Perkenalan
Namanya Roman Maulana Satria usia dua puluh empat tahun. Pendidikan sarjana hukum. Hidup sebagai preman jalanan walau merupakan putra konglomerat, pewaris tunggal Satria Corp. Dalam percintaan ibunya tak merestui hubungannya. Yok kita lihat perjuangan hidupnya untuk mengungkap kasus kematian kekasihnya yang dibunuh melalui penularan virus yang dikenal dengan virus covid 19.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu 025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE KE TIGA PULUH SATU: PENCULIKAN III.
Menjelang subuh, Sri ibunya Morrin bangun dari tempat tidurnya. Dia menggeliat sebentar dan memandang pak Imran suaminya masih terlelap.
"Pak..., pak! Sudah ngaji di masjid!" ucap Bu Sri membangunkan pak Imran, menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Pak Imran menggeliat, badannya terasa pegal. tidak lama kemudian dia bangun keluar dari kamar tidurnya.
Pak Imran Langsung menuju kamar mandi, sedang Bu Sri menuju kamarnya morrin. Biasanya Morrin sudah terbangun lebih awal dan membangunkan kedua orang tua dan adik-adiknya. Tapi malam ini dia tidak membangunkan mereka.
Ketika Bu Sri hendak mengetuk pintu Morrin, Bu Sri mengurungkan niatnya karena pintu kamar Morrin terlihat sudah terbuka sedikit.
"Morrin...," panggil Bu Sri mendorong pintu kamar Morrin perlahan.
Tak ada jawaban dari dalam kamar. Lalu Bu Sri masuk kedalam kamar. Tapi kamar tampak gelap. Bu Sri menyalakan lampu dan tidak menemukan morrin didalam kamarnya.
Kamar Morrin terlihat acak-acakan. Bu Sri belum menaruh rasa curiga. Diapun keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi keluarga.
"Ma..., aku sudah selesai!" kata pak Imran memberitahu istrinya. karena kamar mandi satu, maka mereka harus bergantian ke kamar mandi.
Bu Sri melepaskan pekerjaannya, segera menuju kamar mandi.
"Morrin sudah bangun ma!" tanya pak Imran pada istrinya yang sedang berjalan menuju kamar mandi.
"Morrin tak ada di kamarnya pak! Kamarnya sedikit acak-acakan!" kata Bu Sri pada pak Imran.
"Apa dia ada janji dengan Roman!" tanya pak Imran.
"Biasanya dia pasti ngomong! kalau ada janji dengan Roman!" jawab Bu Sri.
"Iya..., biasanya dia ijin dulu!" guman pak Imran. Mereka tak sedikitpun merasa curiga kalau putrinya sudah di culik.
"Mungkin dia joging pak!" seru Bu Sri pergi meninggalkan pak Imran ke kamar mandi.
Ini sungguh sangat mengagumkan, sampai tak ada satupun keluarga pak Imran yang curiga. Penculikan yang sangat sempurna yang dilakukan oleh kelompok Winda. Mereka seperti sudah terlatih dan berpengalaman sampai seisi rumah tak ada yang tahu.
Di apartemen Ghazan tempat Morrin disekap. Sejak di culik Morrin tidak bisa tidur sampai pagi. pada pagi hari ini Morrin sholat menggunakan apa adanya, yang penting seluruh auratnya tertutup sesuai yang di ajarkan Rasulullah.
Usai sholat Morrin berdoa dengan khusuk agar di beri kekuatan dan ketabahan atas apa yang di hadapi saat ini.
Sreeeet..., pintu kamar terbuka. tiga orang perempuan masuk membawakan beberapa perlengkapan tidur seperti selimut, baju tidur dan baju ganti dan masih banyak lagi yang lainnya.
Morrin menatap tiga perempuan ini dengan penuh curiga.
"Kalian siapa!" tanya Morrin dengan suara parau penuh hati-hati.
"Kami hanya di tugaskan melayani segala keperluan dan kebutuhan nona!" jawab Bi Maryam ramah sambil tersenyum.
"Aku tidak butuh dilayani. Aku bisa mengurus diriku sendiri!" bentak Morrin memandang Bi Maryam.
Maryam dan kedua temannya tampak ketakutan. Mereka tertunduk tidak berani memandang Morrin.
"Nona jangan marahi kami! Kami hanya bekerja, kami tidak mengerti urusan nona dengan bos tempat kami bekerja!" pinta Nayla polos.
"Siapa bosmu!" tanya Morrin mulai melunak.
"Kami tidak tahu namanya!" jawab Tyla polos.
"Heh! Kamu jangan coba-coba kelabui aku!" bentak Morrin
Mereka bertiga semakin ketakutan, takut kalau wanita ini ngamuk. Karena yang mereka ketahui mereka di suruh melayani dan merawat adik bosnya yang sedikit kurang sehat jiwanya.
BERSAMBUNG.