Gaharu Raga Argantara, harus pasrah menerima hukuman dari Papinya. Raga harus tinggal di desa tempat tinggal Kakek Nenek nya selama 6 bulan.
Dan ternyata disana ia terpikat oleh gadis cantik, sekaligus putri dari supir keluarga nya di kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antar pulang
****
Suasana Sore hari kali ini cukup dingin setelah turun hujan, Raga sedang duduk di depan rumah. lebih tepatnya sedang menunggu keponakan nya yang katanya mau beli Bakso.
Tempat penjual Bakso nya memang tidak begitu jauh, tapi Raga ingin mengendarai motor Kakek nya.
Sasa dan Bu Lena keluar rumah, Raga langsung berdiri saat Sasa sudah siap.
“Mau makan di tempat atau di bawa pulang?” tanya Bu Lena.
“Di bawa pulang aja, kalau makan disana pasti banyak orang.” jawab Raga.
“Kalau gitu Mami titip, Beli Lima bungkus. campur semua, Saus sambal nya di pisah.” Bu Lena memberikan satu lembar uang merah kepada Raga.
“Mau nitip yang lainnya lagi gak? kata Nenek kalau sore banyak yang jual makanan di pinggir jalan.”
“Beli apa ya?” gumam Bu Lena.
“Kalau ada Mami pengen lumpia isian ketan di campur Coklat sama keju, biasanya suka ada tuh yang jual.” lanjut Bu Lena.
“Yang mirip piscok kan? cuma beda isiannya doang.”
“Iya yang mirip piscok, nanti tanya aja di penjual gorengan. kalau gak ada beli gorengan yang ada aja.” balas Mami nya.
Bu Lena kembali memberikan uang, padahal sudah minta pake uang Raga. tapi Raga malah mengatakan tidak punya uang pecahan.
.
Raga sudah tahu tempat penjual Bakso nya, kalau lagi ke rumah Kakeknya pasti akan pergi kesana. Biasanya suka ada yang keliling kampung, tapi kata Nenek nya sekarang kalau ke kampung mereka hanya setiap Sabtu saja.
Motor yang diKendarai Raga berjalan dengan sedikit pelan, jalanan cukup licin karena habis hujan.
“Om, padahal enakkan jalan kaki.” ucap Sasa duduk di belakang Raga.
“Males ah, nanti malamnya pasti kamu mengeluh pegal-pegal kakinya.” sahut Raga.
Raga membelokan motor nya di jalanan cukup ramai oleh pengendara lain, ternyata sore ini cukup macet.
Bisa Raga tebak pasti orang-orang tersebut baru pulang kerja, soalnya bisa di lihat dari pakaian nya. Ada yang memakai pakaian yang sama.
Raga memberhentikan Motor nya tepat di depan warung Bakso dan Mie Ayam. Ia tidak langsung turun, nunggu Sasa turun lebih dulu.
Raga memastikan Motor nya aman, di sana juga ada beberapa Motor yang terparkir.
“Kamu mau apa?” Tanya Raga melihat daftar menu yang terpajang di gerobak.
“Mau Mie Ayam Bakso.” jawab Sasa.
Raga menatap seorang Pria seperti nya masih muda. “A, Mie Ayam Bakso nya 2, terus Bakso nya campur 5 bungkus, semuanya dibungkus ya. Sambal sama saus nya pengen di pisah.”
“Siap A, silahkan duduk dulu sambil pesanan nya dibuatkan.”
Raga mengangguk, ia mengajak Sasa untuk duduk di kursi yang ada disana. Ia nengok ke dalam, ada yang duduk lesehan ada yang tidak.
Setelah menunggu beberapa menit, pesanan nya sudah selesai. Raga langsung membayar nya setelah itu mengajak Sasa pulang.
Baru ingin menghidupkan Motor nya, Raga teringat dengan pesanan Mami nya. Ia melihat kesana kemari, hanya melihat ada penjual klepon, Martabak Manis, sama Warung Nasi.
“Ini sih harus nyari dulu.” gumam Raga.
Sebelum benar-benar nyari penjual gorengan, Raga memilih untuk bertanya kepada juru parkir disana.
“Yang jual gorengan gak jauh kok A dari sini, lurus terus belok kanan nah disana Aa bakalan melihat banyak penjual makanan.” ucap Juru parkir.
“Terima kasih ya Mang, Mari.”
