ISTRI UNTUK TUAN MUDA PSYCHOPATH

Otot-otot di rahang Darel mengeras, karena Zizi menolaknya mentah-mentah. Ia tidak terima Zizi dengan mudahnya melupakannya.

"Lalu waktu itu, kamu anggap aku hanya sebagai jalan pelarian saja supaya kamu bisa kabur dari Kenzo?"

Hembusan nafas kasar yang keluar dari mulut Zizi, diiringi dengan gelengan ringan tak berdaya.

'Tuhan aku berharap ini hanya mimpi, bukan nyata.'

"Aku menyayangimu Zi, rasa yang pernah hadir tidak akan pernah memudar, mau sampai kapan pun itu."

"Tidak, itu hanya sebuah obsesi belaka tidak lebih."

"Aku tidak peduli, menikahlah dengan ku hanya itu satu-satunya cara agar kamu bisa bebas dari sini."

"Cukup Darel, biarkan aku pergi dan bayi ku."

"Tidak semudah itu, siapa yang ingin kamu tunggu Zi, arwah penasaran Kenzo?"

Mata Zizi mulai memanas cairan bening meleleh di kedua pipi mulusnya, dia tak menyangka takdir mempermainkan perasaannya.

"Pembunuh … tak ku sangka Darel yang ku kenal selama ini ternyata menggunakan dua topeng sekaligus."

"Aku bukan pembunuh, aku hanya membantu nya menebus dosa-dosa yang telah diperbuat semasa hidupnya."

Zizi melayangkan tamparan pada Darel, ia tidak menyangka Darel berubah menjadi begini. Zizi yang sudah tersulut emosi mengambil sebuah pisau pemotong buah di atas meja.

"Menjauh dari ku sebelum aku membunuhmu."

Bukannya takut Darel semakin mendekati Zizi, sambil membuka kancing kemejanya satu-satu.

"Belah lah jantungku supaya kamu bisa melihat didalamnya hanya ada namamu."

"Sudah ku katakan menjauh dari ku."

Zizi akhirnya berhasil melukai perut Darel, bunyi alarm membuat para bodyguard bergegas masuk. Darel sengaja membuat kamar yang ditepati Zizi memiliki sistem yang canggih bila ada yang terluka atau berniat kabur alarm itu akan berbunyi secara otomatis.

Jesi ikut berlari kedalam kamar juga Niko.

"Nyonya apa yang telah Anda lakukan?"

Zizi menatap mereka semua dengan tatapan kebencian, yang telah tega berkhianat. Padahal selama ini Zizi selalu bersikap baik kepada mereka tetapi inikah balasan yang mereka berikan. Sungguh Zizi tidak pernah menyangka akan menjadi begini.

'Kenapa kebahagiin suit sekali untuk bertahan lama di kehidupan ku Tuhan, jika aku boleh memilih aku tidak pernah ingin terlahir di dunia ini. hanya untuk meratapi pahitnya kehidupan.'

"Obati luka ku, dan jangan biarkan calon istri ku keluar dari kamar ini sebelum dia setuju untuk menikah dengan ku."

Darel sama sekali tidak terlihat marah kepada Zizi, ia malah tersenyum manis. Baginya Zizi adalah hal yang paling berharga di muka bumi ini. Ia akan rela melakukan apa saja demi mendapatkan cinta Zizi seperti dulu.

"Berikan aku bayi ku mereka pasti kelaparan, jangan membuatku semakin membencimu Darel."

Darel keluar bersama bodyguard diikuti Niko yang seperti sapi dicucuk hidungnya, tidak dengan Jesi yang berusaha menenangkan Zizi, atas perintah Darel.

"Nyonya, menurutlah supaya Anda bisa melihat dua Baby Er."

"Aku sudah tidak percaya lagi padamu penghianat, berhenti bersikap manis kepada ku."

Jesi tahu dirinya memang pengkhianat, tapi tidak ada pilihan lain, ia terpaksa melakukan itu semua karena kalau tidak keluarga nya di kampung akan Darel bantai dengan sangat mudah. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui rencana jahat Darel. Ingin sekali rasanya Jesi berterus terang kepada Zizi tapi apa daya seluruh ruangan pada Villa Darel ada CCTV tersembunyi dan beberapa penyedap suara.

