah lebih dulu di tarik Beti dari belakang sehingga mengharuskan dirinya melepaskan pelukan dari Maikel.

Maikel yang tak terima, ingin menegur Beti namun sebelum hal itu terjadi Beti sudah lebih dulu bersuara.

"Mas, kita perlu berbicara. Aku tunggu di kamar," ucap Beti lalu setelahnya tanpa menunggu balasan dari Maikel, ia berjalan menuju lantai dua. Ia sudah tidak tahan lagi untuk berlama-lama di sana, terlalu makan hati melihat setiap adegan yang mereka ciptakan di depan matanya langsung.

Sedangkan Maikel, ia menaikan sebelah alisnya sebelum menggedikkan bahunya. Ia tak perduli dengan permintaan dari Beti tadi dan dirinya juga tidak berniat menemui wanita itu nanti.

Namun seakan Laura tau isi pikirannya, istri mudanya itu mendekati dirinya. Ia mengelus lembut dadanya yang masih terbalut kemeja sembari berkata, "Temui dia. Ingat dia juga masih menjadi istri kamu. Kamu harus adil dalam membagi waktumu untukku ataupun untuk dia."

Ucapan dari Laura itu membuat Maikel mengerutkan keningnya.

"Kamu tidak cemburu jika aku bertemu dengan dia hanya berdua saja di dalam satu ruangan yang sama? Kamu tidak takut jika aku nanti sampai berhubungan badan dengan dia? Dan apa kamu juga tidak takut jika nantinya aku terpengaruh dengan dia dan berakhir melakukan apapun untuk dia?" Laura sempat speechless mendengar penuturan dari suaminya itu sebelum ia terkekeh kecil. Tangannya pun kini ia angkat untuk menangkup kedua rahang tegas milik suaminya itu.

"Jika kamu tanya aku cemburu atau tidak maka akan aku jawab dengan tegas jika aku sangat cemburu jika kamu bersama dengan Beti ataupun dengan perempuan lain di luar sana. Bagaimana aku tidak cemburu ketika aku melihat seseorang yang aku cintai bersama dengan perempuan lain. Tapi aku juga ingat sayang, Beti masih menjadi istri kamu, jadi aku sebagai madu dia yang baik maka aku akan berlapang dada untuk memberimu sedikit waktu untuk bertemu dengan dia. Kalau masalah kalian berhubungan badan, itu tergantung dengan kamu sendiri sayang. Jika kamu menginginkannya maka silahkan. Tapi aku yakin kamu tidak akan pernah menyentuh dia karena aku yakin kamu sudah tidak berselera berhubungan dengannya. Jadi untuk apa aku khawatir kamu melakukan hal itu dengan dia sedangkan kamu sendiri sangat membatasi dirimu sendiri saat bertemu dengan dia. Dan untuk masalah kamu akan terpengaruh dengan dia nantinya, aku rasa tidak. Walaupun hubungan antara aku dan kamu masih terbilang sangat baru, tapi aku tau kamu. Kamu bukan seseorang yang mudah terpengaruh jika belum ada bukti di depan mata kamu. Jadi aku tidak mengkhawatirkan itu semua karena aku percaya denganmu," jawab Laura panjang lebar.

Maikel tersenyum, ia pun segara mendekap tubuh Laura dengan sangat erat.

"Istriku ini sepertinya sudah sangat memahami diriku. Baiklah jika kamu sudah memberikan izinmu, maka dengan tidak ikhlas aku akan menemui dia." Laura yang mendengarnya hanya bisa tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia sebenarnya tidak tau alasan Maikel selama ini selalu menghindari Beti bahkan saat dirinya masih berstatus sebagai istri Julio, ia perhatikan jika Maikel selalu menjaga jarak dari Beti. Bahkan jika Maikel kembali ke rumah ini, laki-laki itu sangat jarang tidur satu kamar dengan Beti dan selalu menghabiskan malamnya di ruang kerjanya. Sungguh Laura sudah sangat gatal untuk bertanya tentang hal itu kepada suaminya, tapi lagi-lagi ia takut ketika dirinya bertanya justru akan membuat Maikel tersinggung dan berakhir mereka bertengkar. Ayolah ia masih sedikit memiliki trauma dengan pertengkaran didalam sebuah hubungan jadi sebisa mungkin ia meminimalisir terjadinya pertengkaran di pernikahan keduanya ini dengan tidak terlalu banyak bertanya tentang kehidupan ataupun masa lalu suaminya. Tapi ia juga tidak bisa menjamin jika suatu saat nanti ia akan memberanikan diri untuk menanyakan semua hal tentang Maikel ke laki-laki itu sendiri jika ia sudah tak tahan lagi untuk mengetahuinya.

Setelah percakapan singkat tadi, keduanya kembali ke kamar lalu setelah membersihkan tubuhnya, Maikel menuju ke kamar milik Beti. Dan untuk menjaga privasi istri pertamanya itu ia tetap mengetuk pintu terlebih dahulu hingga sang pemilik kamar membukanya.

Maikel memicingkan salah satu alisnya kala melihat penampilan Beti saat ini. Wanita paruh baya itu saat ini memakai sebuah lingerie seksi, wajahnya pun di poles sedemikian rupa dengan lipstik merah meronanya, rambut sepunggungnya ia ikat hingga memperlihatkan leher jenjangnya.

Beti yang melihat Maikel hanya berdiam, ia tersenyum. Ia yakin keterdiaman Maikel ini karena terpesona akan penampilan dirinya saat ini. Tapi dirinya tidak boleh berlama-lama membiarkan Maikel terus berdiri di depan pintunya. Ia takut jika si pengganggu itu menghampiri mereka sehingga menghancurkan rencana yang telah dia buat, Beti pun kini menarik lengan Maikel sembari berkata, "Masuk Mas."

Maikel tak menjawab sama sekali ucapan dari Beti tadi namun dirinya mengikuti tarikkan dari istrinya tersebut hingga kini ia sudah berada di dalam kamar yang sudah sangat lama tak ia kunjungi.

Sedangkan Beti, wanita paruh baya itu dengan cepat mengunci pintu kamarnya dan menyembunyikan kunci tersebut di tempat yang sekiranya tak bisa di temukan oleh Maikel.

"Mas," panggil Beti dengan suara yang sengaja ia buat mendayu agar Maikel tergoda dengannya. Tak hanya itu saja, ia mengelus lengan Maikel menuju dada suaminya dengan sentuhan seksual. Buah dadanya yang menyembul dari dalam balutan lingerienya sengaja ia tempelkan ke lengan Maikel. Beti kembali tersenyum kala Maikel tak mencegah apa yang ia lakukan tapi laki-laki itu hanya diam. Dan Beti tebak jika suaminya itu sudah mulai terbuai dengan godaannya. Sehingga ia pun mulai berani menyandarkan kepalanya di bahu Maikel dengan tangan yang masih mengelus dada bidang suaminya tersebut.

Diam-diam senyum miring Beti perlihatkan sembari batinnya berkata, "Malam ini Mas Maikel akan menjadi milikku, Laura. Ahhh bukan hanya malam ini saja tapi malam-malam setelahnya Mas Maikel akan menjadi milikku sepenuhnya. Dia tidak akan mungkin menolak rayuanku sehingga dia akan memilihku serta memihakku daripada kamu, Laura. Jadi bersiap-siaplah jika cepat atau lambat kamu akan di tendang dari samping Mas Maikel maupun dari rumah ini. Aku menang Laura dan kamu akan kalah!"