Raga melajukan Motornya sesuai dengan petunjuk tersebut, dan ternyata benar saja. Raga bisa melihat ada beberapa gerobak penjual beberapa jenis jajanan.
Raga mencari tempat parkir dulu, setelah nemu baru ia dan Sasa mulai berkeliling mencari makanan yang di pengen Mami nya.
Raga dan Sasa mulai berjalan mencari penjual gorengan, Nemu di awal tapi tidak ada yang ia cari.
Raga bisa bernapas lega saat melihat ada Lumpia isi ketan coklat keju, ia membeli 50 ribu di campur dengan gorengan lainnya.
“Ada yang mau di beli gak?” tanya Raga kepada Keponakan nya.
“Tadi ada yang jual Onde-onde sama Telur gulung, aku mau itu.” jawab Sasa.
“Yaudah kita beli, habis itu pulang.” ucap Raga.
Setelah membeli apa yang mereka mau, Raga memutuskan untuk pulang.
.
Di tengah jalan, Raga melihat di depan sana Bulan sedang berdiri di pinggir jalan. Terlihat Bulan sedang menghubungi seseorang tapi seperti nya tidak ada jawaban.
Raga inisiatif untuk menghentikan motornya tepat di depan Bulan, sudah jam lima sore. Agak khawatir melihat perempuan sendirian di pinggir jalan.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam”
“Lagi nunggu jemputan atau gimana teh?” tanya Raga.
“Lagi nunggu jemputan, tapi dari tadi no Bapak gak bisa di hubungi.” jawab Bulan.
“Tante, bareng kita aja.” ucap Sasa.
Bulan menatap Sasa, kemudian menatap Raga. Ia menggelengkan kepalanya. “Terima kasih cantik tawaran nya, tapi Tante mau nunggu Bapak Tante aja”
“Sudah sore, sebentar lagi magrib. Mending bareng kita aja.” ucap Raga.
Bulan terdiam, ia sedang menimbang antara menerima tawaran tersebut atau tetap kekeh ingin menunggu Bapak nya.
“Gini deh, coba di telepon lagi Mang Sapri ya. Kalau masih gak aktif pulang bareng kita.” titah Raga.
Bulan menghubungi Bapak nya lagi, dan ternyata masih tidak bisa di hubungi.
“Nah kan masih sama, ayo pulang bareng kita aja.” ucap Raga.
Akhirnya Bulan menerima tawaran tersebut.
Selama di jalan, Sasa terus mengajak Bulan bicara. Raga hanya menjadi pendengar saja, beruntungnya ada Sasa jadi tidak terlalu canggung.
Raga sudah tahu dimana rumah Bulan, jadi ia tidak perlu bertanya dimana rumah nya, Raga lebih dulu mengantarkan Bulan.
“Terima kasih Ya A, Sasa. Maaf jadi ngerepotin.” ucap Bulan.
“Sama-sama, gak repot kok kan sekalian pulang juga.” balas Raga.
“Kalau gitu kita pamit ya, takut sudah ditunggu sama orang rumah.” pamit Raga.
Bulan hanya mengangguk sambil tersenyum.
Jarak dari rumah orang tua Bulan ke rumah Kakeknya tidak terlalu jauh, hanya melewati tanjakan saja habis itu sekali belokan langsung sampai, mereka masih satu RT.
.
Sampai di rumah Kakeknya, benar saja sudah ditunggu.
“Eits, jangan protes. kan tadi Mami nyuruh beli Lumpia isi ketan dulu, makanya lama.” ucap Raga dengan cepat bicara sebelum Mami nya ngomel-ngomel.
“Kita juga tadi antar anaknya Mang Sapri pulang dulu, iya gak Sa?”
Sasa menganggukan kepalanya. “Iya, Kasihan Oma Tante cantik itu berdiri di pinggir jalan, Mamang gak bisa di telepon.” ucap Sasa.
Bu Lena menghela nafasnya. “Mami cuma khawatir, kalian lama belum pulang takut kesasar, mana kamu gak bawa hp lagi.”
“Ayok masuk, keburu gak enak bakso nya.”
Sore ini mereka menikmati Bakso yang beruntung nya masih hangat, kalau sudah dinginkan jadi gak enak.
Raga sudah lebih dulu selesai, soal makan ia memang agak cepat. raga memilih untuk ke kamarnya, dari kemarin sebenarnya ingin menghidupkan ponselnya, dan rencana nya sekarang ia ingin menghidupkan nya lagi.
paling bener sih raga sama bulan