Novel ini bercerita tentang cewek tomboy dan juga cowok dingin.
Anggraini
Dwi Deka Sasendri gadis tomboy yang berpakaian seperti laki-laki, bahkan di sekolah pun malah menggunakan celana bukan rok. Apalagi hobinya olahraga dan juga beladiri menambah kesan laki-lakinya. Anggra selain tomboy dia juga gadis yang periang dan banyak teman.
Namun bagaimana jadinya bila ia harus sekelas dengan Dion Albarnista. Dion adalah pria yang pendiam dan juga suka menyendiri. semua Dion lakukan karena ada alasannya tersendiri.
Anggra yang sebagai ketua kelas ia ingin semua orang saling berteman. Bagaimana cara Anggra membuat Dion untuk bergabung?
Selain itu, ada kejadian yang membuat mereka di paksa menikah dengan berbagai syarat. Akankan mereka dapat membatalkan pernikahan itu? Lalu bagaimana kehidupan setelah pernikahan mereka? Akankah menumbuhkan cinta? Akankah banyak rintangannya?
Yuk saksikan kisahnya.
Jangan lupa baca juga
I hate You status (kisah orang tua Anggra)
Sifat tersembunyi my husban (kisah orang tua Dion)
Ibarat lagu waktu yang salah cinta ini bersemi. Kau masih mencintainya dan aku menyukai orang lain. walau ku ingkari perlahan hati ini memilihmu.
-Angraini Dwi Deka Sasendri
Kamu datang dihidupanku ibarat lagu lumpuhkan ingatanku, karena kamu datang menghapuskan dia dari hatiku. Lalu jika kamu pergi siapa yang menghapuskan kamu dari hatiku wahai gadis tomboyku
-dion albarnista
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Permata Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Malam harinya
"Dari mana, Yon?" tanya Zahra
"Cari angin,mah" jawab Dion sambil menyalami tangan Zahra dan Sofian.
"Cari angin apa cari angin?" goda Sofian
"Cari angin, pah"
"Ooh. Cari angin" kata Zahra dan Sofian bersamaan
"Tion mana, mah?"
"Dimana lagi kalau bukan kamarnya?" Jawab Zahra
"Ooh. Dion ke kamar juga ya, mah pah"
"Engga nonton dulu?"
"Engga mah. Dion mau belajar"
"Iya iya belajar sana biar pinter" usir Sofian
"Selamat malam, mah pah" ucap Dion dan pergi ke kamarnya.
"Ada apa tuh anak lemas banget?"
"Masalah Najwa mungkin"
"Apa masalah pernikahannya?"
Zahra pindah tempat duduk ke samping Sofian dan menyenderkan kepalannya di dada Sofian. Sofian mengusap kepala Zahra sayang.
"Engga kerasa ya mas? anak kita sudah besar. Aku merasa baru kemarin aku ngendong sekarang udah membicarakan pernikahan"
"Iya sayang"
"Mas?"
"Emm"
"Keputusan yang kita ambil sudah benar tah? Dion memang sudah besar tapi belum dewasa. Bagaimana jika pernikahan ini nanti..." ucap Zahra terhenti.
"Nanti apa ha? Sayang"
"Mas, kita sama-sama tau pernikahan itu engga mudah mas. Perlu Namannya kesabaran dan tanggung jawab yang besar. Tapi Dion SMA juga belum lulus?"
"Tapikan pernikahannya masih 6 bulan lagi."
"6 bulan mas? Dion tetap belum lulus SMA"
"Sayang. 6 bulan itu, kita akan lihat sanggup engga Dion menerima tanggung jawab itu?"
"Kalau tidak sanggup?"
"Maka batal. Aku yakin dengan tuan Parel. Apalagi cewek itu, Putri satu-satunya. Tidak mungkinkan dia mau menikahkan anaknya pada orang yang salah? Aku yakin Parel dan istrinya juga pasti cemas saat ini sampai 6 bulan kedepan. Mas juga akan lihat perkembangannya dan kita pasrahkan semuanya pada tuhan, ya?"
