"Segera tangkap dia,aku tidak ingin pernikahan ini gagal!"Ucap seorang laki-laki paruh baya dengan stelan jas hitam dan sangat rapi.
"Tapi tuan saya sudah berusaha nona Sena telah kabur bersama seorang laki-laki."Ucap seorang yang seperti nya adalah pesuruh dari laki-laki berpakaian rapi tadi.
Laki-laki paruh baya itu terdiam wajah nya memerah menahan amarah yang saat ini sedang ia rasakan.
Penasaran kan sama ceritanya hehe ayo ikuti kisah-kisah selanjutnya dari novel author yang kesekian ini, semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Rafael apa kamu mendengar ucapan dokter nak? Sebentar lagi kamu akan bisa melihat mama kembali."Ucap mama Rianti dengan perasaan yang cukup bahagia.
"Iya Rafael, sebentar lagi kau akan melihat ku kembali."Ucap Sena memegang tangan Rafael.
Rafael menepis tangan Sena dan berkata.
"Aku ingin istirahat sebaiknya kalian diam dan tidak usah berisik."Ucap Rafael kemudian menarik selimut nya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Mama Rianti dan Sena hanya saling pandang dan merasa kebingungan karena Rafael tidak terlihat bahagia sedikit pun.
"Ya sudah Sena sekarang kita keluar dulu."Ucap mama Rianti.
"Iya tante biar kan Rafael beristirahat."Ucap Sena tersenyum sumringah.
Mereka pun akhirnya berjalan keluar meningal kan ruang rawat Rafael.
"Tante, seperti nya Zia telah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan."Ucap Sena kepada mana rianti.
"Iya kau benar,tetapi biar kan saja sepantasnya dia melakukan itu karena dia telah melakukan kejahatan kepada mu."Ucap mama Rianti dengan bodoh nya.
"Tapi tante, apa ini tidak keterlaluan?"Tanya Sena pura-pura merasa bersalah.
"Ya ampun sayang,kau ini sangat baik, bahkan saat dia telah membuat mu terluka dan menderita kau masih saja memikirkan nya."Ucap mama Rianti tertipu dengan mulut manis dan sandiwara nya Sena.
Sena yang mendengar ucapan itu pun mengangguk kan kepala nya mengerti dan tersenyum manis.
"Dasar bodoh, aku lah yang sebenarnya menginginkan harta kalian."Batin Sena di sela-sela senyum yang ia gambar kan di bibir dusta nya itu.
Sementara itu di ruangan Zia.
"Zia,apa kamu sudah benar-benar yakin?"Tanya Niko kepada Zia.
"Aku yakin."Ucap Zia menampilkan senyum hambar nya.
Beberapa jam berlalu,kini Rafael telah di bawa ke ruang operasi dan Zia juga begitu.
Singkat saja karena author tidak mau bertele-tele opresi pun berjalan lancar.
Zia yang kini sudah tidak bisa melihat di pindah kan ke ruang rawat biasa oleh dokter.
Begitu juga dengan Rafael, mata mereka sama-sama masih di perban oleh dokter.
"Dokter,kapan perban ini akan di buka?"Tanya Rafael kepada dokter yang tengah sibuk menyiapkan obat di samping nya.
"Satu Minggu lagi."Ucap dokter tersebut sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak dokter."Ucap mama Rianti kepada dokter tersebut.
"Seharusnya kalian tidak berterima kasih kepada ku, berterima kasih lah kepada wanita baik yang telah bersedia mendonorkan matanya untuk tuan muda Rafael."Ucap dokter tersebut kepada mama Rianti dan Sena yang berdiri tak jauh dari samping tempat tidur Rafael.
"Wanita? Siapa namanya? Apa aku boleh bertemu dengan nya?"Ucap Rafael kepada dokter itu.
"Apa dia masih hidup dokter? Bukan kah wanita itu sakit dan akan segera meningal?"Ucap mama Rianti yang mengira jika itu adalah adik nya Dani seperti yang dia dengar saat Dani berbicara dengan Zia kemarin.
Dokter itu pun teringat jika Zia menyuruh nya untuk merahasiakan semua itu dari keluarga Desmond ia pun mengalihkan pembicaraan.
