Khanza dan Roland, sepasang insan yang saling mencintai, Karena Fitnah, Roland menyakiti Khanza, saat Roland menyadari kesalahannya, dia sudah terlambat, Khanza telah pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Model Dadakan
Assalamualaikum
Selamat pagi para readers
Ketemu lagi.
"Ketabahan hati seorang wanita selalu diuji, hanya wanita kuat yang mampu bertahan."
By Rajuk Rindu
💖💖💖💖
Mobil yang dikendarai Reimon sampai di apartement, dia memarkir mobil, lalu turun dan membuka pintu untuk Khanza.
“Pelan-pelan kak.” Roland meletakkan tangan Khanza di bahunya, baru dua langkah dia berjalan, sebuah mobil berhenti dia samping mobilnya. Seorang wanita turun dan menatap heran ke arah Khanza dan Reimon.
“Kenapa dengan kakak, Pi.” Yorika yang baru pulang habis mengantar Royan cek ke dokter gigi.
“Ayok, bantu papi, nanti di dalam baru papi ceritain.” Yorika menyerahkan Royan pada Ina, dia membantu suaminya memapah Khanza yang masih terlihat sangat lemah.
“Uek..uek..uek.” Baru masuk ke apartement, Khanza bergegas ke kamar mandi.
“Kakak, tidak apa-apa kan?” Tanya Yorika, saat Khanza keluar dari kamar mandi.
“Mungkin kakak masuk angin.” Ujar Yorka lagi, lalu masuk ke kamarnya, dan kembali lagi dengan membawa minyak urut.
“Sini kakak, biar aku kasih obat.” Yorika membuka tutup minyak urut.
Aroma minyak urut yang menyengat dan menyebar, membuat perut Khanza serasa diaduk-aduk, dia bergegas lagi ke kamar mandi, lalu memuntahkan semua isi perutnya.
“Kakak, tak tahan bau minyak urutmu.” Ujar Khanza seraya menutup hidungnya.
Sejurus Yorika menatap suaminya, Reimon hanya tersenyum menanggapi tatapan aneh istrinya. Lalu Yorika memindahkan pandangan matanya ke Khanza yang sudah terduduk lemas di sofa.
“Pa! apa tidak sebaiknya, kakak! kita bawa ke dokter.” Usul Yorika, dia tidak tega meliat Khanza muntah-muntah.
“Nggak usah, kak Khanza hanya butuh istirahat.” Ujar Reimon sambil meletakkan bokongnya di sofa.
“Tapi pi…”
“Kak Khanza hamil.” Bisik Reimon pada istrinya.
“Benar?”
“Iya.”
“Oh, senangnya, selamat ya kak Khanza.” Yorika duduk di samping Khanza.
“Terima kasih. Dik! Maaf kakak selalu merepotkan. Hiks, hiks, hiks.” Tiba-tiba Khanza terisak.
“Kak! Kakak kenapa?” Sambil bertanya Yorika memandang kearah suaminya. Reimon hanya mengangkat kedua bahunya.
“Nggak ada yang merasa direpotkan. Kakak!” Yorika merengkuh bahu Khanza, lalu membawanya ke dalam pelukan. Yorika tahu bagaimana perasaan Khanza sekarang, hamil di saat suaminya tak menginginkannya lagi.
“Kakak, jangan pernah sedih lagi, ada aku dan Reimon yang akan jaga kakak.” Yorika memegang kedua bahu Khanza dan memberinya semangat.
“Ada loyan juga, Mi.” sikecil Royan ikut menyela, seraya naik ke sofa dan duduk dipangkuan Khanza.
“Iya sayang, terima kasih Royan ganteng, udah mau nemanin tante setiap hari.”
“Loyan akan temani tante cetiap hali.”
“Tante, tidak oleh nangis lagi.” Lanjut Royan, seraya berdiri dan mengulurkan tangan mungilnya, mengusap sisi air mata Khanza. Semua yang melihat jadi terharu.