"Iya mas"
Skip
Dion di kamarnya
"Kenapa aku iyain aja sih yang di katakan Anggra tadi? Permainan apa coba yang akan dia permainkan? Tapi kenapa aku malah engga nolak? Dasar anak kecil"
Ting (bunyi hp Dion ada WA masuk)
"Anggra?"
"Yon. kita lihat siapa yang pandai berekting kamu cowok pendiam apa aku cewek tangguh ini"-Anggra
" Mau dia jadi pertandingan? siapa takut"
"Kita lihat saja siapa yang hebat yang engga bakal ketahuan dasar cewek jadi-jadian."-Dion
"Oke kita lihat besok. Selamat malam Musuhku"-Anggra
"Selamat malam. Aku benci kamu"-Dion
Dion membaca kembali percakapannya dengan Anggra
"Kita lihat aja besok cewek tomboy. "
"Lebih baik tidur. Besok perlu banyak energi"
Disisi lain
Sesampai di rumah Anggra memilih masuk ke kamarnya. Setelah mandi, Anggra memilih belajar membuka buku pelajarannya yang akan di pelajari besok. Namun otaknya tidak dapat berikir jernih membuat Anggra menutup buku-bukunya tersebut.
“Pusing kepala gua. Sebenarnya yang gua lakukan sudah benar engga ya? Bohong? Sandiwara? Harusnya aku fikirin lagi. ah pusing kepala ku”
“Semoga ini jalan terbaik lah. Amiin”
“Pertanyaannya bisa engga Dion melakukannya. Manusia satu itu pasti hanya bisa diam. Masak aku cari ribut sama cowok baik-baik. Dia diam aja aku yang … Akh. Oh ya aku tau” ucap Anggra pada diri sendiri.
Anggra mengambil HPnya. Dia bermaksud mengirimkan chat.
Tring (Balasan chat)
“Akhirya berhasil.Dia terpancing. Aku tau sifat alam manusia ingin terlihat paling baik. Jika Aku jadikan sebagai perandingan akan menambah semangat Dion. Semoga benar-benar.Akh Kita lihat saja besok”
“*Oke Kita lihat besok. Selamat malam musuhku”-Anggra
“Selamat malam. Aku benci kamu”-Dion*
“Aku serahkan semuanya pada mu. Yon”
Anggra memilih tidur di atas kasurnya
Pagi hari
“Bun. Anggra langsung berangkat, Ya?” ucap Anggra turun dari kamarnya.
“Sarapan dulu, Rin. Ini masih pagi juga” ucap Parel.
“Iya kamu ini. Ini masih pagi. Sarapan dulu baru berangkat. Sekalian aja kamu tinggal di sekolah itu” marah Siska.
“Bun, yah. Rini disuruh pak Anwar ambil bola basket di rumahnya dulu”
“Kenapa? kenapa engga pak Anwar sekalian yang bawa”
“Pak Anwar keluar kota kemarin, tapi bolanya mau dipakai anak IPS pagi ini. Jadi aku yang disuruh ambil. Lagi pula aku sekalian lewat”
“Duduk! sarapan sebentar”
“Anggra sarapan ini aja deh Bun. Muach” ucap Anggra mengambil roti yang sudah di oles mentega oleh Siska sambil mencium pipi Siska.
“Berangkat, yah” lanjut Anggra mengambil tangan Parel dan menyaliminya. Anggra langsung pergi dan mengigit rotinya
“Assalamualaikum”
“Waalaikum salam” jawab Parel dan Siska bersamaan
“Ciuman punya Ayah mana, Rin?” Teriak Parel namun Anggra sudah tidak mendengarkan.
“Dasar engga adil” Siska hanya mengeleng-gelengkan kepalanya mendengar gerutu suaminya tersebut.
“David belum bangun?”
“Udah mungkin lagi siap-siap”
“Gomongin aku ya?” ucap David dan duduk di samping Siska.