"Ah iya, nyona benar,dan pasien tidak mau bertemu dengan siapa pun karena ia tidak menginginkan apapun ia membantu dengan ikhlas."Ucap dokter tersebut sedikit gugup.
Rafael terdiam dan merasa sedikit curiga akan hal itu namun ia belum sempat memikirkan jika itu adalah Zia istrinya.
"Baik lah kalau begitu saya permisi dulu."Ucap dokter tersebut yang kemudian melangkah kan kaki nya pergi meninggalkan ruang rawat Rafael.
Keesokan harinya.
"Niko antar kan aku sekarang."Ucap Zia meraba-raba tangan Niko.
"Kemana? Kau masih harus beristirahat."Ucap Niko memegang tangan Zia.
"Tidak,jika aku di sini maka mereka akan melihat ku, antar kan aku ke bandara."Ucap Zia memegang erat tangan Niko.
"Apa? Bandara?"Ucap Niko kaget.
"Iya,bukan kah aku sudah bilang ke padamu jika aku akan pergi dari kota ini setelah operasi,apa kau lupa?"Tanya Zia lagi.
"Zia, mengapa kau menyiksa dirimu sendiri?"Lirih Niko.
"Aku,aku mencintai nya,aku bahkan sekarang merasakan apa yang dia rasakan dulu,dia sudah cukup menderita, cepat Niko aku tidak ingin lama-lama di sini."Ucap Zia menarik-narik lengan Niko memaksanya untuk segera mengantarkan nya ke bandara.
Niko pun tak sampai hati dan menuruti permintaan Zia, ia segera mengurus surat ijin dari dokter untuk pindah rumah sakit, namun bukan benar-benar pindah rumah sakit melainkan pergi ke bandara.
"Apa kau akan baik-baik saja? Kemana kau akan pergi?"Tanya Niko sambil menyetir mobil nya.
Zia tidak menjawab ia hanya diam dan seperti tidak mendengar ucapan Niko.
Tidak lama kemudian mereka pun akhirnya tiba di bandara.
Niko membantu Zia turun dari mobil dan menurunkan koper Zia dari bagasi mobil nya.
"Aku akan baik-baik saja, ingat jaga rahasia."Ucap Zia mengacungkan jari kelingking nya kepada Niko.
Niko mengaitkan jari nya ke jari kelingking Zia sambil menatap sedih Zia.
"Kau masih begitu cantik meskipun matamu masih di baluti perban."Batin Niko.
"Baik lah sekarang kau boleh pergi."Ucap Zia kepada Niko.
"Aku? Pergi? Lalu kau bagai mana?"Tanya Niko khawatir.
"Aku bisa sendiri."Jawab Zia berpura-pura kuat di depan Niko.
Niko pun terpaksa berbohong dan bilang jika ia akan pergi namun ia terus mengikuti Zia dari membeli tiket dan sampai saat Zia di bimbing seorang pramugari masuk ke dalam pesawat.
Stelan dua puluh menit kemudian pesawat yang di tumpangi Zia pun lepas landas menuju kota (K).
"Aku akan merindukan mu."Batin Niko sebelum masuk ke dalam mobil nya.
Niko pun kembali ke rumah nya, berat merahasiakan hal ini kepada sepupunya Rafael namun ini adalah permintaan dari Zia.
Satu minggu kemudian.
Kini dokter tengah membuka perban yang membalut mata Rafael dengan perlahan.
Setelah beberapa menit akhir perban itu pun berhasil di buka.
"Buka lah mata mu dengan perlahan."Ucap sang dokter sambil memegang cermin di depan Rafael.
Rafael pun menuruti ucapan sang dokter dan membuka matanya pelan-pelan dan melihat cermin.
Awal nya ia belum bisa melihat dengan jelas apa yang berada di depan nya namun setelah beberapa menit ia pun akhirnya bisa melihat dengan jelas pantulan wajah nya yang ada di dalam cermin.
Dan ia kaget karena seperti melihat Zia di dalam dirinya,mata yang ada di dirinya begitu sangat terang dan cantik.
Mama Rianti dan Sena tidak sabar menunggu Rafael melirik mereka.
"Ayo coba kedip kan mata mu."Ucap sang dokter untuk memastikan kalau Rafael benar-benar sudah bisa melihat.
Rafael pun beberapa kali mengedipkan mata nya untuk menghilangkan kekaburan awal membuka mata.
Bersambung ....