Premarital Agreement

❤️ Happy Reading ❤️

''Jangan langsung tidur...kita itu baru saja makan, duduklah dulu sebentar...paling tidak sampai semua makanan yang kita makan tercerna dengan baik.'' tutur Geva saat Ivana ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sedangkan Geva sendiri sedangan duduk di sofa dengan mulai menyalakan laptop miliknya, entah apa yang di kerjakan pria itu malam-malam begini.

Mendengar perkataan sang suami, Ivana tak jadi merebahkan tubuhnya...dia kini duduk bersandar di kepala ranjang dengan memainkan ponsel miliknya.

Saking asiknya berselancar di dunia Maya, sampai dia tak sadar kalau Geva sudah selesai dengan pekerjaannya dan kini sudah hendak naik ke atas ranjang yang sama.

''Khem...'' dehem Geva. ''Asik banget kayaknya.'' sindirnya pada sang istri.

''Eh...maaf...maaf...'' kata Ivana. ''Em ini loh aku lagi lihat video bikin cake...enak kayaknya.'' terang Ivana yang tak paham sebenarnya pada dirinya sendiri, kenapa dia harus repot-repot menjelaskan hal itu pada Geva padahal rumah tangga mereka tak seperti pada umumnya, tapi entah mengapa dia takut sekali jika Geva salah paham nantinya jika dia tak menjelaskan.

''Oh.'' beo Geva yang sudah menarik selimut untuk menutupi kakinya.

''Lihat tampilannya cantik ya...'' kata Ivana yang memperlihatkan ponsel miliknya yang sedang menanyakan tampilan cake yang di lihatnya tadi.

''Iya cantik.'' sahut Geva yang justru melihat ke arah wajah Ivana bukan ke ponselnya. ''Cantik banget.'' imbuhnya lagi.

Ivana mendongakkan kepalanya dan masih melihat Geva yang terus menatapnya.

Tanpa sengaja pandangan mata mereka pun saling beradu...bersitatap, mengunci satu sama lain tanpa ada yang mau melepaskannya.

Hingga sekian detik kedua benda kenyal keduanya sudah saling beradu...men ce cap satu sama lain.

Bahkan Ivana yang awalnya pasif pun sudah mulai membalas dengan menggerakkan bibirnya sangking telah terbuai dengan ciuman nan lembut yang di ciptakan oleh Geva.

Entah sejak kapan tapi yang jelas saat ini posisi mereka telah berubah, yang mana Geva sudah berada di atas tubuh Ivana yang berbaring sambil menopang tubuh kekarnya menggunakannya kedua tangannya agar tak menimpa sang istri.

''Bolehkah?'' tanya Geva dengan suara beratnya.

Lidah Ivana terasa kelu hingga dia cukup menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan, karena bukan hanya Geva...Ivana pun sudah sama terbakar gairah saat ini, hal itu terbukti dengan tatapan matanya yang sudah sangat sayu.

Tanpa banyak kata, begitu mendapatkan persetujuan dari sang istri...Geva pun langsung memulai aksinya.

''Aku akan melakukannya dengan perlahan...tapi kamu bisa mencakar punggungku jika terasa sakit.'' bisik Geva tepat di telinga Ivana saat dia ingin memasukan apa yang seharusnya masuk ke tempat yang semestinya.

Hampir satu jam berlalu hingga terdengar suara lenguhan keluar dari bibir keduanya pertanda bahwa mereka telah selesai dengan aktivitas yang baru di rasakan keduanya...aktivitas yang begitu menguras energi, memeras keringat, menciptakan suara-suara yang merdu dan mendayu-dayu kerena era ngan serta de sahan yang mereka buat, kegiatan yang membuat malam yang dingin menjadi sangat panas...namun dari semua itu yang pasti adalah aktivitas yang membuat keduanya bahagia karena bisa membuat mereka serasa melayang.

''Terimakasih karena telah menjaga dan memberikannya untukku...'' ucap Geva sebelum menggulingkan tubuhnya dari atas Ivana begitu kegiatan mereka berakhir.

❤️

''Mas.'' lirih Ivana.

''Hem.'' sahut Geva yang kini bersandar di kepala ranjang dengan Ivana yang ada di pelukannya...menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Geva dengan tubuh yang saling menempel juga masih sama-sama full naked dan hanya berbalut selimut tebal untuk menghalau dinginnya malam.