“Oh, anak mami Yorika, pintar banget.” Ujar Khanza seraya mencubit pipi tembamnya.
“Aduhhh, anan diubit te, nti antengnya Loyan bisa hilang.” celoteh Royan menggemaskan.
“Grrr…” semua yang ada di ruang tengah tertawa mendengar celoteh Royan.
Sejak Khanza dikabar hamil. Khanza memulai kebiasaaan dan kehidupan baru, sejengkal demi sejengkal dia pastikan akan bisa membuang jauh-jauh masa lalunya, memunguti ceceran harapan dan menyimpan rapi di memory, melupakan sedikit demi sedikit lara dan derita.
Kini kehamilannya sudah menginjak usia lima bulan. Setalah diterima bekerja di perusahaan Reimon. Baru sekali Khanza ke pabrik, setelah itu, dia tidak pernah lagi diizinkan Reimon untuk memijakkan kakinya di kantor, Reimon memberikan pekerjaan yang bisa Khanza kerjakan dari rumah. Selain itu kegiatan terbarunya yang lain adalah menyibukkan diri bermain, menjaga dan menemani Royan, junior Reimon memang sangat lucu dan mengemaskan, setiap orang yang melihatnya pasti ingin mencubit pipinya.
Ina pengasuh Royan seorang gadis cantik berkulit putuh, baru berusia 20 tahun, dia sangat telaten, mengasuh dan menjaga anak kecil sebawel dan seaktif Royan. Tidak semua orang bisa menjinakkan Royan jika dia lagi ngambek, Reimon dan Yorika pun tidak akan mampu. Tapi Ina selalu punya cara jitu.
Sejak Khanza tinggal di rumah Reimon, pekerjaan Ina semakin ringan, dan Royan pun sudah semakin pintar, kalau mau pup sudah bisa pergi sendirike toilet. Jadi sekarang Ina lebih banyak membantu pekerjaan bik Rohaya, saat Royan bermain dengan Khanza.
Melihat Khanza begitu menyayangi Royan, Yorika tidak perlu khawatir lagi, jika harus meninggalkannya seharian, apa lagi sekarang, banyak permintaan para pelanggan, hingga dia sibuk di butik dari pagi sampai sore, bahkan terkadang bisa pulang malam, saat Royan sudah terlelap.
“Kakak, apa pekerjaan kakak masih banyak?” Tanya Yorika saat sudah berada di apartement.
“Sedikit lagi, tinggal satu desain lagi.” Ujar Khanza masih pokus dengan gambar di depannya.
“Aku jadi iri sama kakak, busana karya kakak, semuanya bagus-bagus.” Kata Yorika seraya menedekati sebuah baju yang baru selesai dijahit dan sudah tergantung manis di Manekin.
“Ini bagus banget kak, boleh ku coba nggak.” Yorika melepaskan baju slayar berwarna ungu, penuh manik itu dari Manekin. Dan memasukkan ketubuhnya sebelum mendapat jawaban boleh dari Khanza.
“Waw, amazing.” Yorika berdecak kagum, slayer yang membalut tubuhnya, benar-benar elegan dan sempuna.
“Pas sekali di tubuhmu.” Kata Khanza sambil merapikan renda bawahnya.
“Kak, foto dong, anggap aku modelnya ya.”
“Okay, siap.”
“Jepret, jepret, jepret.” Khanza mengambil foto Yorika dari berbagai sisi dan pose.
“Ganti bajunya, pakai yang putih.” Khanza mmeminta Yorika mengganti dengan slayer warna putih. Kali ini Yorika hanya diam, saat Khanza memasangkan mahkota di kepalanya, lalu memules make up di wajahnya.
“Sempurna, kamu cantik banget.”
“Selain desain ternyata kakak juga bisa merias.” Yorika menatap wajahnya di meja rias.