"Kenapa kalian tega menusukku dari belakang … katakan penghianat."

Jesi membiarkan Zizi sendiri yang masih meraung menangis, jujur ia tidak tega tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Karena sekarang Darel yang menjadi tuannya bukan Kenzo lagi.

'Aku berharap Mas Kenzo masih hidup, feelingku mengatakan ia akan datang menyelamatkan aku.'

Hening di penghujung petang, Zizi merasakan nyeri di kedua gunung kembarnya, karena dua baby Er tidak pernah meminum air asinya.

Untuk kesekian kalinya bibir Zizi mengucapkan serpah serpih pada mereka-mereka yang telah tega melakukan ini semua.

Suara tangisan baby Er membuat Zizi melangkahkan kakinya menuju pintu, ia hanya bisa menangis di balik pintu itu meski sekuat tenaga dia menggedor berteriak tidak akan ada yang membuka pintu itu untuknya. Yang kini Zizi rasakan hidup tapi seperti mati.

'Mommy, tidak bisa melakukan apa-apa sayang, tidurlah tanpa dekapan mommy.'

Lelah letih itu yang dirasakan Zizi, ia duduk di pintu menekuk lututnya sambil terus berderai air mata.

Darel yang memantau CCTV tidak merasa kasihan atau bersalah, karena ia mengira dengan ini Zizi akan mau menerima nya lagi.

***

"Tuan dua baby Er rewel karena demam, apa tidak sebaiknya kita membiarkan nyonya Zizi untuk memberikannya asi?"

Darel menatap lurus kedepan, ia sedang memikirkan cara agar hati Zizi luluh, ia berpikir akan membawa Zizi pergi ke sembalun lagi supaya kenangan di sana dapat membuka mata hati Zizi lagi.

"Tuan, apa Anda mendengar saya?"

"Panggil Divya, wanita itu sudah beberapa hari ini tidak kelihatan. Suruh dia yang merawat dua bayi itu."

"Tapi Tuan, dua baby Er juga tidak mau minum sufor dari tadi. Mungkin itu yang membuat mereka rewel terus menerus."

"Ambil di laci ku, aku sudah membelikan pompa asi listrik untuk Zizi, suruh saja dia memakai itu."

"Nyonya Zizi tidak per–"

"Lakukan tugasmu Jesi, nyawa keluargamu ada ditanganku apa kamu lupa?"

"Ba-baik Tuan."

•••••

Saat Jesi masuk ia tidak melihat keberadaan Zizi, ia yang mengira Zizi mungkin sedang mandi. Tidak mungkin Zizi kabur karena Villa ini sudah Darel ubah menjadi Villa super canggih.

Karena terlalu lama menunggu Jesi menghampiri Zizi dan mengetuk kamar mandi.

"Nyonya, apa ada sudah selesai?"

Tidak ada sahutan dari dalam, Jesi sekali lagi menggedor pintu kamar mandi itu dengan sangat keras. Tapi sama saja tidak ada jawaban.

"Nyonya … nyonya, tolong buka pintunya. Kalau tidak para bodyguard akan mendobrak pintu ini."

Air dalam kamar mandi itu, merembes keluar hingga menggenang di bawah kaki Jesi. Jesi langsung panik melihat air yang seharusnya berwarna putih menjadi merah.

Jesi melambaikan tangan melalui CCTV, karena ia tahu Darel pasti sedang memantau nya saat ini. Benar saja tidak lama Darel datang bersama para bodyguard.

"Dobrak pintu ini sekarang!!" suara Darel melengking ia takut Zizi melakukan hal gila yang dapat membahayakan nyawa nya sendiri.

Darel melihat Zizi sudah berendam di bathtub, dan melihat pergelangan tangan Zizi mengeluarkan darah. Ia dengan cepat mengangkat Zizi lalu menggendongnya menuju mobil untuk pergi ke rumah sakit karena tidak mungkin ia memanggil dokter, di saat melihat wajah Zizi yang sudah membiru, darah nya pun semakin banyak yang mengalir.

"Lebih cepat Anton, kalau sampai terjadi sesuatu pada calon istri ku. Akan ku buat perhitungan pada kalian semua."