''Apa kita gak apa-apa melakukan ini?'' lirih Ivana.

''Maksudnya?'' tanya Geva yang masih belum mengerti kemana arah pembicaraan sang istri yang sebenarnya.

''Ya kitakan menikah karena kesepakatan...karena hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain...tapi kita melakukan hal yang sampai sejauh ini.'' jawab Ivana. ''Bagaimana nanti jika kekasihmu kembali?'' tanyanya lagi.

Jujur di hati Ivana sangat takut, bila kekasih Geva yang sebenarnya kembali lalu dia di campakkan setelah apa yang mereka lewati sampai batas ini.

''Aku takut...aku takut akan tambah terhanyut dalam hubungan ini sehingga nantinya bisa membuat aku tenggelam dan mati bila sang pemilik tahta yang sebenarnya kembali.'' cicitnya.

''Dengar, kamu harus hilangkan semua pikiran itu dari otak kecilmu ini.'' kata Geva sambil mengelus surai kepala Ivana. ''Siapa yang kamu maksud pemilik tahta yang sebenarnya? gak ada yang lain, kamulah pemiliknya.'' sambung Geva.

''Aku gak mau merusak hubungan kamu dengannya...aku agak mau jadi orang ketiga di antara kalian, lalu apa bedanya aku dengan Lucy jika begitu.'' kata Ivana lagi.

''Kamu beda...kamu tak sama dengan Lucy saudara kamu itu.'' sahut Geva. ''Kamu bukan orang ketiga dan kamu juga bukan perusak hubunganku dengannya karena sejujurnya setelah dia dengan tega meninggalkan aku di saat hari pernikahan kami...di situlah saatnya hubungan kami telah hancur tak tersisa.'' kata Geva lagi. ''Aku sangat berterimakasih pada Tuhan karena pada saat itu ternyata aku di pertemukan denganmu sehingga reputasi keluargaku terselamatkan, aku tak tau bagaimana jadinya jika kita tak berjumpa saat itu...'' tutur Geva lagi. ''Hem haruskah aku berterimakasih pada b******n yang telah melepaskan kamu itu sehingga aku lah yang bisa mempersunting dirimu.'' imbuhnya.

''Tapi aku...'' kata Geva.

''Hubunganku dengannya telah berakhir, tinggal nanti saat dia kembali...aku akan menegaskan status hubungan kami saat ini.'' potong Geva. ''Kamu tak perlu merasa bersalah padanya...karena pada dasarnya saat ini pun dirinya juga sedang bersenang-senang dengan laki-laki lain.'' tambahnya lagi.

''Hah...maksudnya?'' tanya Ivana sedikit kaget mendengar kata-kata terakhir suaminya itu.

''Iya, dia bukan pergi karena alasan pekerjaan semata...tapi karena dia sedang bersenang-senang dengan pria selingkuhannya.'' jawab Geva dengan santainya.

''Kamu kok biasa saja? gak marah? cemburu gitu...'' tanya Ivana yang heran melihat reaksi Geva.

''Lah terus aku harus gimana...nangis kejer sambil guling-guling gitu...'' kata Geva.

''Ya gak gitu juga, tapi dimana-mana kalau orang di selingkuhi itu marah...sedih...lah kok ini biasa saja.'' sahut Ivana.

''Buat apa? cuma buang-buang waktu dan energi untuk meratapi itu semua, toh sekarang ini aku sudah dapat yang lebih dari dirinya.'' kata Geva dengan sesekali menciumi puncak kepala Ivana. ''Aku harap kamu mau membuka lembaran yang baru dengan hubungan kita...aku ingin kita berdua bisa menjalani biduk rumah tangga seperti layaknya orang-orang di luaran sana, tanpa di dasari embel-embel kesepakatan atau apapun itu...yang ada hanya di dasari cinta dan kasih sayang.'' tutur Geva. ''Kamu maukan menjadi istriku yang sepenuhnya...selamanya?'' tanya Geva.

''He'em.'' sahut Ivana.

''Apa?'' goda Geva.

''Huft...iya aku mau bersamamu selamanya.'' kata Ivana.

''Terimakasih...'' ucap Geva dengan sungguh-sungguh.

''Kembali kasih.'' balas Ivana.