“Dasar males. Rini aja udah berangkat.” Ejek Parel.
“Rini udah berangkat? emang ada apa di sekolah, Bun?”
“Lah kamu tanya sekolah sama bunda. Bunda tanya sama siapa?” jawab Parel.
“MAS?...Rini disuruh gurunya ambil bola basket di rumahnya”
“Pak Anwar?”
“Ya. Kok kamu tau?"
“Dia SMS David. Mau minta tolong. Tapi David baru buka tadi pagi”
“Ooh” jawab Parel dan Siska bersamaan.
“Kalau gitu David berangkat juga deh” David mengambil roti dan berdiri. Ia mencium pipi Siska dan berjalan kepada Parel. David menulurkan tangannya mau saliman.
“Cih. Cuma mau saliman”
“Iyalah yah. Saliman emang mau apa?”
“Dasar punya anak engga adil”
David binggung dan melirik Siska. Siska yang di lirik hanya mengangkat bahunya.
“Bundanya aja di cium pipi. Ayahnya cuma saliman. Easar jahat!"
“Ayah minta di cium?” Ucap David tidak percaya. Namun Parel hanya diam.
“Malu dong yah. Masak minta cium. Sama anak laki-laki lagi”
“Apa salahnya. Tadi kamu cium bunda kamu”
“MAS”
“Bodo. Ayah marah. Tadi Rini juga kek kamu. Cium bundanya aja. Ayahnya engga dianggep. Dasar kurang ajar”
“Mas,nanti David telat, Mas”
“Sun ini dulu” ucap Parel sambul menunjukkan pipinya
“Ia kan, Bun? Dasar engga tau malu”
“Apa kata kamu? Aku ini ayah kalian. Bunda di cium ayahnya enggak. Dasar engga adil. Ayah butuh keadilan Titik”
“Muach” cium David
“Puas?”
“Dasar engga ikhlas”
“Cup cup. Sayang ayah” David memeluk Parel
“Nah gitu dong. Lihat aja nanti pas Rini pulang. Ayah tagih ciumannya” Ucap Parel setelah David memeluknya.
“Dasar tidak tau malu. Rini pasti tidak mau cium ayah. Aku terpaksa saja. Dah” ucap David dan pergi
“Assalamualaikum”
“Waalaikum salam”
“Mas kamu ini. Suka jailin anak-anak”
“Kamu ingat engga? saat mereka masih kecil. “yah enda ini apa? yah yah eyen ola yok yah. yah yah Vid ma Ini mau enang. Cayang ayah enda”(menirukan David dan Anggra saat kecil yang masih cadel). Rasanya baru kemarin aku melihat mereka yang cuma segini (menganai-andai) sekarang mereka udah besar. Aku bahkan engga bisa nemenin kamu saat hamilin mereka. Saat aku bangun mereka masih lucu-lucunya”
“MAS”
“Sekarang mereka udah besar. Sebentar lagi lulus SMA. Bahkan kita udah ngomongin pernikahan. Sebenarnya antara setuju dan tidak setuju.”
“Kenapa?”
“Dia putriku pasti akan sulit bagi seorang ayah melepaskan putrinya apalagi dia putriku satu-saunya. Kesayanganku”
“Terus kamu mau bagimana, mas?”
“Ya. cari tau tentang cowok itu lah. Ia pantes engga untuk putriku. Dia bisa engga bertanggung jawab”
“Iya mas. Tapi kamu engga mau berangkat ke kantor.Katanya ada rapat jam 08. Sekarang udah jam 07.30.”
“Ooh iya.” Parel berdiri
“Mas. aku serahkan semua keputusan sama kamu. Aku ikut saja”
“Iya sayang. Kita lihat 6 bulan lagi. Kita harus sama-sama menentukan yang terbaik untuk anak kita”
“Iya, mas. Sini aku pakaikan dasinya”
pendek banget
mampus Dion huuuu