Kali ini pengambilan fotonya Yorika, Khanza yang jadi potografirnya, dia yang mengatur gaya dan tempatnya, saat mereka mengambil prosesi foto di ruang tamu, Royan terheran-heran melihat penampilan maminya.
“Mami antiknya, apa mami mau jadi manten lagi?”
“Nggak sayang, kalau mami jadi manten lagi, papi bisa marah sama mami.” Yorika tersenyum menanggapi pertanyaan putra bawelnya.
“Royan mau pakai baju pengntin?” Tanya Khanza seraya memegang lembut dagu anak lelaki itu.
“Nggak, Loyan macih kecil te, nggal oleh jadi manten.”
“Ihhhhs, gemas banget tuh mulutnya, kalau lagi ngoceh.” Khanza mencium bibir Royan, terus mengacak rambutnya.
“Ihhhhs tante, lucakkan anting Loyan.” Ocehan Royan disambut tawa Khanza dan Yorika.
“Royan sayang, ayok mandi dulu, biar ganteng lagi.” Ina yang dari tadi hanya memperhatikan aktifitas, Khanza, Yorika dan Royan. Mendekat dan memujuk Royan.
“Loyan mandi sendili.”
“Okay.” Ujar ini mengangkat tangannya mengajak Royan tos.
“Tos.” Royan pun berlari masuk ke kamar mandi.
Sementara Royan mandi, Ina merapikan baju-baju Royan, Khanza dan Yorika kembali ke raung kerja Khanza, setelah merasa puas menjadi model dadakan, Yorika masuk ke kamarnya, begitu juga dengan Khanza. Setelah mandi dia mengistirahatkan dirinya sejenak.
Begitu merasa Istirahatnya cukup, Khanza ke luar kamar menuju dapur, membantu bibik Royaha menyiapkan menu makan malam.
“Nyonya, biar saya saja.” Ujar Rohaya dia merasa kasian melihat Khanza dengan perut yang sudah mulai membuncit, tapi masih rajin membantunya.
“Iya, Nya! Biar Ina saja yang cuci peralatan masaknya.”
“Nggak apa-apa. Ina! Wanita hamil harus banyak bergerak agar bayinya tumbuh sehat.”
“Tapi saya nggak tega lihat Nyonya, udah berat bawa perutnya.” Ujar Rohaya ikut menyela.
“Ah, bibik bisa saja.”
“Apa bibik punya anak?” Tiba-tiba Khanza bertanya pada Rohaya.
“Pernah punya anak.” Ujar Rohaya, sesaat wajahnya murung.
“Maksudnya bik?”
“Iya, bibik pernah punya anak, saat usia anak bibik 2 tahun, diambil oleh mantan mertua bibik.” Rohaya berkaca-kaca, dia mengenang rumah tangganya yang berantakan, karena mertuanya tidak menyukainya dan memaksa suaminya menceraikannya, pada hal mereka pasangan yang saling mencintai. Setelah peristiwa itu Rohaya menitipkan harta warisan orang tuanya pada sebuah yayasan dan meninggalkan semua kemewahan yang diberikan mantan suaminya, lalu menjadi seorang TKW, semata-mata hanya untuk melupakan masa lalunya.
“Bibik jangan sedih, anggap saja aku anak bibik.” Ujar Khanza memeluk Rohaya, Rohaya menitikkan air matanya, dia bahagia sekali mendengar tuturan Khanza.
“Mulai hari ini, aku boleh panggil bibik ibu ya.” Ucap Khanza lagi, mendapat anggukan Rohaya. Mereka berpelukan kembali, Ina yang menyaksikan drama itu ikut berkaca-kaca.
Bagaimana kelanjutan kisah Khanza
Yuk ikutin terus...
💖💖💖💖
Jangan lupa, dukung author dengan tekan like.
Terima kasih.
hiks... hiks...
terimakasih thor, sukses selalu